Minggu, 13 Juli 2014

Kisah Pada Sebuah Jam

Setiap orang tentunya punya jam favorit atau jam andalan. Begitu juga saya...Terlatih menggunakan jam tangan sejak kelas 1 SD membuat saya 'ketergantungan' pada benda satu ini. Jika sekarang orang selalu merasa 'kehilangan' ketika ketinggalan Hand Phone, maka pada saat SD, saya selalu merasa ada yang kurang ketika lupa menggunakan mesin pengingat waktu ini.

Sebagai pengguna setia jam tangan sejak usai belia, so far saya hanya punya beberapa jam tangan. Itu pun hanya jam tangan merk standard karena memang pada dasarnya saya bukan penggila barang-barang 'branded' juga. Percaya tidak percaya, mulai dari jaman SD yang masih menunggu jam tangan pemberian orang tua hingga menjadi wanita pekerja dan bisa menghasilkan duit sendiri, saya hanya memiliki 1 buah jam tangan. Begitu rusak dan tidak bisa dipakai lagi barulah jam tangan pengganti datang.

Baru beberapa waktu lalu saja, ketika sudah mulai bosan dengan jam yang itu-itu saja, saya iseng mulai membeli satu buah jam tangan alternatif. Lagi-lagi hanya merk biasa dan model standar. Bagi saya keistimewaan sebuah jam tidak pada model atau harganya, tapi lebih pada konsistensi si pengguna jam dalam menghargai waktu, ceileeeeh, dalam yaaaaak... *sokfilosofis.

O ya, ketika Papa Euro Trip sambil mengunjungi kakak yang lagi sekolah di Jerman di akhir tahun 2013 kemarin, saya juga sempat iseng titip oleh-oleh jam tangan. Tentu bukan ke si Papanya langsung. Alih-alih tidak mau merepotkan Papa, jadi tentu sasarannya adalah sang Kakak tercinta. Apalagi dengan banyaknya katalog online, si kakak tinggal kirim alamat website dan saya bebas memilih jam yang diincar (tapi masih tau diri koq nyari yang discountnya gede, hehe). Setelah fix dengan modelnya, saya tinggal mengirimkan no seri barang dan voilllaaa...jam impian pun siap terbang ke Indonesia, nikmat ya memang 'malak' in saudara itu *siap-siapdigetok.

Nah, selain jam dari benua Eropa itu, saya masih punya 2 jam tangan lagi, yaitu sebuah jam tangan model petak persegi panjang warna hitam yang beli pakai duit sendiri di Melawai, Blok M dan jam tangan bentuk semi bujur sangkar warna putih yang dibeliin Almarhumah Mama di Padang.

Nah, jam yang dibelikan Mama inilah yang selama ini menjadi jam favorit saya. Tak hanya karena modelnya yang simple minimalis, tapi tentu juga karena nilai historisnya. Kalau tidak salah, jam tangan ini dibelikan di tahun-tahun terakhir saya sebagai murid SMU sekitar tahun 1998 atau 1999, yang artinya jam tangan ini sudah menemani saya selama kurang lebih  15 tahun. Wooowww, awet banget kan...Benar ya kata orang kalau beli barang yang berasal dari negara produsen aslinya biasanya suka tahan lama. Jam tangan saya ini memang kalau lihat sejarah perusahaannya merupakan produksi Swiss. Nah, pan orang bilang Swiss memang dikenal dengan produk-produk jam nya yang tahan banting...Eee, alhamdulillah berlaku juga pada jam tangan saya:)

Tak hanya saya, adik saya pun saat itu juga dibelikan jam yang persis sama tapi beda ukuran karena jam cowok biasanya memang ukurannya lebih besar bukan. Entah kenapa, ketika disuruh milih, adik saya juga suka dengan model pilihan saya (kayanya siy memang dia follower sejati saya, hehe).Tapi, bisa ditebak lah ya, kalau cowok biasanya kurang apik dalam hal maintenance. Semoga kelak maintenance istri yang apik ya dek, hahahaha. Jadi, sudah sejak lama jam tangan si adek ini ada saja masalahnya. Mulai dari pecah kaca, rusak mesin hingga akhirnya jam tersebut benar-benar RIP (Rest in Peace).

Sementara, hingga kini, jam tangan mungil nan ciamik ini masih setia menemani saya. Pernah dulu beberapa kali salah taruh dan dinyatakan hilang tapi eh alhamdulillah ketemu lagi. Pernah juga kecebur air, eh alhamdulillah baik-baik saja. Jadi, 'si putih' ini hanya minta diperhatikan ketika baterainya mulai ngedrop saja dan itu pun ketahuan tinggal diganti baterai juga jalan lagi. Selebihnya hampir tidak pernah ada masalah berarti.

'Jam Kehidupan', special gift from Mama
Kini, sejak Mama berpulang ke 'Rumah Keabadian', jam tangan ini menjadi pelepas rindu. Lewat jam tangan ini, saya senantiasa merasakan cinta kasih Mama yang seolah mengalir lewat detak nadi di rantai pengait jam. Pesan-pesan mama untuk selalu shalat tepat waktu, pulang tepat waktu dan selalu berusaha melakukan kegiatan lainnya tepat waktu juga selalu tersirat ketika memandangi jarum-jarum yang berputar. Begitulah seharusnya hidup. Menghargai waktu dengan selalu tepat waktu *colekCommuterLine.

Banyaknya pelajaran hidup yang diberikan oleh jam ini tentu tak berlebihan rasanya jika saya menyebut jam ini sebagai  'Jam Kehidupan'.

Thanks Mama for A Wonderful "Life Watch"...you are always my everything...I love you Mam

Mendadak mellow begini, sebenarnya kepikiran juga, kira-kira Kakak Nadhifa cocoknya dibelikan jam model apa ya?...*thinking

PS : o ya, selain jadi pengingat waktu, buat saya jam ini juga bisa dijadikan sebagai alat kontrol berat badan. Ketika badan sudah agak-agak melar dikit biasaya jam di pergelangan tangan juga mulai berasa sempit. Sebaliknya, kalau agak kurusan, maka jam ini bisa leluasa digeser-geser ke atas atau ke bawah...Bagaimana dengan jam kamu? bisa jadi alat pengontrol berat badan juga kah? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar