Kalau buat saya pribadi yang masuk kategori nyantai kombinasi agak-agak panik-an ini tentunya juga menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi ingin tetap menjalankan kodratnya sebagai perempuan seutuhnya, namun di sisi lain kadang ingin 'teriak' juga ketika menghadapi kenyataan ART mau berhenti a.k.a gak balik kerja lagi pasca mudik.
Beberapa kali lebaran pernah melewati rasanya resah dan gelisah pasca libur lebaran, alhamdulillah lebaran tahun ini si teteh yang selama ini bekerja di rumah kami memutuskan untuk tetap bekerja. Yeaaaayyy, ga percuma lah ya special treatment yang sudah dilakukan selama ini. Lagian, teteh juga sudah seperti keluarga sendiri. Pasti effort banget kalau kita harus beradaptasi dengan wajah baru.
Namun, hari-hari menjelang masuk kantor pasca libur lebaran, kami kembali deg-deg an karena teteh yang tak ada kabar beritanya. Benar saja, pas malam minggu (senin harus masuk kantor) ketika saya sms, si teteh bilang kalau dia mungkin tidak bisa balik ke rumah hari Minggu karena harus mengurus anak bungsunya yang sedang sakit. Ditambah lagi, konon katanya dia juga sedang diare. Huaaaa, horoooor. Memang siy selama ini ada juga ART yang pulang pergi alias balik hari tapi rasanya impossible meninggalkan 2 bocah bersama si Mpok. Meski, ada sang kakek yang selalu bersama kita, tapi hati kecil saya tetap tidak sepakat untuk memberikan pengasuhan pada Papa meski cuma untuk beberapa jam.
Setelah diskusi panjang lebar dan berargumentasi dengan suami dan Papa, akhirnya kita sepakat untuk membawa Nadhifa dan Baby Neio ke kantor saya. Setidaknya sambil menunggu si teteh sampai di rumah.
Memutuskan tidak bekerja pasca lebaran juga sama halnya dengan 'bunuh diri'. Tingginya perhatian media pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) terutama di Pemprov. DKI Jakarta dan tegasnya era kepemimpinan saat ini membuat saya tak berdaya, hehe. At least, ini pula yang mungkin dirasakan sejumlah PNS lain yang posisinya seperti saya.
Singkat cerita....(padahal udah panjang banget..:p)
Jeng...jeng, Senin pagi, 4 Agustus 2014 menjadi sejarah pertama saya ngantor sambil bawa anak. Seumur-umur bekerja belum pernah sampai harus membawa anak ke kantor. Apalagi ketika masih ada Mama...Al-fatihah.
Hasilnya, selain jadi bahan becandaan teman-teman di kantor, anak-anak ternyata sangat menikmati berada di kantor Maminya. Sekalian ya Nak, kakak dan adek melihat langsung betapa selama ini Mami membanting tulang demi mencukupi kehidupan kita, hahaha #curcol. Dan pastinya, kehadiran Nadhifa dan Neio sukses bikin Mami tak bisa bekerja. Malah yang ada rusuh. Apalagi Neio yang kalau bosan di depan komputer langsung spontan bilang "Neio mau pipis" atau "Neio mau pup" padahal udah dipakein Pampers, bahahahahaha.
Endingnya, pukul 10 an sepertinya menjadi batas toleransi maksimal. Sebelum semakin huru-hara karena Neio yang mulai ngantuk karena sudah memasuki jam tidurnya, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Berharap semoga si teteh segera datang dan saya bisa balik ke kantor dengan tenang.
Alhamdulillah, semua indah pada waktunya...sampainya di rumah, langsung tarik napas panjang dan setengah jam kemudian si teteh pun pulang. Makan siang di rumah, lanjut balik ke kantor menjajal Commuterline yang sunyi sepi di jam 13.30.
ini bukan eskploitasi anak sodara-sodara tapi 'berdamai dengan situasi'... |
PS : Tak sabar ingin mengupload kisah mudik perdana kami, tapi masih mengumpulkan foto dan mood penulis, hehehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar