Senin, 13 Oktober 2014

(Truly) Weaning With Love

Ye ye yeaaayy, sudah seminggu ini saya berhasil melakukan weaning with love di usia Neio yang menginjak 27 bulan. Pan tidak ada istilah terlambat lah ya, yang penting akhirnya Neio mengerti kalau memang sudah saatnya untuk disapih.

Setelah melakukan evaluasi, koreksi, dan interpelasi (berasa di parlemen) terhadap diri sendiri, keterlambatan proses menyapih ini ternyata tidak semata karena Neio yang memang sangat demanding dengan jatah ASI-nya. Tetapi yang lebih nyata terasa, justru saya seringkali merasa tidak siap untuk mulai menyapih sang bocah.

Selama 2 tahun lebih saya benar-benar merasakan nikmatnya menjalani proses menyusui. Selama itu pula saya selalu merasa jumawa ketika Neio benar-benar 'tergantung' dengan saya. Hal ini padahal sebenarnya menyusahkan ketika weekend karena Neio hanya mau melakukan banyak hal bersama saya. Bahkan pernah ada fase ketika saya harus buang air kecil sekalipun diiringi tangisan Neio hanya karena tidak mau ditinggal.

Hal ini berlangsung berlarut-larut dan entah kenapa meski sedikit ada kekesalan tapi saya lebih banyak merasakan kadar nikmatnya, hehehehe. Seperti orang jatuh cinta yang pasangannya tak mau berjauhan satu sama lain barang sedetik pun, hahahaha. Tak jarang, hal ini membuat saya dan suami seringkali berdebat karena sejatinya si Papi ini juga punya andil terhadap keberadaan Neio. Tapi setiap kali ingin mendekati Neio untuk membangun bonding selalu ditolak dan papi pun tereak...."sakitnya tuh disini" *sambil tunjuk dada.

Singkat cerita....suatu hari, saya merasakan sakit yang tidak biasanya pada payudara sebelah kanan. Padahal, jarang-jarang payudara kanan ini bermasalah, meski menjelang haid sekalipun. Biasanya saya hanya merasa sedikit nyeri pada payudara kiri menjelang datang bulan. Akhirnya saya menghampiri dokter kantor untuk berkonsultasi ***. Saya pun bercerita, saat ini dalam proses menyapih Neio di usia nya 27 bulan. Apakah ada kemungkinan ketidaknyamanan ini karena hal tersebut atau karena hal lain.

Tak disangka, si dokter malah menceramahi saya betapa menyusui melebihi usia anak 2 tahun itu ternyata berdampak tidak baik pada perkembangan psikologi anak. Sambil mencontohkan pengalaman beberapa pasiennya yang mengalami hal yang sama dengan saya. Ada contoh kasus seorang ibu yang memiliki 5 orang anak laki-laku dan disusui hingga melebihi batas 2 tahun. Ternyata hingga besar tepatnya SMP, jika sang anak sakit, maka si anak baru sembuh jika disusui oleh ibunya, jleb...

Whaaattt, mendengar penjelasan tersebut saya benar-benar shock. Ditambahkan lagi penjelasan beberapa kasus Odipus Complex atau laki-laki yang menyukai perempuan jauh di atas usianya juga ada beberapa karena proses menyusui yang melebihi batas waktu 2 tahun. Detik itu juga saya langsung bertekad untuk menyapih Neio dengan cara apapun. Bahkan harus 'berpisah' untuk beberapa waktu seperti yang dulu terjadi pada proses menyapih (yidak sengaja) kakak Nadhifa pun akan saya jalani.

Menyadari memang tidak ada tujuan dan alasan khusus untuk keluar kota pada saat itu akhirnya saya mencoba lebih realistis dan perlahan memberi pengertian pada Neio. Malamnya, saya menyiapkan air putih di gelas. Sebelum tidur saya juga memastikan Neio sudah meghabiskan susunya di gelas. Jadi ketika tidur saya bisa memberikan penjelasan tidak aad lagi ASI karena sudah minum susu pakai gelas.

Ditambah dengan cerita pengantar tidur (yang didominasi cerita truk molen, mobil patroli dan beberapa jenis mobil lainnya) maka proses tidur pun lancar jaya. Setelah cerita selesai dan Neio sudah mulai benar-benar mengantuk biasanya saya akan membisikkan kata-kata 'I love you' seperti halnya pada kakak Nadhifa, tapi saat ini ucapan sayang ini belum berbalas maksimal, malah berujung ketawa ngakak....Berikut cuplikan percakapannya...

Mami     : I love you Neio
Neio       : Iya...
Mami     : Neio jawab lagi, I love you too Mami...
Neio       : Iya...
Mami     : Ulang ya...I love you Neio....
Neio       : Iya....
Mami     : Jawab dung Neio...I love you too Mami...
Neio       : Iya.....
Mami     : Baiklaaah...*mulaifrustrasi, hahahahahaha
 
Malam pertama proses penyapihan berjalan relatif lancar. Sesekali bangun paling hanya mengambil minum air putih pakai gelas. Siang harinya, karena memang saya ke kantor, selama ini sudah tidak ada masalah.

Malam kedua, saya mencoba menyiapkan botol dot berisi air putih biar Neio bisa minum sambil tidur. Eh, si anak kecil ini malah sangat menikmati dot nya dan siang pun minta minum pakai dot. Haddeeeuh, kenapa jadi mundur gini Neio, kaya RUU Pilkada lewat DPRD aja niy si Neio, hahahaha.

Beruntunglah akhirnya Neio bisa menyadari kekhilafannya dan minum dot hanya berlangsung 2 hari saja. Menginjak hari ketiga Neio kembali minta minum pakai gelas di malam hari. Gelas pun spesifik harus seperti gelas yang saya pakai. Di siang hari proses minum air putih juga dilakukan sendiri oleh Neio dan mengambil langsung dari dispenser. Untunglah dia bisa membedakan mana air dingin dan panas. Tapi drama pecah gelas beberapa kali terjadi hingga stok gelas di rumah mulai menipis, hikssss.

Namun, setelah hari ketiga, Neio malah sama sekali tidak lagi minta minum di malam hari. Maminya yang memang sudah lelah bekerja lanjut kuliah ini akhirnya bisa tidur dengan nyenyak tanpa interupsi minta minum, alhamdulillah. Beberapa kali Neio sempat terbangun gelisah, namun hanya untuk digaruk di punggung atau bagian lain yang dirasa gatal. Selebihnya paling hanya usap-usap punggung atau memeluk saya seperti guling dan lanjut tidur lagi...huuuuh, finally...

Hari berikutnya, saat weekend dan bercengkrama di kasur, biasanya Neio suka senyum-senyum sambil merayu agar mimik ASI lagi. Setelah dijelaskan kalau ASI nya sudah tutup akhirnya Neio pun bisa mengerti. Good boy....

Ternyata menyapih dengan cinta tidak sedramatis yang saya bayangkan. Alhamdulillah tidak ada tangisan dan tantrum di malam hari seperti yang banyak diceritakan orang. Kini, PR selanjutnya adalah potty training dan lepas Pospak di malam hari. Semoga segera ada kisah seru yang bisa dibagi...amin.



***Pemeriksaan payudara saya yang nyeri akhirnya berlanjut dengan mammografi di YKI dan alhamdulillah hasilnya baik-baik saja. Dokter di YKI menjelaskan bahwa nyeri menjelang haid adalah hal yang wajar karena pengaruh hormon, apalagi jika si Ibu dalam proses menyapih. Keep healthy and happy ya semuaaaa....Aminnn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar