Cerita wisuda tak ada habisnya, rasanya happy nya ga ilang-ilang. So...setelah selesai semua prosesi Wisuda UI, saya dan suami bergegas pulang karena sudah niat mau photo session sama anak-anak. Sengaja banget tidak bawa bocah ke UI untuk menjaga mood mereka pada saat photo session siangnya. Niyaaaaat....
Setelah gagal di studio dekat rumah, akhirnya kita dapat studio di Bintaro Sektor 7. Meski sempat ditolak karena penuh namun melihat kita sudah ready to the max, akhirnya Customer Service luluh juga dan mempersilahkan kita langsung ke studio...*rejeki anak sholeh.
Selain foto wisuda, mumpung di studio, kita sekalian jepret-jepret untuk nambah koleksi foto keluarga.
Jumat, 16 September 2016
Kamis, 15 September 2016
Perjuangan Berbuah Manis; Vonis 'Kanker', Tulis Tesis, Sidang, Wisuda (2)
Semua indah pada waktunya...setelah melewati perjalanan panjang dan berliku diwarnai ujian-ujian penuh makna dari Allah SWT, alhamudlillah saya bisa merasakan wisuda sebagai lulusan Pasca Sarjana UI.
Wisuda UI kali ini tentu berbeda dengan wisuda saya sebelumnya yang notabene kampusnya juga beda.
Waktu di UNPAD wisudanya ditemanin Kakak, kalau di UI didampingi suami, hehehe
Lucunya lagi wisuda, UI ini agak-agak sedikit heboh. Terutama pada saat Gladi Resik a.k.a GR. Kalau GR biasa paling hanya duduk dan mendengarkan urutan acara buat acara wisuda di hari H. Namun kalau di UI, GR itu harus dengan pakaian wisuda lengkap dan make up pula. Karena prosesi salaman dengan Rektor dan Dekan itu malah pas acara GR. Di hari H nya mah cuma seremoni mendengarkan lagu-lagu, tapi tetap kudu dandan juga. Jadilah saya berpikir berat akankah ke salon atau cukup dandan sendiri mengandalkan sisa-sisa skill tempo dulu jaman jadi presenter, halah....
Setelah ditimang-timang dan diitung-itung, baik dari segi biaya dan waktu, rasanya koq ya ga efektif banget harus datangin (teman) make up artist atau ke salon pada saat-saat seperti itu. Selain pasti diuber-uber waktu, tentunya dari sisi biaya juga lumayan. Harus bayar 2 kali untuk hajat yang sama (GR dan Wisuda). Akhirnya saya bertekad membeli 'peralatan tempur' lengkap mulai dari foundation, primer, bedak, eye shadow, councelar, dan lai-lain. Habisnya sih lumayan bikin manyun, tapi kalau dipikir-pikir kan saya nantinya bisa menggunakan untuk acara kondangan yang agak serius.
Beberapa hari sebelum hari H mulai berlatih dan rajin nonton youtube untuk update skill dandan. Tak lupa praktek bersama kakak Nadhifa ketika Neio sedang tidur. Dan tadaaaa, ... Kenapa harus tunggu Neio tidur? karena selain direcokin pasti Neio juga maksa minta didandanin.....Ampuuunnn
Pas GR, saya dandan di kantor, lumayan ada waktu cukup sebelum diantar bapak suami yang baik hati ke Depok. Bertepatan pas hari itu saya juga Ulang Tahun, jadi happynya nambah-nambah deh.
Setibanya di UI semua pada eksis ya bow....saya pun....:D
Berselang 3 hari kemudian, pagi-pagi saya berangkat ke UI dan dandan di mobil. Sempat badmood karena eye linernya abal-abal, setiap kali diraut patah terus, hikssss. Namun, hasilnya not bad lah, meski lebih puas dengan make up pada saat GR, hehe.
Wisuda UI kali ini tentu berbeda dengan wisuda saya sebelumnya yang notabene kampusnya juga beda.
Waktu di UNPAD wisudanya ditemanin Kakak, kalau di UI didampingi suami, hehehe
Lucunya lagi wisuda, UI ini agak-agak sedikit heboh. Terutama pada saat Gladi Resik a.k.a GR. Kalau GR biasa paling hanya duduk dan mendengarkan urutan acara buat acara wisuda di hari H. Namun kalau di UI, GR itu harus dengan pakaian wisuda lengkap dan make up pula. Karena prosesi salaman dengan Rektor dan Dekan itu malah pas acara GR. Di hari H nya mah cuma seremoni mendengarkan lagu-lagu, tapi tetap kudu dandan juga. Jadilah saya berpikir berat akankah ke salon atau cukup dandan sendiri mengandalkan sisa-sisa skill tempo dulu jaman jadi presenter, halah....
Setelah ditimang-timang dan diitung-itung, baik dari segi biaya dan waktu, rasanya koq ya ga efektif banget harus datangin (teman) make up artist atau ke salon pada saat-saat seperti itu. Selain pasti diuber-uber waktu, tentunya dari sisi biaya juga lumayan. Harus bayar 2 kali untuk hajat yang sama (GR dan Wisuda). Akhirnya saya bertekad membeli 'peralatan tempur' lengkap mulai dari foundation, primer, bedak, eye shadow, councelar, dan lai-lain. Habisnya sih lumayan bikin manyun, tapi kalau dipikir-pikir kan saya nantinya bisa menggunakan untuk acara kondangan yang agak serius.
Beberapa hari sebelum hari H mulai berlatih dan rajin nonton youtube untuk update skill dandan. Tak lupa praktek bersama kakak Nadhifa ketika Neio sedang tidur. Dan tadaaaa, ... Kenapa harus tunggu Neio tidur? karena selain direcokin pasti Neio juga maksa minta didandanin.....Ampuuunnn
Pas GR, saya dandan di kantor, lumayan ada waktu cukup sebelum diantar bapak suami yang baik hati ke Depok. Bertepatan pas hari itu saya juga Ulang Tahun, jadi happynya nambah-nambah deh.
Setibanya di UI semua pada eksis ya bow....saya pun....:D
ki-ka : mbak ingki, rini, me, teh indri, dan amal |
with Kiki dan Mbak rini |
What a day, malamnya disambut 2 bocah kesayangan untuk tiup lilin dan potong kue, alhamdulillah |
Berselang 3 hari kemudian, pagi-pagi saya berangkat ke UI dan dandan di mobil. Sempat badmood karena eye linernya abal-abal, setiap kali diraut patah terus, hikssss. Namun, hasilnya not bad lah, meski lebih puas dengan make up pada saat GR, hehe.
Semoga menjadi ilmu bermanfaat untuk kemajuan peradaban, aminnnn....
Sabtu Pagi, September Ceria
Seperti sabtu pagi kemarin, iseng kita jalan kaki ke Branchsto dan bisa melihat kuda-kuda bule yang lagi sarapan. Bocahnya juga senang meski pulangnya cuma beli nasi uduk pinggir jalan dan mak nya lanjut bakar kalori lari pagi ke Pasar Segar untuk berbelanja keperluan Lebaran Idul Adha. Anak-anak take over to daddy for a while...:)
Bahagia itu sederhana...
Senin, 05 September 2016
Perjuangan Berbuah Manis; Vonis 'Kanker', Tulis Tesis, Sidang, Wisuda (1)
Times fly...Setelah kurang lebih 2 tahun berjuang melanjutkan pendidikan di salah satu kampus idaman Tanah air, alhamdulillah terbayar sudah tepat pada hari Ulang Tahun saya yang ke sekian (agak sensitif ya nyebutin umur kalau sudah lewat kepala 3), hehe. Pada 24 Agustus 2016 kemarin saya resmi menyandang gelar Master of Science di bidang Manajemen Komunikasi dengan konsentrasi Komunikasi Pemasaran.
Rasanya baru kemarin masih naik turun Transjakarta, mendengarkan dosen mentransferkan ilmunya di kelas malam bersama teman-teman yang berjuang melawan kantuk karena sudah bekerja seharian. Pulangnya menunggu teman barengan ke stasiun Tanah Abang, kadang mencoba peruntungan pakai Grab Taxi atau di akhir-akhir masa kuliah sempat merasakan kehebohan tarif Ojek Aplikasi.
Sampai di rumah kurang lebih pukul 10 malam atau 11 malam langsung mandi. Seringnya sih disiapkan air panas oleh suami tersayang, makasih ya Pi, meski terkadang si Papi lupa dan sudah molor duluan sambil ngelonin bocah. Sebelum tidur sempat-sempatnya memandangi wajah 2 (dua) bocah sambil ngebatin penuh rasa bersalah dan mencium dahinya untuk meminimalisir sesak di dada. Aaaahhhh, Alhamdulillah semuanya sudah berakhir dan semuanya terasa manis.
Officially pada tanggal 9 Mei 2016 saya resmi dinyatakan lulus dalam sidang yang berlangsung kurang lebih satu jam di Ruangan IASTH 602. Rasanya hari itu berjalan lambat. Betapa tidak, pada malamnya saya sama sekali tidak tidur karena Neio mendadak mengeluh sakit perut. Entah karena apa, Setiap saat Neio terjaga sambil merintih dan memegang perutnya. Saya yang seharusnya istirahat untuk persiapan sidang malah akhirnya tidak bisa tidur sama sekali. Bolak-balik mengoleskan minyak kayu putih dan mengusap perutnya. Sementara suami membantu dengan menyiapkan handuk air panas yang dimasukkan ke dalam gelas dan mengompresnya ke perut Neio.
Paginya saya dengan dukungan penuh dari suami dan Papa, saya membulatkan tekad untuk berangkat ke kantor dan menyiapkan diri untuk Sidang Tesis. Rasanya sudah tidak karu-karuan. Badan remuk, kepala kliyengan, mata berat menahan kantuk. Akhirnya naik ojek ke kampus sempat-sempatnya tertidur di tengah kemacetan. Ppppfffhhh, what a day....
Mundur beberapa bulan sebelum sidang, sebenarnya ada peristiwa penting dan bersejarah dalam hidup saya. Pada awal Januari 2016 tepatnya pada saat menyusun Tesis Bab 1, saya divonis dokter menderita Kanker Payudara Stadium 2B. Saat itu rasanya bagai kiamat kecil buat saya. Di tengah impian membesarkan anak-anak, membina keluarga Samara, menemani Papa di masa tuanya hingga cita-cita menyelesaikan studi S2, vonis itu terasa sangat berat.
Saya tidak tahu harus berbuat apa, namun kata-kata seorang dokter yang pada saat itu memeriksa saya cukup membekas dalam hidup saya. Ya, pada saat itu, setelah melihat hasil USG, Mammografi dan memeriksa payudara kanan saya, beliau dengan yakinnya berkata bahwa bejolan ini sudah dapat dipastikan 98% adalah Kanker Payudara. Namun dia menyemangati saya sambil berkata, "Santai saja, kanker menjadi kesempatan buat belajar kembali memaknai hidup" (by. Dr. Dhismas Chaspuri).
Saya yang saat itu masih shock hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Langsung terbayang wajah anak-anak yang selalu menanti kedatangan Maminya, wajah Papa yang menaruh harapan besar agar saya bisa menyelesaikan studi dan tulisan-tulisan di Tesis yang harus diselesaikan.
Bertekad untuk sembuh saya memantapkan diri untuk melakukan operasi pada minggu itu juga. Terima kasih kepada suami yang sudah begitu sabar menghadapi kelabilan emosi saya pada saat itu, selalu menyemangati saya untuk bisa sembuh dan bilang bahwa dia masih yakin akan adanya kemungkinan 2% keajaiban, mukjizat dari Allah SWT untuk umatNya yang tawakkal.
Singkat cerita, malam pada saat operasi, mukjizat Allah SWT itu nyata adanya. Drama dalam hidup saya selama seminggu terakhir menjadi 'happy ending'. Adalah sang dokter bedah (Dr. Samuel J. Haryono) yang tiba-tiba sampai bolak balik ke luar ruang operasi dan awalnya mengabarkan bahwa saya harus di masektomi (pengangkatan seluruh payudara) karena benjolannya mencapai panjang 5cm. Namun tiba-tiba berselang setengah jam kembali memanggil suami dan mengabarkan bahwa hasil baca cepat/Pemeriksaan potong beku (Vries Coup/VC) menunjukkan jika benjolan yang baru diangkat ternyata BUKAN KANKER. Suami yang saat itu hanya ditemani kakaknya langsung sujud syukur dan meneteskan air mata. Sementara saya pada saat baru sadar hanya bisa bingung karena tiba-tiba suami memeluk saya dan bilang bahwa benjolan saya bukan kanker.
Wujud tumor yang diduga Kanker dan Alhamdulillah ternyata hanya radang, terima kasih ya Rabb,.. |
Meski penampakan seperti Hotel Bintang 5 bertekad untuk tidak menginap dimari lagi, amin |
Recovery |
Sarapan pagi ala 'western' sebelum pulang, yummy dan foto bawah hasil PA (Patologi Anatomi) yang melegakan hati, Alhamdulillah... |
Cukup 3 hari 2 malam di RS dan sebelum pulang menyempatkan diri menonton lomba tari Kakak di Ragunan, Alhamdulillah Kakak dan Tim mendapat Juara 1, bravooo |
Ternyata, mukjizat Allah SWT itu nyata adanya, Subhanallah. Di satu sisi saya menyesalkan kenapa dokter dengan gampangnya nge-judge seseorang dengan Kanker padahal belum melakukan biopsi atau pemeriksaan laboratorium apapun. Namun di sisi lain saya bersyukur bisa bertemu sang dokter yang mengingatkan saya untuk belajar kembali memaknai hidup.
Kembali ke laptop...beginilah penampakan setelah sidang, mata panda namun dadanya plong...
Yes, I'am a master..... |
Foto atas, bersama Citra 'The Last Samurai' dan Foto bersama 'Sang Pembimbing yang Luar Biasa', Bpk. Firman Kurniawan dan juga teman-teman yang luar biasa, terima kasih Cendekiawan 2014 |
Setelah sidang pastinya ada hutang revisi yang harus dituntaskan. Selama tak revisi jangan berharap bisa diwisuda dan dapat ijazah. Dan ada lo beberapa teman UI yang tidak sempat revisi dan tidak pernah melihat wujud ijazahnya. Godaan buat tidak mengerjakan revisi itu sangat besar. apalagi bagi pekerja tangguh seperti saya. Namun tekad untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai menjadi tantangan tersendiri untuk menuntaskan perjuangan ini hingga titik darah penghabisan, hahaha.
Dan tadaaaaaaa, inilah akhir perjuangan saya di Program Pasca Sarjana Komunikasi UI...
'The Masterpiece' |
terima kasih tak terhingga untuk Mama di Surga, Papa yang sabarnya seluas samudera, Suami dan anak-anak tercinta, Uda dan Endo, Teteh Imah yang penuh pengertian men-take over urusan dapur, rumah dan anak-anak selama saya bekerja dan kuliah (you're rock teteh) serta pihak-pihak lain yang sudah membantu dan tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.
Lalu bagaimana keceriaan wisuda UI setelah berjuang 2 tahun? ... coming soon
to be continued...
Langganan:
Postingan (Atom)