Selasa, 07 Oktober 2014

'Pantai Air Manis' yang Tidak Manis #PadangTrip2014 (1)

Banyaknya aktifitas dan rutinitas membuat kegiatan dokumentasi agak terbengkalai. Tidak ingin makin keteter maka saya mencoba mencicil sedikit demi sedikit ketertinggalan ini dan memastikan semua cerita tidak basi terutama buat para pemeran utama, my wonderful kiddos.

So, akhir bulan Agustus lalu niat mudik ke Padang alhamdulillah terwujud. Target beberes rumah di Padang pun terealisasi dengan sukses dan anak-anak juga senang tak terkira bisa huru hara di rumah penuh cinta ini. Selain itu, bisa bertemu keluarga besar dari pihak ibunya juga dan yang terpenting bisa merasakan 'konektivitas' dengan rumah kesayangan almarhumah sang nenek.

Meski waktu banyak dihabiskan buat 'nginem' namun kami masih menyempatkan diri untuk sekedar jalan-jalan dan menikmati kuliner wajib yang sayang dilewatkan. Es Duren Pondok, Pecel dan Lontong Sayur, Ketan Duren, Sate Mak Syukur Padang Panjang, Kue Mangkuak, Perkedel Jagung khas Padang Panjang, dan aneka masakan asli Padang olahan keluarga dapat dinikmati secara maksimal, Alhamdulillah.

Beberapa hari stay di rumah karena alasan 'nginem' maka Rabu (27/8) kami mencoba mengeksplorasi keindahan kota Padang. Kali ini tujuannya adalah ke Pantai Air Manis dimana Batu Malin Kundang teronggok manis di pinggir pantai. Niatnya selain bermain di pantai saya juga ingin menceritakan kisah Malin Kundang kepada anak-anak. Apalagi memberikan penjelasan pada Neio yang lagi senang-senangnya ngobrol, pasti menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana merangkai kisah si Malin Kundang nan tersohor kepada bocah 2 tahun dan ternyata tidak terlalu susah lo, cukup dengan nyanyian maka Neio bisa langsung menangkap makna dan mampu menceritakannya kembali kepada saya, pintaaaar....

Hi Pantai...Nice to see you...
By the way...kami memutuskan berangkat pagi ke Pantai Air Manis diantar abang driver rental yang baik hati. Selain karena pertimbangan beberapa tujuan lain yang akan ditempuh seharian, bermain di pantai di pagi hari tentunya lebih meyehatkan ketimbang siang bolong. Apalagi jika mengingat jam tidur Neio pada pukul 11.00 siang.

Setibanya di pantai kami mendapati suasana yang relatif sepi. Sayangnya kenapa ya pantai yang menjadi andalan tempat wisata Kota Padang ini sangat tidak terawat. Kesan kumuh dan berantakan terbukti dengan banyaknya sampah serta tenda-tenda yang tidak tertata. Benar-benar menyedihkan. Rasanya koq saya miris ya melihat kenyataan tempat wisata yang seharusnya bisa menjadi aset tapi malah tidak terurus.

Warung-warung itu sungguh annoying...

Rasanya pengen edit photoshop deh backgroundnya....

Tak mau merusak niat bersenang-senang di pantai bersama anak-anak jadi saya memutuskan untuk langsung mencari spot yang cukup teduh untuk bermain pasir. Eh, ternyata ada bapak-bapak pakai motor yang mengikuti mobil kami dari belakang sambil menyodorkan karcis parkir bodong. Jelas-jelas kami sudah membayar 2 kali di gerbang depan yang seharusnya sudah sekalian untuk parkir.

Jadilah untuk parkir di pantai air manis kami melewati 3 lapis penjaga, 1 di gerbang depan yang sepertinya resmi, lalu dihadang lagi oleh remaja tanggung tanpa karcis disusul oleh bapak-bapak bermotor yang membawa karcis bodong, ckckckck.

Well, setelah menemukan batu malin kundang, saya mengajak anak-anak main air dan pasir. Ombak yang memang tidak terlalu besar tetap saja membuat Neio takut. Jadilah Neio hanya bermain pasir saja di pinggir. Sementara si kakak terlihat jauh lebih antusias dan mengeluarkan gaya andalan ala putri duyung terdampar.

konon, disinilah Mr. Malin Kundang pernah melabuhkan kapalnya...tp tidak hatinya, hahaha

Little Mermaid terdampar

Stay 'close' forever ya Nak...


Seumur-umur tinggal di Padang, rasanya saya juga baru sekali berkunjung ke pantai air manis. Kurang lebih waktu seumuran Nadhifa. Namun, masih terbayang jelas di ingatan ketika saya tergulung ombak karena bermain terlalu ke tengah. Hasilnya, sebuah goresan di tangan terkena batu karang yang berbekas hingga sekarang.

Aku seorang pengembara...

Berdo'a untuk Malin Kundang...
Benar ya ternyata...memandang laut dan pulau-pulau di sekitarnya itu bikin refresh banget. Sensasi laut itu sepertinya bisa menjernihkan pikiran, relaksasi otak dan aroma pasir terasa benar-benar menyegarkan. Sepertinya mampu menyaingi kesegaran aromatherapy yang sering dibakar di tempat Spa (abaikan pemandangan sampah dan toko-toko gak penting di sekitar batu Malin Kundang yang bikin 'rusak' mata).

Ini niy prajurit mau ke medan laga, dooorr....dooorrr....dorrrr

Puas bermain di pantai, kami bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi ketika memasuki kamar bilas kami mendapati suasana tempat mandi yang masih 'primitif''. Dibuat alakadarnya dengan pintu kayu berbalut seng dan airnya agak-agak butek...Pffhhhh, masa mau pake hashtag #ShameOnYouPDG dulu siy untuk membenahi sebuah pantai di kota yang katanya dijuluki 'Kota Wisata' *pensive.

Dua bocah yang tidak akan selamanya bocah

I love beach

(lively) mommy and (lovely) son

Shadow of Neio
Our quality time...
Melanjutkan perjalanan menuju Padang Panjang, kami mendapati antrean kendaraan hampir di semua SPBU. Ternyata pada saat itu memang lagi ramai berita kelangkaan BBM menyusul rencana pemerintah yang ingin membatasi pasokan BBM bersubsidi lantaran kuotanya sudah habis. Jadi, beberapa kali kami terjebak macet dan untungnya BBM mobil kami sudah full.

Kota Padang Panjang adalah kota kelahiran Papa dan tentunya menyambangi tempat makan sate langganan yang menjadi salah satu kuliner wajib untuk dijajal di kota ini...

to be continue... 





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar