Tinggal di kawasan Bintaro yang terus berbenah menjadi kota mandiri dan menyandang predikat 'The Profesional City' tentu membanggakan. Apalagi nilai properti di Bintaro Jaya terus meningkat berkali-kali lipat dalam 5 (lima) tahun terakhir. Bahkan melewati batas imajinasi kita saat mulai berinvestasi membeli properti di kawasan ini. Masih teringat, 7 tahun lalu saat kami memutuskan membeli rumah impian di kawasan Bintaro, tepatnya di Jalan Graha Bintaro, daerah tersebut masih sepi dan lengang. Meski sudah ada beberapa sekolah bertaraf internasional di sekitarnya, namun saat itu tetap saja terasa sepi.
Hari berganti, tahun berlalu, mulai 3 tahun terakhir ini kawasan Bintaro sektor 9 paling ujung ini malah semakin diminati. Sejumlah cluster baru bermunculan. Apalagi dengan dibangunnya jalan arteri segmen 6 yang menghubungkan Boulevard Bintaro Jaya di sektor 7 langsung ke Jalan Graha Bintaro. Ini seperti 'dream come true' bagi saya dan juga warga Bintaro Jaya 'pelosok' ini. Jalan yang dijanjikan sejak kita menandatangani kontrak pembelian rumah 7 tahun silam akhirnya bisa dinikmati. Betapa tidak, tanpa jalan tembus ini, kita selalu dipusingkan dengan kemacetan di Jalan Parigi yang sepertinya sudah melebihi kapasitas. Apalagi pada saat proses pembetonan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan mau tidak mau diberlakukan sistem buka tutup, kemacetan di jalan ini terasa sungguh menyiksa.
Dibangunnya jalan arteri segmen 6 ini benar-benar membawa angin segar. Ditambah lagi jalan yang dibangun juga akan dilengkapi dengan pedestrian walk dan bike path. Sebuah fasilitas yang entah kenapa, selama ini terasa sangat 'mahal' di sebuah kota mandiri seperti Bintaro. Mimpi mengajak anggota keluarga dan anak-anak bersepeda atau sekedar jalan pagi di hari libur semakin mendekati kenyataan. Selama ini selalu was-was kalau bersepeda atau sekedar jalan kaki di antara lalu lalang kendaraan.
Menurut pengelola Bintaro Jaya, pedestrian walk merupakan konsep baru yang dikembangkan
Bintaro Jaya untuk memberikan fasilitas yang lebih nyaman dan aman bagi
para pejalan kaki, juga pesepeda. Pedestrian walk akan terdiri
dari jalur khusus pejalan kaki dan pesepeda, selebar 4 meter. Artinya,
jalur sepeda tidak lagi berada sejajar dengan jalan raya, tapi pindah ke
pedestrian. Bahkan di sepanjang pedestrian walk, rencananya juga akan dilengkapi dengan beberapa street furniture, seperti bangku-bangku taman, panic button, dan lampu-lampu penerangan. Marka-marka jalan pendukung pedestrian walk, juga akan dipasang, supaya pengendara mobil atau motor, menghormati para pejalan kaki dan pesepeda.
Wah, kebayang kan seperti apa indahnya nya kotanya 'para profesional' ini nanti. Namun, selain beberapa street furniture seperti yang disebutkan di atas, tampaknya Bintaro Jaya juga perlu menyediakan tempat sampah di beberapa sudut pedestrian walk dan bike path ini. Terutama di sekitar bangku-bangku taman. Biasanya bangku taman akan dimanfaatkan untuk bersantai sambil menikmati makanan ringan (camilan) dan minuman. Pastinya kita gak mau kan konsep pedestrian yang sudah keren ini ternodai dengan tumpukan-tumpukan sampah di sekitarnya. Memang sih ada petugas kebersihan dari Bintaro Jaya yang selalu sigap dengan sapu dan kantong sampahnya. Tapi menurut hemat saya menumbuhkan kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya jauh lebih berarti dibandingkan kehadiran 1000 orang petugas kebersihan sekalipun.
Kesadaran warga untuk terlibat menjaga lingkungan sekitarnya masih sangat rendah. Lihatlah taman-taman di sekitar kawasan Bintaro, terutama di hari libur. Sehabis berolahraga pagi, sampah karena ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab juga bertebaran dimana-dimana. Selain karena memang minim fasilitas tempat sampah, kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan juga masih kurang. Bahkan, tak hanya di akhir pekan, pada hari-hari biasa juga ada beberapa sudut kawasan Bintaro yang dijadikan tempat piknik dadakan. Warga yang tinggal di Bintaro Jaya maupun warga di sekitarnya berbondong-bondong datang, baik sekedar bersantai menikmati suasana sore atau menemani putra-putri tercinta menunggangi kuda di tanah merah, naik odong-odong dan bermain di bouncer atau balon raksasa yang bisa menjadi arena bermain anak-anak portable. Pada saat menjelang magrib dan 'pesta' usai, ceceran sampah akan menjadi pemandangan yang lazim.
Tak hanya itu, ketika acara-acara resmi maupun hajatan pernikahan, ulang tahun, dan acara-acara serupa lainnya, yang menyediakan snack box ataupun sejenisnya, kita juga masih akan menemui kotak-kotak dan sampah plastik berserakan di lantai atau di bawah kursi. Seolah tanpa merasa bersalah, para tamu undangan dari berbagai kalangan, mulai warga biasa hingga orang gedongan masih banyak yang menyimpan sampahnya di tempat-tempat yang tidak semestinya. Padahal di beberapa acara, panitia sudah menyediakan tempat sampah atau tempat piring kotor sekalipun. Lagi-lagi, minimnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan tidak menggerakkan mereka untuk membuang sampah pada tempatnya.
Sudah saatnya Bintaro Jaya di usianya yang ke-35 mulai memikirkan konsep sosialisasi dan edukasi warga dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Ke depan, Bintaro Jaya juga diharapkan dapat membina warga dalam melakukan pemilahan dan pengolahan sampah Rumah Tangga. Bagaimana warga bisa melakukan pemilahan sampah mulai dari Rumah Tangga masing-masing dengan mengklasifikan sampah organik, an organik dan Bahan Berbahaya & Beracun (B3). Bahkan, seperti yang sudah dilakukan di beberapa kota, tidak tertutup kemungkinan warga Bintaro dapat mengembangkan Bank Sampah. Lewat Bank Sampah kita tak hanya sekedar merubah perilaku, namun sekaligus menabung dan mendatangkan rupiah.
Konsep Bank Sampah pada dasarnya cukup sederhana menggunakan konsep 5 M, yaitu Mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah hingga menabung sampah. Komitmen yang tinggi dari semua stakeholder yang terlibat diyakini dapat menggerakkan perekonomian warga. Bukan tidak mungkin, Bintaro Jaya bersinergi dengan Pemerintah Kota untuk ikut mengedukasi dan mensosialisasikan Bank Sampah ini pada warga di luar Bintaro Jaya. Di usia yang ke 35 tahun tentu menjadi usia yang sangat cukup bagi Bintaro Jaya untuk ikut membimbing Kota Tangsel yang masih sangat belia. Bagaimanapun, persoalan sampah masih menjadi momok bagi Kota Tangsel. Inovasi dan kreasi dari Bintaro Jaya yang bisa saja dituangkan dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) diharapkan mampu membawa Tangsel ikut maju dan sejajar dengan kawasan Bintaro Jaya.
Selamat Ulang Tahun Bintaro Jaya, JAYALAH terus BINTARO JAYAKU.
Note: Tulisan ini pernah dikirimkan untuk Lomba Karya Tulis 35th Bintaro Jaya, alhamdulillah belum menang, hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar