Jumat, 22 Agustus 2014

Silhoutte of us...

Ceritanya lagi liburan ke pulaunya Pak Ahok di Belitung Timur bersama rekan-rekan media. Nama pulaunya Bukit Batu, kalau disulihbahasakan ke Bahasa Inggris namanya jadi Stone Hill, mirip-mirip sama Notting Hill, one of my favourite movie, halaaah...

Eh, pas gerimis datang, di salah satu sudut pulau yang luas itu ternyata kami menemukan sebuah tempat berteduh yang berada di ketinggian. Dari sini kita bisa memandangi laut dan bukit yang dipenuhi bati-batu besar dan kecil layaknya pemandangan pantai di Belitung lainnya yang banyak dikelilingi batu.

Menariknya, ketika melihat salah satu angle di tempat berteduh ini, tiba-tiba saya dapat ide untuk foto siluet. Jadilah Menta, Ruki dan Arin sebagai model dadakan. Hasilnya, lumayan lo, ga kalah ama foto-foto Darwis Triady atau Arbain Rambey...*Mimpi...Huehehehe.

Silhoutte of Stone Hill

Kinkin dalam kandungan...

Konon, ada seseorang yang sangat suka dengan foto ini...

Jepretannya Ruki atau Menta niy ya...kurang dapat niy farmingnya...hehehe, commentnya berasa jadi fotografer beneran:p

Kenangan Bersama Uje

Ustad Jefry alias Uje memang fenomenal, mulai dari kisah kehidupannya yang berliku hingga berita kematiannya yang menyesakkan dada di usia muda. Kini, di bioskop sedang ramai film yang memutarkan kisah Uje semasa hidupnya. Well, meski belum sempat nonton filmnya, setidaknya saya sempat mengenal sosok Uje sesaat waktu mewawancarai beliau beberapa tahun silam.

Perbincangan yang sangat singkat namun menenangkan dan menginspirasi. Pelajaran yang saya ambil dari kisah Uje hingga akhir hayatnya "jangan menunda untuk berbuat kebaikan karena kita tidak pernah tahu kapan ajal itu akan datang"...

Istirahat yang tenang Uje, semoga film ini dapat mendorong anak-anak muda untuk tidak salah melangkah dan memilih...

Wawancara Uje di bulan Ramadhan (entah tahun berapa...)

Polah Bocah



Polah bocah selalu mengundang tawa, menyimpan banyak cerita dan kisah tanpa harus dirangkai banyak kata...Mmmhh, let see and smile...
 
 
Belajar mukul gong kaya Pak SBY...:)

Main piano pakai tangan mah biasa jadi anak kecil harus anti mainstream kan ya...*MainPianoPakeKaki
 
Niatnya foto muka jelek tapi koq tetap ganteng ya...*KecupNeio
Yang selalu bikin 'rusuh' all day long...love you kiddos
Anteng bersama Gadget #AnakDigital
Love party...Nadhifa si 'party goers...'

Senin, 18 Agustus 2014

INDEPENDENCE DAY 69TH

Dear Indonesia

Happy Independece Day, semoga bebas korupsi, makin jaya dan membanggakan

Ini sebagian kecil potret anak bangsa yang ikut merayakan hari kemerdekaan dengan penuh suka cita... Enjoy it...


Pengarahan, mulai lomba (bola dipegangin) selalu bersama Mami yang setia menemani...Go Neio..Go

Aset Bangsa Bangga Ber-Indonesia

Udah Dapat Bola, Goody bag, cusss pulaaaang...:)

Sportivitas meski kalah dengan peserta lain yang bolanya dipegangin, lain kali protesnya di TKP ya Kak, jangan di rumah:)

Membatik penuh konsentrasi

 

Rabu, 13 Agustus 2014

Mudik (Asyik Ga Asyik) 2014 part 2

So far, Semarang meninggalkan kesan cukup baik di hari pertama liburan kita. Kini, kita siap-siap menuju Jepara, kota kelahiran Bapak Suami. Sebenarnya siy, bukan di Jeparanya banget, tapi rumah kelahiran si Papi berada di daerah perbatasan Kudus dan Jepara. Jadi, karena beberapa pertimbangan, akhirnya kita memesan hotel di Kudus saja. Karena memang kotanya terasa lebih 'hidup'.

Kenapa tidak menginap di rumah mertua?. Sudah pasti karena saya juga ingin menghormati papa dan adik yang tahun ini memutuskan berkumpul bersama kami. Jika saja nanti Uncle Deral sudah kembali ke Indonesia bisa jadi kisahnya akan berbeda.

Nah, karena memang tujuan mudik kali ini bersilaturahmi dengan keluarga suami di Jepara, maka setelah istirahat sehari di Semarang kita langsung meluncur ke Jepara. Bertemu saudara-saudara dan makan siang masakan ibu mertua. Tradisi di Jawa memang sedikit berbeda dengan daerah-daerah lain yang merayakan lebaran.

Lebaran ke rumah Mbah, merdeka makan es krim, yummmyy...

Jika di Padang ketupat serta sayurnya disajikan pada saat lebaran, maka di Jawa, ketupat baru dibikin seminggu setelah lebaran Idul Fitri. Namanya lebaran ketupat. Makanya di hari lebaran kedua ini kita belum bisa merasakan ketupa. Jadilah ibu mertua masakin teri nasi telur dadar dan gulai ayam kampung serta tempe goreng andalan yang rasanya gurih banget.

Home Town of Papi Farid and Family

Alhamdulillah, baby Neio makan dengan lahap. Kalau yang lain siy ga usah dibahas ya, apalagi kakak Nadhifa. Buat saya, kenikmatan waktu makan itu indikatornya adalah Neio seorang. Jika Neio bisa makan dengan lahap maka sukses lah acara makan kita saat itu, hehehe.

Setelah puas bersilaturahmi dan berkunjung ke rumah saudara, sorenya kami menuju hotel Hom di Kudus. Hotel bujet yang masih relatif baru dan masih satu grup dengan Hotel Horison. Meski membawa nama besar Horison, namanya hotel bujet tetap saja disesuaikan bujuet yang nginap, hahaha. Jadi, ketika kita mencari-cari hotel di Kudus yang memiliki rating tertinggi ya hotel Hom ini. Jadilah kita akhinrya memilih ini. Syukurnya masih bisa dapat kamar connecting. Jadinya, meski spacenya imut-imut, Neio masih bisa berlari-lari mengitari 2 kamar. Sementara kakak Nadhifa lebh tertarik menonton televisi (as usual).  


Belajar foto candid

Lazy boy, "cimutnya mana, Neio mau pake cimut" (cimut=selimut)


lovely uncle Endo...:)

Namun, meski kamarnya kecil-kecil, ternyata peminatnya banyak loh hotel ini. Terbukti, pada saat sarapan, makanan nya cepat habis, hiks. Udah gitu, kursinya juga selalu penuh.

Pagi setelah sarapan, ternyata si Kakek menemukan tempat susu murni yang ramai banget. Memang, kalau sedang liburan luar kota, kakek bisa improvisasi sendiri menyusuri kota karena kita masih lelap di kamar. Tak sengaja, ternyata di tengah kota Kudus ternyta ada peternakan sapi perah sekaligus susu murni dan aneka cemilan. Jadi, lumayan lah ya bisa sekalian ajak Nadhifa dan Neio wisata edukasi. Benar saja, anak bocah antusias sekali, terutam si kecil Neio. Takjub gitu memandang sapi yang lagi diperah, bahkan ada yang sedang pipis dan pup. Tapi, Neio tetap anteng menikmati, bagoesss.

Ngebecak ke peternakan sapi


Mooo...moooo....Morning Sapi...


Untuk kuliner malam, pastinya kita wajib mencoba Soto Kudus langganan. Sayang, di hari lebaran ini soto kudus langganan tidak berjualan, syukurnya masih ada soto kudus yang tetap buka namun penuh banget. Jadi, kekangenan terhadap kuliner andalan kota Kudus ini masih terobati. Sayangnya, si Papi malam itu tidak bisa menikmati Soto Kudus karena harus mengajak Neio keliling n aik mobil sambil makan. Yah, begitulah, apapun kami lakukan asalkan Neio mau makan, meski akhirnya si Papi sendiri tidak sempat makan karena begitu balik Soto Kudusnya sudah ludes dess desss.

Meski kecewa, akhirnya Papi Farid menghibur diri dengan menjajal sate kerbau yang konon kabarnya juga cukup legendaris di kota Kudus. Dan hasilnya...not bad lah ya Pap.

Hari kedua di Kota Kudus kami kembali mengunjungi rumah Mbah di Jepara. Apalagi, rencananya mau ada acara makan-makan di Muria. Sebuah daerah pegunungan yang juga menjadi salah satu tujuan wisata. Perjalanan dari rumah di Jepara sekitar 1,5 jam dan begitu sampai ternyata tempatnya asyik pake banget. Namanya Waroeng Ibu. Tempatnya enak banget. Berada di ketinggian dan hawa nan sejuk, tempat makan dan rekreasi ini sangat direkomendasikan bagi anda yang berkunjung ke Jepara, Kudus, dan sekitarnya.

Waroeng Ibu #recommended place to visit #Not to eat #lamaaa
Kakek dan cucu

Waroeng Ibu and its surroundings

Perjuangan nyuapin Neio...Pake acara nangkring di perosotan ga mau turun, dudududu

Mami :Neio...neio...mam yukkk...Neio : (cuek)

Tak seperti tempat rekreasi lain yang mungikin kebersihannya kurang terjaga di musim liburan, Waroeng Ibu ini justru tetap bersih meski ramai pengunjung. Di setiap sudut, pesan-pesan untuk menjaga kebersihan selalu terpampang dan sepertinya mendorong pengunjung untuk konsisten menjaga kebersihan. Apalagi petugas kebersihan yang selalu hilir mudik untuk memonitor kebersihan lingkungan sekitarnya menjadikan Waroeng Ibu tetap kinclong.

My fisherman

Mana ikannya Neio?

Mulai cranky karena ngantuk...

Satu hal yang tidak direkomendasikan dari tempat ini hanyalah pesanan makanan yang lama sekali datangnya. Berdalih ramai pengunjung rasanya agak-agak gak logis juga menunggu pesanan makanan hingga 3 jam lamanya. Huaaaa, kasian amat yang mau buka puasa di sini yaaa...Puasanya extend...

Selain pesanan yang lama banget datangnya, sepertinya tempat makan dan rekreasi ini tidak ada celanya lagi. Arena bermain anak cukup banyak, bisa mancing juga, ada hewan-hewan seperti kelinci, harmster, ikan yang bisa menghibur mata, pokoknya lengkap deh. Terbukti, adek Neio betah sekalai main perosotan, bahkan ada salah satu keponakan yang sampai nyebur ke kolam pancing karena saking astiknya mancing, hahaha...

Tak terasa, tiba saatnya pulang ke Jakarta. Sempat makan siang enak banget di Kota Lama Semarang dan menikmati vespa modifikasi berkeliling Kota Tua, seruuuu. Yang paling seru adalah sate kambing rekomendasi Om Anom, teman Uncle Endo yang nendang abisss. Seumur-umur makan sate kambing dan olahan kambing lainnya, sepertinya Sate 29 ini pantas menjadi Juara. Rasanya TOP Markotop (pinjam istilahnya ya Om Bondan, btw, Om Bondan apa kabar ya? Loloskah jadi wakil rakyat ke Senayan?:p. Padahal udah paling benar jadi pengamat kuliner lo Om, tapi hidup kan pilihan ya om ya, hehehehe).

Very recommended Sate Kambing

Ngeeeng....ngeeennng

Tetap sebuah perjuangan untuk nyuapin Neio

Si centil

Hasil hunting pakai vespa

Perjalanan pulang agak sedikit lebih lama dibandingkan waktu berangkat. Ya, namapun arus balik dan orang-orang punya pikiran yang sama seperti kita kalau pulang lebih awal mungkin tidak terlalu macet. Ternyata, perjalanan balik ke Jakarta kita menghabiskan waktu 16 jam rute Jakarta-Semarang. Lebih lama 4 jam dibandingkan saat berangkat dengan rute yang sama. Tapi, setelah cerita dengan teman-teman ternyata ada yang sampai 35 jam bahkan lebih, jadi tetap alhamdulillah, hehe.


Yeeeey, ke Jakarta aku kan kembali...iiiii *singing

Duta Cilik Kompas *colek Pak Jacob Oetama...:)

Over All...

Nice Vacation...Can't wait for the next trip...

Happy Idul Fitri 1435 H
Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Semoga kita bisa menjadi manusia lebih baik dan diberi kesempatan merayakan hari kemenangan kembali di tahun depan, aminnn




































Selasa, 12 Agustus 2014

Mudik (Asyik Ga Asyik) 2014 part 1

Mudik lebaran bukan lagi sekedar kewajiban bagi para perantau kebanyakan. Tingginya traffic sejumlah jalur mudik menjadi bukti nyata kalau mudik sudah menjadi tradisi dan budaya. Waktu perjalanan darat atau lebih tepatnya pengguna kendaraan yang bisa menjadi 2 bahkan 3 kali lipat tidak menyurutkan niat warga untuk melaksanakan mudik.

Nah, tahun ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, kami menjajal mudik menggunakan kendaraan pribadi. Yup, saya sebagai ibu rumah tangga 'parno'an seringkali menghindari hal-hal yang berpotensi menyusahkan diri sendiri a.k.a ga mau susah:p. Lah, jalanan padat begitu kok pada maksain banget gitu lo. Itu pikiran selama ini loh ya. Apalagi, sebagai mantan reporter mudik di tahun 2000-an toh saya juga sudah bisa membayangkan seperti apa rasanya berjam-jam terjebak macet.

Tapi, itu dulu. Sekarang, berstatuskan isteri orang Jawa yang sangat menjunjung tinggi ritual mudik ini, saya mau tak mau harus banyak kompromi. Memasuki tahun ke-7 pernikahan, tepatnya di lebaran idul fitri 2014/1435 H akhirnya kami sekeluarga mencoba mudik Jalur Pantura. Tak hanya membawa anak-anak, kami pun mengajak serta Kakek tersayang dan uncle Endo tercinta (cinta karena uncle rajin banget traktir makan enak selama perjalanan *matreee:D). 

Justru karena si uncle Endo inilah mudik kita akhirnya terlaksana. Berdalih belum pernah menjajal Jalur Pantura, jadi uncle Endo paling bersemangat menompor-ngompori saya untuk mudik bawa kendaraan sendiri. Huaaa, si Papi yang selama ini paling niyaaaat mudik tentu langsung jumawa. 

Jadilah akhirnya mudik (asyik ga asyik) Pantura dimulai tepat pada hari H Lebaran Idul Fitri. Rencananya hari itu kita mau berangkat abis Subuh tapi karena para krucil baru pada bangun jam 5-an, jadinya kita berangkat sekitar 5.30.

Alhamdulillah perjalananan menuju Tol Cikampek lancar jaya, dan akhirnya di Rest Area KM 62 (sesuai rencana) kita bisa shalat Idul Fitri dulu. Karena saya tidak mungkin mengajak baby Neio yang lagi lincah-lincahnya ini ntuk shalat, jadilah saya dan Neio menunggu saja di teras restoran KFC yang meski tutup tapi masih menyediakan kursi yang bisa kita pakai untuk makan ketupat. 

The Journey is Begin

Senangnya jadi bocah bisa tidur dengan posisi maksimal

Selfie...selfie
Abis shalat, kita lanjut lagi jalan dan alhamdulillah ya, sesuai prediksi, itu jalan Cikampek lengang banget. The legend of Jomin pun terlewati dengan lancar. Beberapa kali Uncle Endo yang berada di balik kemudi memacu kendaraan hingga 120 KM. Wuihhh, asyik bener kan?!. Barulah memasuki Pemalang tepatnya beberapa kilometer menjelang 'The broken bridge' Comal nan fenomenal itu, tanda-tanda kemacetan mulai nyata terlihat. 

Kita yang pada saat itu sudah terlanjur kena macet dan belum makan siang pula, akhirnya hanya bisa pasrah 'dibuang' melewati jalur alternatif yang jalannya kecil dan panjaaaaang bagai tak berujung. Mana sepi tempat makan pula. Jadilah kami ngemil-ngemil asyik di mobil sambil sesekali menenangkan bocah--bocah gelisah belum makan siang. 

Kurang lebih 1,5 jam melewati jalur alternatif ternyata kita menemukan tanda-tanda kehidupan yang ternyata masih di daerah Comal sodara-sodara. Jadi, itu jalur hanya membelok-belokkan kita untuk menghindari 'broken bidge' dan jelas-jelas membuat perjalanan jadi jauh lebih lama. Ya wis, sabaaaarrr. 

Setelah makan siang di rumah makan soto ayam yang rasanya jauh dari enak akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan di Jalur Pantura dengan relatif lancar. Tak terasa, jam 5  kurang kita sudah masuk Semarang dan menyempatkan diri shalat di salah satu SPBU yang cukup bersih. Sayangnya, karena kita salah lihat alamat hotel dan akhirnya mutar-mutar mencari hotel, kita baru bisa check in di hotel jam 6. Perjalanan berdurasi 12 jam terbayar sudah ketika melihat hotelnya cukup nyaman dan baby Neio masih aktif berlari-lari melintasi connecting door di kamar.  

Ekspresi sampai hotel di Semarang
Malamnya, kita pun berniat mencari tempat makan paling enak karena makan siang yang sangat tidak maksimal. Eh, gak sengaja saat mengitari kota Semarang yang malam itu terlihat cantik, saya melihat kerumunan orang di Warung Bakmi Jawa Rebi Menteri Supeno. Spontan, karena khawatir makin malam dan makin susah mendapatkan makanan pada hari Lebaran, kita langsung masuk saja. Alhamdulillah, bakmi Jawa membuat hari Lebaran kita di Semarang malam itu menjadi sempurna.

Bakmi yang sangat sederhana tapi otentik terasa sangat nikmat di lidah. Tak heran, kursi warung yang memang tidak terlalu luas ini selalu terisi penuh. Bahkan beberapa warga rela antre demi mendapatkan beberapa porsi Bakmi Rebi. Setelah perut kenyang dan baby Neio mengantuk, maka kamipun balik ke hotel dan ternyata ketakutan banyaknya restoran yang tutup itu salah besar sodara-sodara. Menjelang Simpang Lima yang menjadi ikon kota Semarang, warung lesehan tetap buka dan ramai. Bahkan kota Semarang malam itu tetap semarak dengan kehadiran sepeda dan becak lampu. Sayangnya Neio sudah ngantuk berat dan tidak bisa menikmati gemerlapnya becak lampu.

Keesokan harinya, kami siap-siap check out dan membeli sedikit oleh-oleh untuk keluarga di Jepara. Tak lupa  mencoba tahu bakso di Jalan Pandanaran yang endess abisss. Duuuh, saya mulai khawatir dengan jarum timbangan nanti abis liburan, hikkkksss. Tapi, namapun hari kemenangan jadi wajib dirayakan lah yaaa *lagi-lagi pembenaran, hehehehe.

Morning Sunshine...Enjoying our coffee morning

Brother (partner) in Crime

Our Quality Time

Mother&Daughter, Friend Forever

Neio 'Topan' (bukan) Anak Jalanan
 
Kids Club tapi hanya mandi bola doang...*TetapHappy

Selfie...selfie is in the air
----to be continue----