So far, Semarang meninggalkan kesan cukup baik di hari pertama liburan kita. Kini, kita siap-siap menuju Jepara, kota kelahiran Bapak Suami. Sebenarnya siy, bukan di Jeparanya banget, tapi rumah kelahiran si Papi berada di daerah perbatasan Kudus dan Jepara. Jadi, karena beberapa pertimbangan, akhirnya kita memesan hotel di Kudus saja. Karena memang kotanya terasa lebih 'hidup'.
Kenapa tidak menginap di rumah mertua?. Sudah pasti karena saya juga ingin menghormati papa dan adik yang tahun ini memutuskan berkumpul bersama kami. Jika saja nanti Uncle Deral sudah kembali ke Indonesia bisa jadi kisahnya akan berbeda.
Nah, karena memang tujuan mudik kali ini bersilaturahmi dengan keluarga suami di Jepara, maka setelah istirahat sehari di Semarang kita langsung meluncur ke Jepara. Bertemu saudara-saudara dan makan siang masakan ibu mertua. Tradisi di Jawa memang sedikit berbeda dengan daerah-daerah lain yang merayakan lebaran.
|
Lebaran ke rumah Mbah, merdeka makan es krim, yummmyy... |
Jika di Padang ketupat serta sayurnya disajikan pada saat lebaran, maka di Jawa, ketupat baru dibikin seminggu setelah lebaran Idul Fitri. Namanya lebaran ketupat. Makanya di hari lebaran kedua ini kita belum bisa merasakan ketupa. Jadilah ibu mertua masakin teri nasi telur dadar dan gulai ayam kampung serta tempe goreng andalan yang rasanya gurih banget.
|
Home Town of Papi Farid and Family |
Alhamdulillah, baby Neio makan dengan lahap. Kalau yang lain siy ga usah dibahas ya, apalagi kakak Nadhifa. Buat saya, kenikmatan waktu makan itu indikatornya adalah Neio seorang. Jika Neio bisa makan dengan lahap maka sukses lah acara makan kita saat itu, hehehe.
Setelah puas bersilaturahmi dan berkunjung ke rumah saudara, sorenya kami menuju hotel Hom di Kudus. Hotel bujet yang masih relatif baru dan masih satu grup dengan Hotel Horison. Meski membawa nama besar Horison, namanya hotel bujet tetap saja disesuaikan bujuet yang nginap, hahaha. Jadi, ketika kita mencari-cari hotel di Kudus yang memiliki rating tertinggi ya hotel Hom ini. Jadilah kita akhinrya memilih ini. Syukurnya masih bisa dapat kamar
connecting. Jadinya, meski spacenya imut-imut, Neio masih bisa berlari-lari mengitari 2 kamar. Sementara kakak Nadhifa lebh tertarik menonton televisi
(as usual).
|
Belajar foto candid |
|
Lazy boy, "cimutnya mana, Neio mau pake cimut" (cimut=selimut) |
|
lovely uncle Endo...:) |
Namun, meski kamarnya kecil-kecil, ternyata
peminatnya banyak loh hotel ini. Terbukti, pada saat sarapan, makanan
nya cepat habis, hiks. Udah gitu, kursinya juga selalu penuh.
Pagi setelah sarapan, ternyata si Kakek menemukan tempat susu murni yang ramai banget. Memang, kalau sedang liburan luar kota, kakek bisa improvisasi sendiri menyusuri kota karena kita masih lelap di kamar. Tak sengaja, ternyata di tengah kota Kudus ternyta ada peternakan sapi perah sekaligus susu murni dan aneka cemilan. Jadi, lumayan lah ya bisa sekalian ajak Nadhifa dan Neio wisata edukasi. Benar saja, anak bocah antusias sekali, terutam si kecil Neio. Takjub gitu memandang sapi yang lagi diperah, bahkan ada yang sedang pipis dan pup. Tapi, Neio tetap anteng menikmati, bagoesss.
|
Ngebecak ke peternakan sapi |
|
Mooo...moooo....Morning Sapi... |
Untuk kuliner malam, pastinya kita wajib mencoba Soto Kudus langganan. Sayang, di hari lebaran ini soto kudus langganan tidak berjualan, syukurnya masih ada soto kudus yang tetap buka namun penuh banget. Jadi, kekangenan terhadap kuliner andalan kota Kudus ini masih terobati. Sayangnya, si Papi malam itu tidak bisa menikmati Soto Kudus karena harus mengajak Neio keliling n aik mobil sambil makan. Yah, begitulah, apapun kami lakukan asalkan Neio mau makan, meski akhirnya si Papi sendiri tidak sempat makan karena begitu balik Soto Kudusnya sudah ludes dess desss.
Meski kecewa, akhirnya Papi Farid menghibur diri dengan menjajal sate kerbau yang konon kabarnya juga cukup legendaris di kota Kudus. Dan hasilnya...not bad lah ya Pap.
Hari kedua di Kota Kudus kami kembali mengunjungi rumah Mbah di Jepara. Apalagi, rencananya mau ada acara makan-makan di Muria. Sebuah daerah pegunungan yang juga menjadi salah satu tujuan wisata. Perjalanan dari rumah di Jepara sekitar 1,5 jam dan begitu sampai ternyata tempatnya asyik pake banget. Namanya Waroeng Ibu. Tempatnya enak banget. Berada di ketinggian dan hawa nan sejuk, tempat makan dan rekreasi ini sangat direkomendasikan bagi anda yang berkunjung ke Jepara, Kudus, dan sekitarnya.
|
Waroeng Ibu #recommended place to visit #Not to eat #lamaaa |
|
Kakek dan cucu |
|
Waroeng Ibu and its surroundings |
|
Perjuangan nyuapin Neio...Pake acara nangkring di perosotan ga mau turun, dudududu |
|
Mami :Neio...neio...mam yukkk...Neio : (cuek) |
| |
Tak seperti tempat rekreasi lain yang mungikin kebersihannya kurang terjaga di musim liburan, Waroeng Ibu ini justru tetap bersih meski ramai pengunjung. Di setiap sudut, pesan-pesan untuk menjaga kebersihan selalu terpampang dan sepertinya mendorong pengunjung untuk konsisten menjaga kebersihan. Apalagi petugas kebersihan yang selalu hilir mudik untuk memonitor kebersihan lingkungan sekitarnya menjadikan Waroeng Ibu tetap kinclong.
|
My fisherman |
|
Mana ikannya Neio? |
|
Mulai cranky karena ngantuk... |
Satu hal yang tidak direkomendasikan dari tempat ini hanyalah pesanan makanan yang lama sekali datangnya. Berdalih ramai pengunjung rasanya agak-agak gak logis juga menunggu pesanan makanan hingga 3 jam lamanya. Huaaaa, kasian amat yang mau buka puasa di sini yaaa...Puasanya extend...
Selain pesanan yang lama banget datangnya, sepertinya tempat makan dan rekreasi ini tidak ada celanya lagi. Arena bermain anak cukup banyak, bisa mancing juga, ada hewan-hewan seperti kelinci, harmster, ikan yang bisa menghibur mata, pokoknya lengkap deh. Terbukti, adek Neio betah sekalai main perosotan, bahkan ada salah satu keponakan yang sampai nyebur ke kolam pancing karena saking astiknya mancing, hahaha...
Tak terasa, tiba saatnya pulang ke Jakarta. Sempat makan siang enak banget di Kota Lama Semarang dan menikmati vespa modifikasi berkeliling Kota Tua, seruuuu. Yang paling seru adalah sate kambing rekomendasi Om Anom, teman Uncle Endo yang nendang abisss.
Seumur-umur makan sate kambing dan olahan kambing lainnya, sepertinya
Sate 29 ini pantas menjadi Juara. Rasanya TOP Markotop (pinjam
istilahnya ya Om Bondan, btw, Om Bondan apa kabar ya? Loloskah jadi
wakil rakyat ke Senayan?:p. Padahal udah paling benar jadi pengamat
kuliner lo Om, tapi hidup kan pilihan ya om ya, hehehehe).
|
Very recommended Sate Kambing |
|
Ngeeeng....ngeeennng |
|
Tetap sebuah perjuangan untuk nyuapin Neio |
|
Si centil |
|
Hasil hunting pakai vespa |
Perjalanan pulang agak sedikit lebih lama dibandingkan waktu berangkat. Ya, namapun arus balik dan orang-orang punya pikiran yang sama seperti kita kalau pulang lebih awal mungkin tidak terlalu macet. Ternyata, perjalanan balik ke Jakarta kita menghabiskan waktu 16 jam rute Jakarta-Semarang. Lebih lama 4 jam dibandingkan saat berangkat dengan rute yang sama. Tapi, setelah cerita dengan teman-teman ternyata ada yang sampai 35 jam bahkan lebih, jadi tetap alhamdulillah, hehe.
|
Yeeeey, ke Jakarta aku kan kembali...iiiii *singing |
|
Duta Cilik Kompas *colek Pak Jacob Oetama...:) |
Over All...
Nice Vacation...Can't wait for the next trip...
Happy Idul Fitri 1435 H
Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Semoga kita bisa menjadi manusia lebih baik dan diberi kesempatan merayakan hari kemenangan kembali di tahun depan, aminnn