Senin, 02 Maret 2015

Sepotong Kisah 'Keripik Gaul'

Berasa lama sekali tidak mengunjungi 'rumah' mungil ini. Untungnya hal ini tidak disebabkan rasa malas belaka karena sesungguhnya ada begitu banyak dinamika yang terjadi dalam hidup saya sejak awal tahun 2015 lalu *fakta *bukanNgeles. Apa itu? nanti saja ya di lain kesempatan karena saat ini saya ingin berbagi tentang hal baru lainnya yang sedang saya jalani saat ini.

BISNIS

Berbisnis sudah menjadi impian saya dan suami sejak beberapa waktu lalu. Merasakan betapa kami merasa sangat 'tertindas' pada saat bekerja dengan sebuah perusahaan hingga merasakan telatnya gaji PNS karena kisruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) antara Ahok Gubernur DKI Jakarta (eksekutif) dan DPRD (legislatif).

Tidak mau terjebak dengan situasi dan polemik yang berkepanjangan maka saya seolah mendapat petunjuk untuk memulai sebuah usaha. Itupun tadinya terpikir selintas karena oleh-oleh Keipik Papa dari Padang yang selalu mendapat pujian dari teman-teman yang berkesempatan mencicipinya. Jadilah akhirnya saat itu kepikiran berbisnis Keripik.

Awalnya sempat bingung dengan alternatif nama/brand keripik yang akan diusung. Namun setelah berdiskusi dengan keluarga terutama sang adik yang pergaulannya cukup luas, kami pun meluncurkan nama "Keripik Gaul" dengan tagline Spicy and Healthy. Tentunya nama dan tagline ini bukan tanpa sebab. 

Nama gaul dipilih karena kami sebagai pecinta setia menganggap keripik ini bisa dimakan kapan saja dan dipasangkan dengan makanan apa saja. Teman nonton tv asyik, teman saat iseng juga cihuy, apalagi jika jadi teman makan nasi, 'nendang' banget.

Sementara tagline 'spicy and healthy' lebih karena memang rasa keripik yang kaya akan bumbu namun bebas MSG dan bebas pengawet. Kalau kata Mbak Senandung Nacita yang didapuk sebagai endorser dadakan sih, "ngemil tanpa rasa bersalah", hehe. Singkat cerita, setelah 2 minggu berbisnis keripik gaul kami merasakan berkah yang luar biasa. Mengasah jiwa enterpreneur, memupuk kerjasama dan semoga bisa meningkatkan income keluarga, amin. 

Awal berjualan kami mencoba peruntungan di Car Free Day 22  Feb 2015. Kebetulan pada saat itu ada acara Dinas Kebersihan (Dinsih) dan teman di Dinsih juga ikut memesan Keripik Gaul dengan jumlah yang lumayan. Akhirnya kita sekalian buka lapak dong disana. Ternyata oh ternyata, menjual secara langsung atau bahasa kerennya direct selling itu bukanlah pekerjaan yang mudah sodara-sodara. Terbukti, kurang lebih 2 jam kita nongkrong, jumlah penjualan tak lebih dari 10 bungkus. Sementara the power of finger (penjualan lewat jari-jari tangan) di sosial media, instant messanging dan broadcast message bisa menghasilkan lebih banyak. 

Sejak saat itu, saya pun bertekad aktif menggunakan digital marketing. Selain karena sudah terbukti ampuh, pemasaran secara digital ini sepertinya pas buat saya dan suami yang (masih) berstatuskan pekerja. 


Proses Cetak Logo, tx to cousin Rendra untuk desainnya

Proses Labelling
KG on CFD Feb 22

Sepi gak apa-apa, bagian dari Product Knowledge, Papi's said

Our lovely KG

'big big and bigger KG'