Menjelang SD nya si Kakak maka si Mami pun jadi ikut-ikutan agak rempong. Gak cuma mikirin uang masuk sekolah, tapi juga menyiapkan kamar kakak, lemari baju, meja belajar, rak buku, buku paket dan printilan-printilan lain pastinya menguras dompet.
Dimulai dari pindahan kamar, seminggu menjelang hari pertama sekolah SD, akhirnya si Kakak memutuskan tetap memakai kamar bawah. Padahal beragam bujuk rayu sudah digencarkan agar si Kakak mau menempati kamarnya di lantau atas. Tapi, sepertinya Nadhifa memang belum siap dan sebagai orang tua rasanya tidak baik juga terlalu memaksakan. Akhirnya, kami pun minta tolong tukang untuk angkat-angkat lemari dan tempat tidur di kamar bawah ke atas.
Selama ini memang kakak pakai kamar yang di bawah juga (tapi tidurnya selalu sama Papi), tapi karena lemari baju dan tempat tidurnya di desain untuk kakek nenek jadinya tempat tidur kakak yang sudah ada di lantai atas harus diturunkan dan begitu pula sebaliknya. Selama ini tempat tidur kakak dipakai kakek yang menempati kamar atas. Namapun buat anak-anak, jadi faktor keamanan pasti jadi pertimbangan no 1. Jadi ceritanya, tempat tidur kakak ini memang khusus buat anak-anak dengan ketinggian tertentu.
Berharap dengan tempat tidur ini si Kakak benar-benar bisa full tidur sendiri dan si Papi kembali pada kodratnya tidur dengan Mami, ihiiiiyy :D. Sementara untuk lemari, karena memang lemari yang ada sudah penuh dengan baju-baju kakek jadi kami memutuskan untuk membelikan kakak sebuah lemari baru. Kasihan juga selama ini si Kakak masih simpan baju-baju rumahnya di keranjang dan lemari plastik, hihihi.
Tak hanya lemari, kami juga harus menyediakan meja belajar dan tentunya rak buku. Soalnya selama ini kakak selalu bikin PR kumonnya di meja makan. Kadang si adek Neio yang lagi lincah-lincahnya ini suka ngerecokin jadi kakaknya sering terganggu. Apalagi keberadaan televisi yang tak jauh dari meja makan kadang bikin agak-agak tidak konsentrasi dan kurang fokus.
Nah, memang ada kan ya meja belajar yang sekalian ada rak bukunya gitu. Tapi setelah survey sana sini, koq harganya lumayan ya. Apalagi kami memang tidak mau beli yang asal seperti meja belajar merk tertentu yang harganya bersahabat tapi menggunakan kayu partikel serbuk. Sayang kan ya kalau kena air dikit langsung 'mbrudul', hehehe.
Jadi, setelah berputar-putar dan menghabiskan waktu berbulan-bulan *ceileeeh, akhirnya kami membeli meja belajar minimalis di Infor**. Berhubung belum ada rak bukunya, sekalian kami beli juga rak buku tiga tingkat yang jika dijumlah harganya tetap lebih murah dibandingkan beli 1 buah meja belajar yang lengkap dengan raknya di toko yang sama. Lumayaaaannn. Apalagi ada sedikit subsidi dari si uncle bos di seberang pulau sana, horrrayy...
Setiap kali membeli barang di Infor**, pembeli yang tidak menggunakan jasa antar dan pasang (yang pastinya ada fee khusus) dituntut harus kreatif. Setiap barang yang dibeli sudah dipretelin dan kita harus bisa memasangnya berbekal lembaran 'manual book'. Beberpa kali beli alhamdulillah kita selalu sukses pasang sendiri. Bahkan, pernah sekali tidak ada manual booknya (kayanya kececer), kita sukses merakit sebuah lemari buku.
Alhamdulillah, pas beli meja belajar, kita tidak begitu menemui kesulitan berarti merakitnya karena memang manual booknya keren abis. Begitu baca dan lihat materialnya kita langsung ngeklik a.k.a nyambung *ChinaEmangTop :p
Kesulitan saat merakit meja belajar baru si kakak ini justru ada setelah proses perakitan selesai.
Dua anak kreatif 'membantu' Bapaknya:p |
Nah, berikut tampilan meja belajar dan rak bukunya.
Ditambah satu rak susu plastik warisan Uncle Deral |
Untuk lemari, setelah berputar-putar ke beberapa tempat dan pastinya dengan banyak pertimbangan juga sebagai trademarknya Papi dalam belanja barang, alhamdulillah bisa ketemu yang sreg di hati dan di dompet. Untungnya, toko lemari ini ada di kawasan Jakarta Selatan yang menjadi tongkrongan sehari-hari kami. Sebelumnya, sudah sempat mampir juga ke toko furniture di Jalan Fatmawati. Tapi, saat itu masih belum terpikirkan model lemarinya karena memang toko ini melayani pemesanan customizes sesuai keinginan konsumen.
Jadi, setelah melihat-lihat model di toko langganan dan mendapat gambaran lemari idaman buat si Kakak, barulah kita balik ke toko yang di Fatmawati. Lumayan, selisih harganya bisa mencapai 2 juta lebih murah dibandingkan Infor**. Sayang, mereka butuh waktu 2-3 minggu untuk menyelesaikannya apalagi menjelang lebaran dan banyak pesanan pula.
And...show must go on, tanpa lemari pun toh si Kakak tetap harus sekolah. Hari ini menjadi hari pertama kakak menjadi Kakak SD.
Selamat Pagi Dunia...Please Welcome...Nadhifa... to the Elementary School... |
Berhubung hari pertama dan memang sekolah si Kakak sekarang agak lebih jauh dibandingkan sekolah TK nya dulu, maka Mami Papi bela-belain ijin datang siang demi mengantarkan si Kakak. Setibanya di sekolah ternyata sekolah sudah ramai dengan para orang tua yang juga mengantarkan putra-putrinya first day to school.
Sedikit kekecewaan menghampiti ketika kami melihat daftar nama murid di pintu kelas. Komitmen sekolah yang menjanjikan jumlah murid per kelas hanya 35 orang ternyata tidak ditepati. Di daftar nama, satu kelas ternyata jumlahnya mencapai 38 siswa. Bahkan di kelas lain ada yang berjumlah 39 siswa. Huh, dah berasa di sekolah negeri saja. Memang siy, ada 2 orang guru per kelasnya, tapi mbok ya komitmen dijaga gitu lo. Apalagi untuk Yayasan yang sudah dikenal di masyarakat sebagai lembaga pendidikan berkualitas dan berkelas, hikssss.
Whatever, hari pertama di sekolah si Kakak masih malu-malu. Teman-temannya juga baru semua. Eh, pas kumpul di lapangan bersama siswa-siswa kelas 2-6 si Kakak "dijemur" di lapangan pula padahal lagi puasa.
Selamat ya Kak, semoga Kakak bisa dapat teman baru yang asyik, bisa berprestasi dan berekspresi, tambah pintar, dan bisa jadi panutan buat adik-adiknya. Eits, maksudnya selain adik Neio pasti kelak juga kakak bakal punya adik kelas juga kan ya...dudududududu
Have fun ya Kak di SD...We love you...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar