Times fly...Setelah kurang lebih 2 tahun berjuang melanjutkan pendidikan di salah satu kampus idaman Tanah air, alhamdulillah terbayar sudah tepat pada hari Ulang Tahun saya yang ke sekian (agak sensitif ya nyebutin umur kalau sudah lewat kepala 3), hehe. Pada 24 Agustus 2016 kemarin saya resmi menyandang gelar Master of Science di bidang Manajemen Komunikasi dengan konsentrasi Komunikasi Pemasaran.
Rasanya baru kemarin masih naik turun Transjakarta, mendengarkan dosen mentransferkan ilmunya di kelas malam bersama teman-teman yang berjuang melawan kantuk karena sudah bekerja seharian. Pulangnya menunggu teman barengan ke stasiun Tanah Abang, kadang mencoba peruntungan pakai Grab Taxi atau di akhir-akhir masa kuliah sempat merasakan kehebohan tarif Ojek Aplikasi.
Sampai di rumah kurang lebih pukul 10 malam atau 11 malam langsung mandi. Seringnya sih disiapkan air panas oleh suami tersayang, makasih ya Pi, meski terkadang si Papi lupa dan sudah molor duluan sambil ngelonin bocah. Sebelum tidur sempat-sempatnya memandangi wajah 2 (dua) bocah sambil ngebatin penuh rasa bersalah dan mencium dahinya untuk meminimalisir sesak di dada. Aaaahhhh, Alhamdulillah semuanya sudah berakhir dan semuanya terasa manis.
Officially pada tanggal 9 Mei 2016 saya resmi dinyatakan lulus dalam sidang yang berlangsung kurang lebih satu jam di Ruangan IASTH 602. Rasanya hari itu berjalan lambat. Betapa tidak, pada malamnya saya sama sekali tidak tidur karena Neio mendadak mengeluh sakit perut. Entah karena apa, Setiap saat Neio terjaga sambil merintih dan memegang perutnya. Saya yang seharusnya istirahat untuk persiapan sidang malah akhirnya tidak bisa tidur sama sekali. Bolak-balik mengoleskan minyak kayu putih dan mengusap perutnya. Sementara suami membantu dengan menyiapkan handuk air panas yang dimasukkan ke dalam gelas dan mengompresnya ke perut Neio.
Paginya saya dengan dukungan penuh dari suami dan Papa, saya membulatkan tekad untuk berangkat ke kantor dan menyiapkan diri untuk Sidang Tesis. Rasanya sudah tidak karu-karuan. Badan remuk, kepala kliyengan, mata berat menahan kantuk. Akhirnya naik ojek ke kampus sempat-sempatnya tertidur di tengah kemacetan. Ppppfffhhh, what a day....
Mundur beberapa bulan sebelum sidang, sebenarnya ada peristiwa penting dan bersejarah dalam hidup saya. Pada awal Januari 2016 tepatnya pada saat menyusun Tesis Bab 1, saya divonis dokter menderita Kanker Payudara Stadium 2B. Saat itu rasanya bagai kiamat kecil buat saya. Di tengah impian membesarkan anak-anak, membina keluarga Samara, menemani Papa di masa tuanya hingga cita-cita menyelesaikan studi S2, vonis itu terasa sangat berat.
Saya tidak tahu harus berbuat apa, namun kata-kata seorang dokter yang pada saat itu memeriksa saya cukup membekas dalam hidup saya. Ya, pada saat itu, setelah melihat hasil USG, Mammografi dan memeriksa payudara kanan saya, beliau dengan yakinnya berkata bahwa bejolan ini sudah dapat dipastikan 98% adalah Kanker Payudara. Namun dia menyemangati saya sambil berkata, "Santai saja, kanker menjadi kesempatan buat belajar kembali memaknai hidup" (by. Dr. Dhismas Chaspuri).
Saya yang saat itu masih shock hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Langsung terbayang wajah anak-anak yang selalu menanti kedatangan Maminya, wajah Papa yang menaruh harapan besar agar saya bisa menyelesaikan studi dan tulisan-tulisan di Tesis yang harus diselesaikan.
Bertekad untuk sembuh saya memantapkan diri untuk melakukan operasi pada minggu itu juga. Terima kasih kepada suami yang sudah begitu sabar menghadapi kelabilan emosi saya pada saat itu, selalu menyemangati saya untuk bisa sembuh dan bilang bahwa dia masih yakin akan adanya kemungkinan 2% keajaiban, mukjizat dari Allah SWT untuk umatNya yang tawakkal.
Singkat cerita, malam pada saat operasi, mukjizat Allah SWT itu nyata adanya. Drama dalam hidup saya selama seminggu terakhir menjadi 'happy ending'. Adalah sang dokter bedah (Dr. Samuel J. Haryono) yang tiba-tiba sampai bolak balik ke luar ruang operasi dan awalnya mengabarkan bahwa saya harus di masektomi (pengangkatan seluruh payudara) karena benjolannya mencapai panjang 5cm. Namun tiba-tiba berselang setengah jam kembali memanggil suami dan mengabarkan bahwa hasil baca cepat/Pemeriksaan potong beku (Vries Coup/VC) menunjukkan jika benjolan yang baru diangkat ternyata BUKAN KANKER. Suami yang saat itu hanya ditemani kakaknya langsung sujud syukur dan meneteskan air mata. Sementara saya pada saat baru sadar hanya bisa bingung karena tiba-tiba suami memeluk saya dan bilang bahwa benjolan saya bukan kanker.
Wujud tumor yang diduga Kanker dan Alhamdulillah ternyata hanya radang, terima kasih ya Rabb,.. |
Meski penampakan seperti Hotel Bintang 5 bertekad untuk tidak menginap dimari lagi, amin |
Recovery |
Sarapan pagi ala 'western' sebelum pulang, yummy dan foto bawah hasil PA (Patologi Anatomi) yang melegakan hati, Alhamdulillah... |
Cukup 3 hari 2 malam di RS dan sebelum pulang menyempatkan diri menonton lomba tari Kakak di Ragunan, Alhamdulillah Kakak dan Tim mendapat Juara 1, bravooo |
Ternyata, mukjizat Allah SWT itu nyata adanya, Subhanallah. Di satu sisi saya menyesalkan kenapa dokter dengan gampangnya nge-judge seseorang dengan Kanker padahal belum melakukan biopsi atau pemeriksaan laboratorium apapun. Namun di sisi lain saya bersyukur bisa bertemu sang dokter yang mengingatkan saya untuk belajar kembali memaknai hidup.
Kembali ke laptop...beginilah penampakan setelah sidang, mata panda namun dadanya plong...
Yes, I'am a master..... |
Foto atas, bersama Citra 'The Last Samurai' dan Foto bersama 'Sang Pembimbing yang Luar Biasa', Bpk. Firman Kurniawan dan juga teman-teman yang luar biasa, terima kasih Cendekiawan 2014 |
Setelah sidang pastinya ada hutang revisi yang harus dituntaskan. Selama tak revisi jangan berharap bisa diwisuda dan dapat ijazah. Dan ada lo beberapa teman UI yang tidak sempat revisi dan tidak pernah melihat wujud ijazahnya. Godaan buat tidak mengerjakan revisi itu sangat besar. apalagi bagi pekerja tangguh seperti saya. Namun tekad untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai menjadi tantangan tersendiri untuk menuntaskan perjuangan ini hingga titik darah penghabisan, hahaha.
Dan tadaaaaaaa, inilah akhir perjuangan saya di Program Pasca Sarjana Komunikasi UI...
'The Masterpiece' |
terima kasih tak terhingga untuk Mama di Surga, Papa yang sabarnya seluas samudera, Suami dan anak-anak tercinta, Uda dan Endo, Teteh Imah yang penuh pengertian men-take over urusan dapur, rumah dan anak-anak selama saya bekerja dan kuliah (you're rock teteh) serta pihak-pihak lain yang sudah membantu dan tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.
Lalu bagaimana keceriaan wisuda UI setelah berjuang 2 tahun? ... coming soon
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar