Jumat, 28 Februari 2014

Alasan nge Blog....

Dulu sebenarnya saya juga dah bikin blog yang niatnya buat share hal-hal kecil terutama perkembangan anak. Pastinya biar punya diary virtual aja, secara udah jaman digital kan ya dan banyak waktu yang dihabiskan di depan komputer juga. Tapi apa daya, sukses cuma punya 2 tulisan dan tidak terupdate bertahun-tahun kemudian.

Hari berganti, tahun pun berlalu, tidak berasa kakak Nadhifa tahun ini (tepatnya Juli nanti) sudah mau masuk SD saja. Oh no, time flies so fast. Rasanya sayang banget gambar-gambar foto yang belum sempat tercetak namun punya sejuta cerita itu 'menguap' begitu saja. Bagaimanapun, waktu tidak dapat diputar mundur, memori otak pun makin lama kapasitas nya terbatas. Jadi, mumpung kakak masih beberapa bulan lagi sekolahnya, pengen sekali kelak ketika kakak sudah bisa berselancar dengan lancar di dunia maya (sekarang masih mentok akses youtube sambil nonton dora, princess en friends dan main games  #dilema anak masa kini) maka yang selalu dikunjungi adalah Blog maminya yang ciamik ini, halaaaah. Sebuah blog yang dibuat penuh cinta dan didedikasikan buat anak-anak tercinta. At least, mereka tahu betapa kehadiran mereka seudah membuat perubahan besar dalam hidup kami, menjadikan kami pribadi dewasa yang lebih bertanggung jawab dan setiap helaan nafas ini berisikan do'a agar kelak titipan illahi ini bisa tumbuh sehat dan dapat membawa kebaikan bagi orang banyak, amin.

Perlahan, niat merapikan foto-foto yang terserak dimana-mana itu pun dirangkai niat untuk mengingat-ingat kembali berbagai kisah yang ada di dalamnya sembari dituangkan lewat tulisan-tulisan (doakan ya semoga tidak malas, amin). Hasilnya, baru 8 hari bikin blog, aku sukses bikin 6 artikel sodara-sodara, alhamdulillah. Tapi, pastinya belum berani buat nge share ke publik ya alias promo-promo lewat status apalagi nge-link in ke sosial media-sosial media gitu. Masih newbie banget akuuuh, belum pede #kedip-kedip mata.


So far...ceritanya juga masih seputar romantika anak-anak. Huh, mendadak begitu banyak ide yang ingin ditulis. Dan entah kenapa, waktu di kantor sekarang terasa berlalu lebih cepat, hahahaha.

Trus trus, kenapa namanya lively[me]mommy....

Jadi, setelah blog pertama namanya mynadhifa yang dulu emang dibikin karena baru ada nadhifa, nah, sekarang pengen yang lebih dinamis lagi. Lagian sudah ada Neio juga. Ntar akuh dijudge ga fair pula...

Kebetulan setelah browsang browsing ternyata arti kata lively itu kok ya agak-agak cocok sama diriku ini, hehehehe. Menurut artikata.com beberapa arti kata lively yang representatif banget buat saya diantaranya :
  • full of life and energy (penuh energi)
  • Endowed with or manifesting life; living (diberkahi)
  • full of zest or vigor (semangat)
  • quick and energetic (cepat dan energik)
  • elastic; rebounds readily (elastis, siap melambung, nah loooo)
  • filled with events or activity (diisi dengan event-event dan kegiatan)
  • full of spirit (penuh semangat)   
Gimana? setuju kan kalo nama lively ini sudah cukup representatif buat saya?!, bahahahahah (setuju aja lah ya, biar cepet, hihi)

Sooooo....just wanna say

Welcome Aboard lively[me]

Setahun Pertama....

dear Kiddos, mungkin kolase ini ga selengkap kolase-kolase orang tua lain yang biasanya rajin banget rapiin dokumentasi anak-anaknya. Tapi semoga tidak mengurangi maknanya ya. Harapannya, ke depan kami makin rajin bikin kolase tumbuh kembang kalian berdua, amin.

This is it.....


Nadhifa's first year


 maaf ya kak, fotonya masih kurang banyak, belum ketemu semua file nya, hiks...:)



Neio's first year


Well, karena dokumentasi nya Neio masih "anget" jadi lebih gampil ngumpulinnya, hehehehe...

Love you kiddos....love you for a thousand years.....

Kamis, 27 Februari 2014

Goresan Nadhifa #1


Tuntutan dan harapan untuk anak-anak zaman sekarang memang cukup tinggi. Berbagai artikel tentang haramnya mengenalkan Calistung pada anak-anak TK ternyata tidak berdampak banyak pada pola pengasuhan ibu-ibu yang tergolong kompetitif dan perfeksionis #tunjuk diri sendiri. Tapi, apapun itu, bagi saya pribadi sebenarnya niat mengenalkan huruf, angka dan gambar pada anak sedini mungkin lebih pada unsur seru dan fun saja.

Usia 6 bulan, saya mulai mengenalkan flash card pada Nadhifa (udah tau dong belinya dimana? benar di Loper koran, hahahaha #pisss). Tadinya buat melatih dan menstimulasi agar si anak bayi belajar mengenal warna, bentuk dan benda-benda di sekitar. Itu juga kalau anaknya lagi mau. Nama pun anak pertama , jadi ya pengen se-ideal dan se-proporsional mungkin saja. Hasilnya, rajian bermain flash card membuat perkembangan verbal Nadhifa cukup pesat. Ditambah lagi, si anak bayi ini kalau tidur harus pakai musik karena banyaknya mamang-mamang yang jualan suka lewat depan rumah. Jadi, kalau tidur suka kaget dengar suara pentungan jual ketoprak, atau teng teng teng mangkoknya abang tukang bubur sampai abang-abang jualan telur yang pakai musik template ber toa. Jadi, biar tidurnya ga kaget-kaget, disetelin lah lagu anak-anak sekalian. Lagu anak-anaknya juga yang sepanjang masa itu, seperti pelangi-pelangi, naik kereta api, lihat kebunku, dan lagu anak-anak jadul lain yang sangat sangat easy listening (thanks to Alm Pak dan Ibu Kasur, AT Mahmud, dkk).

Benar saja, umur setahun an Nadhifa sudah mulai bisa merangkai kata. Kurang lebih umur 14 bulan, si anak kecil ini bahkan sudah bisa menyanyi satu lagu sederhana dengan lidah cadelnya. Jadi, bermain flash card pun makin efektif. Menginjak usia 2,5 tahun, saya pun iseng (kalau gak mau dibilang niat) ngajarin si kakak ceriwis ini membaca. Kali ini, pakai flash card made by my self (kurang niat apa coba, hihi). Potongan kalender bekas digambar alakadarnya dilengkapi tulisannya. Ukurannya lebih besar dari flash card pertamanya. Sebenarnya flash card big size ini banyak dijual di toko-toko buku, tapi sebagai mak-mak kreatif dan rajin menabung selama bisa dibikin sendiri kenapa harus beli, hihi.

Awalnya, si kakak selalu ngapalin gambarnya. Perlahan, gambarnya ditutup dan si kakak mulai mengeja tulisannya. Di umur 3 tahun akhirnya si kakak berhasil mengeja kata-kata sederhana yang biasanya terdiri dari 2 suku kata. Misal : P-A PA, P-I PI....Papi, M-A Ma, M-I Mi...Mami, M-E Me, J-A Ja....Meja, en so on, en so on.

Jangan ditanya perasaan mak nya sebagai tutor ambisius perfeksionis ini. Bangga, tentu. Senang, pastinya. Rasanya seperti lolos Ujian Masuk Universitas Negeri, hahahaha #lebbbay. Lalu, tak puas sekedar membaca, kita juga harus melatih motorik halusnya bukan?!. Jadi, kami memfasilitasi si kakak satu buah white board (punya kakek lebih tepatnya yang diboyong lintas pulau demi cucu tercinta) dan spidol agar Nadhifa lebih bebas berekspresi. Awal-awalnya sih coretan biasa khas anak-anak, misal: jaring laba-laba, dan benang kusut, hehehe. Tapi, suatu ketika di malam hari, tepat sebulan setelah si sulung ini merayakan Ultah ke-3 nya, tiba-tiba kakak terlihat serius menggambar sebuah sosok dan setelah gambarnya jadi, diapun tampak girang sambil bilang "Kuntilanak Mi". Whaaaaaaat, flash card kan tidak pernah ada gambar kuntilanak kan ya. Kenapa goresan gambar utuh pertamanya jadi kuntilanak kak? Kenapa? #colek Komisi Penyiaran Indonesia yang masih melegalkan dunia perhantuan di televisi lokal.

Kuntilanak ala Kakak
Beruntung, kesedihan atas hasil gambar  pertama si kakak terobati dengan goresan berikutnya yang dilanjutkan dengan tulisan PAPI #terharu, tapi...tapi...tapi...kenapa harus PAPI, bukan MAMI, padahal kontribusi mami lebih besar selama proses belajar nya (konsisten kompetitif, bersaing ama suami sendiri, hahahaha).

Mmmhhh, daddy's girl
Soooo...menurut saya, mengajarkan Calistung pada anak memang bukan sebuah keharusan tapi selama anaknya siap dan koperatif, kenapa tidak. Toh selama tidak ada unsur paksaan, anak dan orang tua bisa fun, ya dicoba saja. Betul tidak?!....



Minggu, 23 Februari 2014

Girls Talk #1

Salah satu rutinitas favorit bersama Nadhifa adalah Girls Talk sebelum tidur. Biasanya selama 'bertugas' menemani Nadhifa tidur, pasti si anak kecil ini akan menuntut untuk diceritain. Topik pun tidak ada yang spesifik. Mulai dari dongeng pengantar tidur rekayasa (ngarang sendiri jadi ga mainstream, halaaah) seperti Cinderella, Kodok dan Buaya, Kancil Mencuri ketimun dan cerita-cerita khas dongeng lainnya sampai rutinitas sehari-hari si kakak selama di rumah. Biasanya kalau sudah kehabisan ide, buka mbah googling juga trus baca dongeng beneran deh ala Kak Seto.

Tapi, adakalanya si kakak ini tidak minta diceritain dongeng. Dia cuma sekedar bertanya "Mami, tadi di kantor ngapain aja". Nah, kalau sudah begini kadang suka agak mikir beneran jawabnya. Pasti merasa bersalah banget dong kalau bohong. Abisnya seharian di kantor kadang-kadang emang lagi ga ada deadline juga (khas PNS:p). Atau kalau siangnya abis nemenin Bapak Gubernur blusukan siy agak lumayan bisa ada bahan cerita. Endingnya biasanya dirangkai doktrinisasi agar kelak si kakak bisa jadi pemimpin, standar lah yaaaa.

Nah, suatu hari, ketika kebagian shift nidurin si kakak (biasanya karena bapaknya belum pulang, karena abis nidurin si adek Neio, saya langsung cooking class bersama si mbak buat menu besok) ternyata saya langsung ditodong pertanyaan "Mami, apa rasanya jadi orang besar". Maksudnya orang yang sudah besar. Mmmh, kebayang dong anak umur 5 tahun masih duduk di TK B tiba-tiba nanya seperti itu, mak nya kira-kira harus jawab apa coba. Berhubung mak nya emang dituntut harus selalu pintar, kreatif dan sholeh (pinjam tagline sekolah si kakak), akhirnya gw spontan jawab "Seru kak jadi orang besar, bisa kemana-mana sendiri, bisa nyetir sendiri juga, pokoknya asyik deh" (padahal tetap aja jawabannya standar, hahahaha).

Anyway, sebenarnya saya cerita ama si kakak bahwa jadi orang besar itu tanggung jawabnya juga jadi lebih besar. Masalah-masalah yang dihadapi juga pasti lebih banyak. Hidup jadi lebih penuh tantangan. Pasti setuju kan?!. Langsung contoh konkrit saja ya. Perjuangan berangkat ke kantor di kota metropolitan. Kalau tinggal di kota-kota yang tidak seheboh Jakarta siy pasti berangkat ke kantor bisa pakai mobil atau motor sendiri (paling banter agak-agak macet dikit lah ya). Atau kalau mau naik transportasi umum, tinggal milih, mau pakai becak, delman, bis,angkot, bebas.

Potret Suram KRL (Kereta Rel Listrik)

Bagaimana dengan Jakarta dan sekitarnya?. Seperti yang sudah sering disaksikan di televisi sodara-sodara, bagaimana karut marutnya permasalahan transportasi di Jakarta ini. Hal ini pulalah yang daku alami. Setiap hari di drop suami pakai motor menuju stasiun di Bintaro Sektor 3. Setibanya di stasiun drama itu pun dimulai. Jadi Kereta Api di jam-jam 6.30-an itu memang terkenal sangat padat. Apalagi sejak penurunan tarif KA menggunakan tarif progresif dan kemudian turun lagi karena disubsidi pemerintah. Makin menarik aja niy KA buat dijajal. Jadi bisa masuk gerbong KA merupakan sebuah perjuangan yang penuh tantangan. Aksi dorong, sikut menyikut hingga teriakan maut menjelang pintu KA ditutup menjadi makanan sehari-hari. Di dalam pun lebih drama lagi. Tak jarang ada wanita yang pingsan dan akhirnya harus digotong di stasiun terdekat. Mau yang lebih dahsyat, beberapa kali kejadi cewek-cewek histeris antara stress dan depresi (lama-lama antara eneg dan skeptis gw liatnya, whatever).

Adakalanya KA datang telat (lebih tepatnya sering) karena berbagai gangguan, seperti rel tergenang di kala musim hujan, gangguan listrik atas (ya iyalah di bawah pan cuma ada rel #tepok jidat), gangguan wesel bahkan bisa berhenti beroperasi beberapa hari karena tabrakan maut, ooowwwhh. Tapi, sebagai seorang survivor Roker (Rombongan Kereta) tentu tidak boleh menyerah begitu saja. Ketika KA padat penumpang karena alasan apapun, tetap fokus dan jernihkan pikiran. Yakinlah kita tetap bisa terangkut demi bisa datang ke kantor tepat waktu (lumayan bow potongan 'tunjangan di luar gaji' karena telat ituuuh). Ketika gerbong tak mampu menampung jangan sampai kehabisan akal. Tentu masih tersedia ruang kosong yang bisa dimanfaatkan (jangan kira atap ya, karena haram jadah masuk komunitas atapers itu).

Penasaran?!. Eng ing eng, silahkan coba berdiri di lokomotif dekat masinis (ruang masinis kan ga boleh cyiin). Jadi ketika gw nekat naik dan berdiri di sana, sepertinya sang masinis juga bisa maklum, sambil berpesan "Bu, saya tidak pernah ngijinin naik disana ya, kalau ada apa-apa silahkan tanggung sendiri akibatnya" (lhaaa, ini kok lebih terdengar seperti ancaman ya? hahaha). Alhamdulillah, bisa nyampai tujuan selamat ditemani seorang ibu-ibu pedagang yang juga diburu waktu.

"Penampakan Ninja"

Once upon a time

Begitulah kak, kenapa menjadi orang besar itu pasti seru. Tantangan demi tantangan akan membuat kita menjadi pribadi yang matang dan tidak gampang menyerah. Semoga, di saat kakak harus naik KA seperti mami, tidak sampai harus naik di lokomotif juga ya. Semoga PT KA bisa beli Shinkansen ex Jepang dan naiknya ga untel-untelan kaya sekarang (huaaaa, masih konsisten beli KA ex Jepang kah kelak BUMN satu ini? #tutup mata)




Jumat, 21 Februari 2014

Nama penuh makna


Banyak orang yang bilang "apalah arti sebuah nama". Jujur koq saya ngerasa agak sedikit keberatan ya dengan ungkapan seperti itu. Bagi saya, justru nama itu penuh arti dan sarat makna. Beruntung, orang tua  sekarang sudah pintar dan kritis. Memberi nama seorang anak tidak lagi asal-asalan namun penuh pertimbangan. Saking penuh pertimbangannya, maka kita seringkali salah menyebut atau membacanya karena memang tingkat kesulitannya yang cukup tinggi. *games kaleee

Nah, kalo saya siy yang emang dari dulu niat punya anak pertama perempuan maka nama anak pun sudah dirancang jauh-jauh hari. Konyolnya lagi, nama anak yang pertama itu sudah saya rancang sejak duduk di bangku kuliah, hahahaha. Padahal siapa yang bakal jadi bapaknya juga belum tahu, hehehehe.

Lucky me.... ketika beneran anak pertamanya perempuan dan nama yang sudah di angan-angan sejak masa kuliah pun bisa dipake. Dan beruntungnya lagi, bapaknya anak saya ini ga rewel juga *kecup papi. Selama menurut dia namanya terdengar bagus dan dapat dipertanggungjawabkan maknanya, ya dia bakal terma-terima saja (curiga siy emang dia ga ada ide juga, sehingga terkesan pasrah, hihihi).

Jadi, dulu pernah baca bukunya salah satu dosen kuliah, Bapak Prof. Dr. Deddy Mulyana. Kalau gak salah tentang Islam di Australia gitu (lupa judul aslinya). Nah, di salah satu chapter ada kisah tentang seorang perempuan mualaf yang juga gemar bikin puisi, namanya Nadhifa Chaudry. Pas baca namanya koq kaya langsung dapat chemistry gitu dan selalu terbayang-bayang *jatuh cinta kali. Sampai-sampai kalau lagi iseng selalu ditulis-tulis aja gitu di buku *sambil membayangkan bapaknya kaya Brad Pitt:p.

Delapan tahun berlalu sejak baca buku itu, akhirnya anak pertama yang dinanti-nanti lahir juga. Alhamdulillah perempuan pula. Selama hamil, bapaknya selalu bilang, "kalau anaknya perempuan biar kamu aja yang kasih nama", secara ya dari usia kandungan 4 bulan dr. Obgyn sudah bilang kemungkinan besar cewek. Yup, akhirnya kepake lah nama yang sudah lama dirancang di angan ini *konsisten banget ya gw.

Trus, setelah berselancar di dunia maya, konon Nadhifa itu kan berasal dari bahasa Arab, Nadhif, yang artinya bersih. Jadi pas banget karena Nadhifa juga lahir persis di bulan Ramadhan. Sementara Chaudry itu sih gw juga ga ketemu artinya apa. Tapi lucu aja kalau digabung. Nah, karena trend nama anak sekarang terdiri dari 3 suku kata gitu, maka PR nya tinggal mikirin nama belakangnya aja. Karena semua ide sudah dari saya, akhirnya saya berbesar hati untuk mengakomodir kepentingan pemegang saham lainnya *nyeneng-nyenengin si papi doang padahal, pisss. Tapi gak mau pake nama aslinya Bapaknya juga, hahahaha. Cukup singkatannya saja yaitu Farsya (tebak sendiri ya nama Bapaknya siapa, hehehehe). Jadilah nama putri cantik pertama kami Nadhifa Chaudry Farsya. Harapannya, kami ingin kelak Nadhifa tumbuh menjadi perempuan yang bersih hatinya, amin.

a
Nadhifa Chaudry Farsya, Shampoonya cocok ya Kak...:)

Lalu, bagaimana kisah nama si ganteng Neio? Ini ga kalah serunya lagi pemirsa. Jadi, sejak niat punya anak cowok (kita program jenis kelamin lo, kisahnya di lain waktu saja yaaa) maka mak nya  makin rajin browsing di sela-sela pekerjaan *ceileeeh, padahal mah yaaaa....:D. Lagi-lagi, Bapaknya menyerahkan tugas mulia ini pada "Ibu Ratu" karena memang punya daya kreatifitas dan imajinasi yang cukup tinggi, halaaah.

Saking yakinnya kita program jenis kelamin Dr Musa Soebiantoro, Sp.Og ini bakal berhasil, maka saya ga nyiapin nama anak cewek satu pun dong. Di bulan ke-8 kehamilan, beberapa kandidat nama sudah terpilih dan tinggal memutuskan. Hingga akhirnya ketika si baby cowok itu nongol dan melihat langsung penampakannya secara nyata (selama ini cuma lewat USG aja cyin) di hari Minggu 8 Juli 2012, akhirnya kami (saya) memutuskan memberi nama Naryama Khayru Farsyano. Mulai banyak yang nanya dong artinya apa?. Jadi, Naryama itu berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti pemimpin. Sementara, Khayru itu dari Bahasa Arab yang artinya membawa kebaikan. Farsyano merupakan singkatan nama Bapak dan tambahan nama Ibunya (waktu masih siaran sebenarnya, lebih tepat lagi nama Kakeknya). Jadi kurang lebih harapan dan do'anya, si baby cowok Naryama Khayru Farsyano ini nantinya bisa menjadi pemimpin yang membawa kebaikan dan berasal dari keluarga kami, kece yaaaa, huehehehehe.

Naryama Khayru Farsyano, my hairless Neio:p
Udah dapat namanya, sekarang kita bingung dong nama panggilannya apa. Nah, lagi mikir-mikir gitu tiba-tiba Almarhumah Mama yang saat itu sedang sakit nyeletuk, "panggilannya Nayru aja". Eh, terdengar lucu juga *makasih mama, mmmuah. Ya udah, sejak itu si baby cowok kita panggil Nayru, sekalian kita juga pengen mengenang Mama lewat baby Nayru. Tapi, ya gitu deh, karena si Kakak Nadhifa yang masih belum fasih nyebut "R", jadi setiap manggil adeknya selalu 'kepeleset' jadi "Neyyu". Sementara si adek yang sedang belajar ngomong malah selalu menyebut dirinya "Neio". Akhirnya, sekarang nama panggilannya banyak deh. Uncle dan keluarga besar lainnya selalu memanggil 'Nayru' dan di rumah kita selalu pake panggilan kesayangan "Neio". Apapun panggilannya, semoga tidak mengurangi makna namamu yang sebenarnya ya nak, kami berharap kelak kamu benar-benar bisa jadi pemimpin yang membawa kebaikan dan mengharumkan nama keluarga, amin.





Kamis, 20 Februari 2014

Weaning with a 'broken heart'

Weaning atau menyapih bagi sebagian ibu mungkin menjadi masa-masa tersulit. Banyak cara dilakukan, mulai dari ngasih yang pahit-pahit di area nipple sampai ada ibu yang melakukan weaning with love. Artinya si anak yang mulai menginjak umur 2 tahun diberikan pengertian untuk tidak lagi menyusu karena dianggap sudah besar dan mulai mandiri. Yang kedua pasti penuh tantangan secara ngasi pengertian ama orang gede aja susye apalagi anak-anak bow....

Nah, pengalaman saya weaning anak pertama, si kakak Nadfhifa (5,5th) dengan weaning si adek Neio (19 bln) agak-agak serupa tapi tak sama, apa coba, hehehehe. Penasaran? berikut kisahnya.....

Pada suatu hari, waktu Kakak Nadhifa umur 14 bulan tiba-tiba saya divonis terjangkit cacar air a.k.a chicken pox. Tanpa pikir panjang nyokap langsung berinisiatif pesan tiket mudik ke Padang. Yang bikin shock lagi si kakak Nadhifa yang masih sangat aktif minum ASI dengan ibunya ikut dipesankan tiket *nangis bombay. Mau protes juga percuma, kayanya nenek dan kakek memang sudah bulat untut mengungsikan Nadhifa sementara waktu biar tidak tertular.

Keesokan paginya, Nadhifa yang baru bangun langsung dibawa pergi, sementara mak nya hanya bisa menatap nanar sambil berurai air mata tak berdaya, halaaaah. Sehari berlalu, dua hari, hingga tak terasa seminggu akhirnya pertahanan saya runtuh. Ini sudah tak bisa ditolerir lagi. Dan setelah siaran pagi (waktu itu masih kerja di TV critanya) meluncurlah saya ke Bandara berburu tiket penerbangan mau menyusul putri tercinta. Dari terminal 1 ke terminal 2 lanjut ke terminal 3 dan balik lagi ke terminal 1 akhirnya tetap harus menunggu 3 jam di bandara sebelum keberangkatan. Sore hari harinya tiba di BIM Padang akhirnya lega ternyata Nadhifa ga lupa sama maminya, ihiiiy. Untung cacar airnya ga parah jadi ga nyeremin juga bekasnya. Setelah puas peluk-peluk dan cium mulailah upaya untuk relaktasi. Ketika mencoba mimi ASI di mobil sukses ditolak. Mungkin masih kenyang atau lagi rame (kebetulan ada sodara yang nemenin juga) jadi ya pasrah aja.

Lalu malamnya ternyata Nadhifa benar-benar tidak mau lagi menyusu dengan gw, hikssss. Dia lebih memilih air putih dan menolak ASI. Sedih, haru. Niat menyusui hingga 2 tahun pun punah sudah. Tapi Alhamdulillah Nadhifa tumbuh sehat, lincah dan sangat sayang maminya, cihuyyy.

bibirnya gw bgt:)

Beralih ke adek Neio yang baru 2 minggu lalu genap 19 bulan ini memang kisahnya lebih tragis pemirsah :p. Sejak Neio lahir kan saya memang sudah tidak kerja di dunia pertelevisian lagi. Berhubung sudah menjadi Abdi Masyarakat alias PNS, jadi waktu untuk Neio bisa tercurah lebih banyak, alhamdulillah. Neio termasuk anak yang addict bgt dengan ASI. Pulang kantor jam 5 an biasanya dia selalu meminta 'jatah'nya, padahal kan saya harus bersih-berih dulu ya, namanya pun naek transportasi publik (krl, kopaja kombinasi ojek, sesekali bajay) di Jakarta, terbayang lah sekotor apa diriku, hehehehe. Mandi buru-buru pun dilakukan demi bisa menikmati waktu berduaan dengan Neio di tempat tidur a.k.a kelonan. Rasanya jangan ditanya, liar biasa eh luar biasa maksudnya, hihihi. Malam pun begitu, Neio akan selalu meminta 'bagian'nya (maaf ya pi, huehehehe). Gelisah-gelisah dikit langsung sodorin ASI pasti anteng langsung tidur lagi. Indah banget deh pokoknya, hidup ASI....*Merdekaaaa.

Tapi e tapiiiiii, beberapa hari ini entah kenapa Neio selalu menolak kalau ditawarin ASI. Setiap kali pulang kantor, Neio selalu ngajak main, tidak lagi ngajak ke kasur dan menagih jatahnya. Inisiatif menawarkan ASI pun selalu ditolak dengan bilang "ndak...ndak". Kenapa Neio? kenapa? mami salah apa *drama. Genap 2 tahun nya kan masih 5 bulan lagi nak....*ASIAmbassador :p

Padahal ya, beberapa hari lalu tawaran ke luar kota selama 3 hari sudah saya tolak nih demi bisa menemani Neio tidur dan tetap bisa mimi ASI. Makanya semakin tidak siap menerima kenyataan kalau Neio sudah tidak mau mimi ASI gw lagi. Berbagai cara dilakukan dan berbagai gaya pun dicoba, tetap saja Neio tidak mau dan selalu bilang "minyum...minyum", artinya dia minta cup air putihnya. Ritual tidur sambil kelonan ama Neio pun sekarang berganti gendong. Setelah capek guling-guling dan masih belum bisa tidur akhirnya Neio akan minta "mi, endong, endong" dan akhirnya tidur pules.

Hingga akhirnya saya menyadari frekuensi Neio terbangun di malam hari juga jauh berkurang. Sekarang dia sudah mulai tidur nyenyak sampai pagi. Gelisah pun hanya buat ganti posisi dan guling-guling saja. Disodorin ASI pun biasanya hanya dihisap sebentar hingga akhirnya Neio berbalik memunggungi saya.:( .


 hairless Neio :D


Yup, weaning with a 'broken heart', akhirnya saya merasakan yang namanya patah hati. Secara saya ga pernah ditolak cowok ya...*seriously, kan ga pernah nembak duluan karena keseringan ditembak, hahahahah....akhirnya saya harus merasakan 'ditolak' Neio. Sehat dan kuat terus ya My Boy *kisskiss