Kamis, 24 Juli 2014

Sekolah Baru, Kamar Baru


Finally, setelah sekian lama berpusing-pusing ria mencari perlengkapan kamar tidur Kakak Nadhifa yang mulai masuk SD bulan ini maka last but not least, lemari, salah satu furniture yang dinanti-nanti itu pun tiba.

Ya, percaya tidak percaya, menginjak usia 6 tahun beberpa bulan lagi, ternyata Kakak Nadhifa belum punya lemari baju sendiri. Baju-baju selama ini disimpan di keranjang dan container Excel saja *kasian ya si kakak, hehehe.

Bye - bye keranjang
Nah, berhubung ini kali pertama si kakak punya lemari baju (meski kemudian sekalian buat simpan baju dek Neio juga) maka kami mencarinya butuh waktu cukup lama. Sebenarnya lamanya lebih karena perlu effort lebih untuk meyakinkan Bapaknya anak-anak agar sekalian beli lemari yang kokoh dan bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama. Daripada beli lemari dari kayu-kayu serbuk yang memang harganya relatif lebih murah namun keawetannya dipertanyakan, ya kaaaan?.

Jadi, setelah berargumentasi panjang lebar termasuk mempertimbangkan estimasi budget yang akan dikeluarkan, akhirnya kami memutuskan membeli lemari di sebuah toko furniture di Plaza Mebel Fatmawati yang selama ini memang dikenal sebagai toko furniture baby dan anak-anak. Enaknya beli disini karena mereka melayani pembelian furniture customized alias bikin berdasarkan pesanan. Jadi, kalau kita sudah punya referensi model bisa langsung datang dan memesan sesuai keinginan kita.

Nah, karena memang saya dan bapaknya anak-anak ini sudah survey berbulan-bulan lalu dari satu toko ke toko yang lain, kita sudah punya satu model lemari yang kita dapat dari sebuah toko furniture ternama. Namun, karena harganya yang mihiiil bingggit di toko itu, kita coba datang ke toko yang di Fatmawati ini. Benar loh, harganya bisa lebih miring dan kualitasya masih OK juga. Apalagi kayu yang digunakan bukan dari serbuk tapi kayu beneran.

Setelah menunggu kurang lebih 3 minggu proses produksi, alhamdulillah kemarin lemarinya datang dengan selamat. Setelah dirakit selama kurang lebih 1 jam, lemari pun siap diisi baju. Akhirnya, mulai kemarin resmilah baju-baju itu pindah ke 'rumah' barunya dan meninggalkan rumah keranjang serta container yang selama beberapa tahun ini ditempatinya.

Selamat datang 'lemari baju baru' semoga kamu betah ya di rumah ini.

Terselip pesan buat Nadhifa agar lebih bertanggung jawab terhadap baju-baju, aksesorisnya, dan kamarnya.

'My Girl' Bedroom

 
Sebelah kiri lemari contekannya, 11-12 lah yaaa, hehehe






Kembang Api Malam ke-27

Bermain kembang api menjelang akhir-akhir puasa di Bulan Ramadhan seolah menjadi tradisi tak terpisahkan bagi anak-anak di Padang, kota kelahiranku dulu. Apalagi jika dimainkan bersama-sama di kampung, tempat lahir Mama, Batusangkar.

Tak hanya di Jakarta, waktu masih tinggal di Padang pun tradisi mudik menjadi hal spesial menjelang lebaran. Nah, mudik yang dilakukan di hari-hari terakhir puasa Ramadhan itu membuat saya dan saudara-saudara merasakan betul kemeriahan malam pesta kembang api dan pawai obor lilin. Entah makna apa yang terkandung di dalamnya, kami sebagai anak-anak sangat menikmati prosesi ini.

Sekarang, ketika sudah punya anak dan tinggal di kawasan Jabodetabek, saya ingin menularkan kebiasaan ini pada anak-anak. Tapi, entah kenapa koq tetap gak dapat ya 'feel' nya. Kayanya memang harus mudik ke Batusangkar lagi niy, biar anak-anak bisa lebih menghayati *modus:p

So, bermain kembang api ala "Malam 27" kemarin bersama kakak Nadhifa dan Neio ternyata jauh dari kesan ramai, boro-boro sakral. Lha kita cuma asyik sekeluarga saja, sementara anak-anak yang lain tidak ada yang 'ngeh' juga.  Bermodal lilin bekas mati lampu dan 2 kotak kembang api, abis makan malam kita langsung bakar-bakar.

Nadhifa siy sibuk dengan kembang apinya, sementara baby Neio yang sedang belajar menikmati pancaran cahaya kembang api di waktu malam lebih banyak melongo dan ngoceh "mau lagi, neio mau lagi kembang apinya". Jadilah kembang api 2 kotak langsung ludes dalam sesaat.

Dan, setelah abis, langsung masuk ke rumah dan beraktifitas lagi seperti biasa. Saya sebagai orang dewasa yang pernah merasakan kenikmatan pawai obor dan main kembang api di masa kanak-kanak koq agak-agak 'ngenes' ya?!. Andai di komplek rumah ada pawai obornya?. Andai anak-anak bisa merasakan apa yang dulu juga pernah saya rasakan?. Andai bisa mudik ke Padang?, nah loooo, hehehe.

Tapi benaran, meski ga ada fotonya, meski almarhumah mama ga menulis di blognya (belum ada juga kelles blog jaman baheula gitu) tapi memori tentang pawai obor dan kemeriahan "Malam 27" Ramadhan masih membekas di ingatan. Apalagi, saya pernah membuat insiden kecil pada "Malam 27".

Jadi, ceritanya kita lagi main-main lilin. Dan entah kenapa tiba-tiba saya iseng bakar-bakar karet gelang sementara di sebelah saya ada Endo (adik tersayang). Eh, lagi asyik-asyik bakar karet gelang, si karet gelangnya langsung meleleh dan lelehannya koq bisa-bisanya ada yang muncrat ke pipi Endo. Jadilah pipi mulus si adek jadi ada codetnya. Untungnya ga besar, jadi begitu endo dewasa dan mulai muncul jerawat akhirnya bekas lepuhan karet gelangnya jadi nyaru aja gitu (kalah ama jerawatnya, hehehe). Sejak saat itu, saya yang selama ini selalu merasa bersalah telah mengakibatkan cacat pada pipi Endo jadi bisa sedikit bernapas lega. However, I wanna say "so so sorry" for the accident ya dek bro...

Anyway, oneday pengen banget rasanya ngajakin anak-anak sekomplek yang belum mudik untuk merasakan nikmatnya Pawai Obor di "Malam 27". Semoga ya...Aminnn...

Ini dia hasil paparazzi saat bocah ber kembang api ria....







Selasa, 22 Juli 2014

Welcome Aboard Mr. President



Indonesia membuat sejrah baru lewat sebuah Pemilu paling fenomenal (at least menurut saya) di negeri ini. Setelah timeline akun media sosial dihiasi dukungan silih berganti untuk kedua pasangan Capres-Cawapres, banyak juga statement saling menjatuhkan antara kedua kandidat lewat black campaign dan negative campaign, kemarin (22 Juli 2014) Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih berdasarkan hasil rekapitulasi suara di seluruh provinsi.

Menjelang penetapan yang semula dijadwalkan jam 16.00 juga menjadi moment-moment menegangkan. Jalanan ibukota relatif sepi. Benar saja, tiba-tiba lewat sebuah Konfrensi Pers, kandidat Nomor Urut 1 yang selama ini menjadi jagoan anak saya yang baru masuk SD mengeluarkan pernyataan yang  kontroversial. Entah karena belum siap menerima kekalahan ataui karena faktor apa, si kandidat ini menyatakan MENOLAK hasil Rekapitulasi yang dilakukan KPU dan menyatakan MENARIK DIRI dari Pemilu Presiden 2014.

Whaaattt, hitungan jam mau diumumkan eh si Jenderal malah membuka 'topeng' dan memperlihatkan 'wujud' aslinya. Asal Bapak tau ya, anak saya yang masih kecil aja bisa menerima kenyataan koq kalau Presidennya bukan Bapak, hehehe.

Lagi-lagi, lini media sosial gaduh dengan berbagai komentar. Saya sebagai pemilik sebuah akun media sosial sampai-sampai nyaris tidak mengenali beranda "rumah" saya. Sementara, di kubu sebelah yang memang sejak awal sudah diprediksi bakal memenangkan pertarungan, suasana juga tak kalah seru. Berkumpul di rumah petinggi partai 'moncong putih' bersama sejumlah partai pendukung, Capres dan Cawapres Nomor Urut 2, ucapan terima kasih kepada Rakyat Indonesia tak henti mengalir. Disusul pidato menggebu-gebu (seperti biasa) dari petinggi parpol yang memutuskan berkoalisi pertama kali mendukung 'Si kurus'. Sebagai bentuk dukungan, Bapak 'Brewok' ini pula yang akhirnya ikut mengampanyekan secara massif pasangan nomor urut 2 di stasiun televisi miliknya (dah ketebak lah yaaa).

Pemilihan Presiden 2014 yang diikuti 2 pasangan kandidat ini memang cukup menarik. Capres No. Urut 1 (Jendral Kopassus di era reformasi yang diberhentikan dari jabatannya) yang selama ini sangat berambisi menjadi Presiden di negeri ini seolah tak menyangka jika seorang Gubernur yang belum 2 tahun menjabat ikut mencalonkan diri. Padahal sebelumnya, 'Sang Jendral' mengklaim jika dialah yang membawa 'Si Gubernur' menjadi pemimpin di ibukota. 'Sang Jendral' menyayangkan jika 'Si Gubernur' yang terkenal dengan gaya 'blusukan' nya dalam memimpin wilayah ini malah mendapat mandat dari partainya untuk terjun di ajang Pilpres 2014.

Memang ya, masa lalu itu sangat berpengaruh pada masa depan seseorang. Terbukti, 'Sang Jenderal' yang pada era reformasi sempat diduga terlibat pelanggaran HAM berpengaruh besar pada citra dirinya saat ini. Apalagi banyak pihak-pihak yang juga pelaku sejarah saat itu ternyata masih hidup. Hingga akhirnya #MenolakLupa mewarnai sosial media

Hasilnya seperti sudah diprediksi banyak pengamat jauh sebelum Pemilu digelar. Sosok yang selama ini dinilai dekat dengan rakyat, bersahaja ternyata lebih mendapat tempat di hati masyarakat.

Beberapa kali juga saya menerima pertanyaan dari teman-teman tentang sosok 'Si Gubernur'. Sebagai Humas Ibukota, saya memang pernah mengikuti blusukannya si bapak dan cukup hapal dengan ritme kerjanya. Namun, saya berusaha menjawab dengan senetral mungkin semua kegalauan teman-teman tanpa berusaha mengarahkan untuk memilih pasangan tertentu. Semoga membantu ya teman-teman...
 
Well, apapun itu, pertarungan telah usai 'Jendral'. Tak ada gunanya meratap atau bahkan mengutuk. Tunjukkan jika jiwa ksatria itu selalu ada.

At the end, sebuah obrolan singkat bersama suami setelah mendengar penetapan KPU cukup menghibur saya yang mau tidur :

Suami    :  Wah, berarti nanti Neio atau Nadhifa bisa jadi presiden lo...
Isteri      :  Lo, kenapa Pap?
Suami    :  Lah, itu Jkw yang bukan anak siap-siapa aja bisa jadi President
Isteri      :  Huaaaa, aku kan tokoh luar biasa pap...Luar biasa saat shopping, luar biasa tidak sabar saat anak bertingkah, luar biasa ngeyel kalau dikasih tau...*SaatnyaInstrospeksi
Suami    :  ........(speechless)

foto dari sini

Welcome Aboard Mr. President & Vice President..Jadilah pemimpin yang amanah sesuai harapan rakyat :)


*Catatan Kecil Ketika Pesta Demokrasi 2014 Usai

Rabu, 16 Juli 2014

Tentang Kriminal...(2)


KORBAN
Tersebutlah kisah pada saat Nabi Ibrahim bermimpi harus menyembelih Ismail, putranya. Hehehe, itu mah qurban ya....

Jadi, pada suatu hari saat seorang gadis tengah menanti kehadiran sang pujaan hati di kos, maka sang gadis yang ingin tampil wangi ini pun mandi. Seperti biasa, mandi sore pada hari itu pun dilengkapi backsound "My Way" yang pastinya kalah merdu dari penyanyi aslinya, Frank Sinatra. Suasana kos-an sore itu yang masih relatif sepi membuat sang gadis merasa nyaman-nyaman saja dan bernyanyi sepenuh hati dari kamar mandi.

Pintu kamar pun tak lupa dikunci dengan alasan faktor keamanan. Sementara pintu kamar mandi yang memang berada di dalam kamar dalam keadaan tak terkunci karena memang susah nguncinya, pokoknya something wrong lah dengan kuncinya. Toh, yang ada di kamar hanya sang gadis itu dan selama ini tak ada cerita aneh mengenai kos-kosan yang memang masih relatif baru itu.

Setelah puas mandi dan dan bernyanyi, si gadis pun keluar dari kamar mandi. Masih, tak ada yang aneh dengan kondisi kamar saat itu. Usai berpakaian dan santai sejenak, tiba-tiba pujaan hati yang dinanti pun tiba. Tak disangka tak dinyana, ketika hendak membuka pintu, ternyata kunci pintu kamar lenyap. Bahkan 3 Handphone (1 diantaranya milik kantor) di atas kasur dan meja pun hilang. Bahkan setelah mengecek tas, ternyata dompet pun raib *SungguhTerlalu. Sang gadis sempat berpikiran jika si kang mas ini bercanda dengan menyembunyikan barang-barang berharga miliknya. Namun, wajah polos pujaan hatinya saat itu menyiratkan rasa kaget yang jauh dari kepura-puraan.
 
Seketika sang gadis menyadari something happens di kamarnya. Shock, panik akhirnya sang gadis pun menangis tersedu dalam kondisi pintu kamar yang masih terkunci dan kuncinya entah kemana.

Ya, gadis itu adalah saya...Peristiwa kriminal yang dialami oleh seorang presenter sekaligus reporter kriminal, hiks. Pencurian tanpa kekerasan saat menunggu kedatangan pujaan hati, hahahaha. Setelah pintu kamar terbuka berkat kunci cadangan si pemilik kos yang tinggal di lantai bawah akhirnya saya bisa menumpahkan kesedihan pada kang mas dan teman-teman kantor yang datang ke kos-an (hikmah nge-kos dekat kantor). Bahkan tak hanya kedatangan teman-teman, produser Buser saat itu pun langsung melapor ke Kepala Polres Jakarta Selatan terkait kasus saya. Kehebohan itu pun dimulai.

Dramatisasi yang dilakukan oleh Produser saya saat itu yang memang punya jaringan luas di kalangan kepolisian membuat tim dari kepolisian Polres Jaksel datang untuk melakukan Olah TKP. Bahkan tim itu dilengkapi seekor anjing pelacak yang langsung mengendus-ngendus kamar saya. Dengan lincahnya anjing pelacak berbulu coklat dan masih saya ingat wajahnya hingga kini naik ke atas kasur saya sambil mengendus-ngendus. Oh my Godness...

Sementara, saya sebagai korban berusaha menenangkan diri dengan shalat sambil ngaji. Saat itu yang  terbayang bukan barang-barang saya yang digondol maling tapi lebih kepada kondisi terburuk yang bisa saja saya alami seandainya saat pencuri beraksi saya keluar dari kamar mandi. Jadi, saya shalat dan mengaji lebih sebagai bentuk rasa syukur sekaligus mohon ampunan jika ujian yang saya alami saat itu karena kesalahan saya di masa lalu.

Menjelang malam, akhirnya saya memutuskan untuk tidak tidur di kos. Saya memilih nginap di rumah Fira, salah satu sahabat yang setia menemani di kala susah dan senang, hahaha *thanks to you fira. Tadinya pujaan hati sempat menawarkan nginap di rumahnya tapi namapun belum muhrim kan gimana gitu ya...Pastinya juga tidak bakal diijinkan orang tua. Lagian saya juga tidak kebayang harus tidur di kamar pasca menyaksikan aksi anjing pelacak mengendus-ngendus kamar saya. Masa iya, kudu ngepel dan ganti sprei dulu, padahal air mata di pipi belum kering *drama:p

Kedatangan si anjing pelacak ini juga tidak dapat mengembalikan barang-barang saya yang hilang. Kalau menurut polisi siy, pelakunya pasti orang yang benar-benar hapal TKP. Apalagi dengan posisi kamar saya yang ada paling pojok pastinya membutuhkan effort lebih saat beraksi. Bukan bermaksud bersuudzon, saya siy sedikit curiga dengan cucu yang punya kos. Selama ini dia memang dikenal jobless dan hanya luntang-lantung begitu saja. Nah, akses ke kamar saya ini memangberbeda dengan akses si pemilik kos. Dan yang hapal dengan akses ini kayanya hanya orang-orang yang familiar tentunya. Wallahualam, yang penting saya sudah mengikhlaskan dan semoga barang-barang tersebut bermanfaat bagi yang mengambilnya.

Pasti pada bertanya-tanya bagaimana caranya pelaku bisa masuk ke kamar dan mengunci saya dari luar?. Jadi posisi pintu kamar saya persis berada disebelah kaca nako, tau kan kaca kecil-kecil berjejer horizontal yang kan terbuka jika handlenya ditarik ke atas, sebaliknya jika ditarik ke bawah maka kacanya akan tertutup. Nah, pada saat kejadian itu, kaca dalam posisi terbuka dan pelaku bisa membuka pintu kamar saya dengan memasukkan tangannya lalu membuka kunci yang tergantung di pintu. Padahal meski pintu kaca jendela terbuka, gordynnya dalam kondisi tertutup lo... Tapi pelaku kejahatan pastinya punya 1001 cara untuk memuluskan niat jahatnya, hiks. Lucky me, Allah SWT masih melindungi saya dengan tidak mempertemukan saya dengan pelakunya dalam kondisi apapun.

Duuh, meski hampir 8 tahun berlalu, sepertinya peristiwa ini sangat membekas dalam pikiran saya dan akan terkenang seumur hidup. Semoga siy cerita ini bisa membuat kita semua lebih aware ya untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada. Meminjam istilah bang napi yang dulu akrab di telinga kita “Ingat, kejahatan itu timbul bukan hanya karena niat pelaku saja tapi juga ada kesempatan, jadi Waspadalah !!!”
 
SAKSI MATA
Setelah berbagai kisah kriminal yang pernah saya alami, maka persis kemarin saya menyaksikan langsung bagaimana seorang (yang kuat diduga) bos copet tengah bagi-bagi hasil jarahannya di atas Metro Mini. Ketika pulang dari kantor kemarin saya naik Metro Mini ke arah Kebayoran. Eh, ternyata Metro Mininya sepi banget dan hanya ada 3 orang pria (selain driver dan kondektur) yang duduk bedekatan tapi tidak satu kursi. 

Saya yang duduk pada posisi dekat pintu dengan jelas menyaksikan lewat lirikan-lirikan maut saya si bos tengah membagi-bagi uang yang ada di sebuah dompet. Lembaran uang dengan nominal paling besar jelas langsun dimasukkan ke kantongnya. Sementara lembaran-lembaran uang 'receh' dibagi pada 2 personil yang lain yang membawa tas ransel besar. Jelas terlihat di dompet tersebut masih ada KTP nya dan setelah membagi-bagikan jatah para personilnya, dompet itu nyaris ditinggal begitu saja di sela-sela kursi. Entah kenapa, si bos berubah pikiran dan membawa kembali dompet yang sudah kosong tersebut dan dia pun turun paling dulu diantara personilnya.

Saya yang sempat ketakutan dan terpikir untuk turun dari Metro Mini berpenumpang copet itu akhirnya menguatkan tekad untuk tetap duduk sambil mendekap tas ransel saya. Beruntung tak lama kemudian silih berganti penumpang lain naik dan tak terasa saya pun turun di tempat tujuan. Bye...bye mas...selamat mencopet semoga kalian segera dapat Hidayah di bulan penuh Rahmat ini untuk bertobat dan kembali ke jalan yang lurus, aminnn.

Selasa, 15 Juli 2014

Tentang Kriminal...(1)

Cerita tentang kriminal menyisakan banyak kenangan dalam otak saya. Diawali ketika menjadi reporter kriminal di TV "Satu Untuk Semua", lanjut jadi presenter tayangan kriminal terpopuler (terpopuler memang klaim sepihak penulis:p) hingga menjadi korban kriminal saat masih menyandang status anak kos...*tragis

Reporter Kriminal
Sudah lazim bagi reporter-reporter baru yang mencoba peruntungan pada saat itu (awal tahun 2000-an) sebagai wartawan televisi biasanya akan ditempa terlebih dulu sebagai wartawan khusus kriminal. Penempatan ini tentu bukan tanpa alasan, meski banyak pihak yang menganggap desk Buser (nama desk kriminal di SCTV saat itu) sebagai ajang plonco/orientasi. Buser sendiri diambil dari nama istilah di Reserse Kriminal Polisi yang artinya Buru Sergap.

Alih-alih 'diplonco', saya justru belajar banyak hal tentang dasar-dasar jurnalistik waktu menjadi reporter kriminal. Belajar bagaimana rasanya 'ronda' malam, nguber 'bandeng' mayat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), beberapa kali wawancara dengan almarhum dr. Mun'im nan fenomenal sebagai dokter forensik, bertatap muka menggali informasi dengan tersangka/pelaku kriminal hingga ikut termehek-mehek kala mewawancarai korban peristiwa kriminal baik itu korban langsung yang masih hidup atau keluarga korban yang meninggal.

Sebagai reporter baru yang minim pengalaman jurnalistik (kuliahnya pan Public Relations) saat itu saya merasakan bagaimana harus mengatur emosi sebagai jurnalis. Jam kerja yang tidak lazim (sering masuk malam untuk berburu berita/hunting) dan jenis pekerjaan yang jauh dari bayangan dan impian saya. Idealnya mimpi anak Public Relations tentunya menjadi Corporate Secretary/Spokesperson perusahaan swasta lebih spesifiknya lagi oil company: kaaaan:p. Tapi saat itu saya justru nongkrong dan nangkring sambil pegang Handheld Transceiver (HT) yang biasa dipakai oleh polisi-polisi. Jika ada tanda-tanda taruna (berita) barulah kita mulai bergerak menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Tak heran saat itu teman-teman reporter kriminal termasuk saya hapal beberapa istilah sandi dan pasal-pasal yang sering dipakai oleh polisi. Mulai dari 86, 87, 340, apa lagi yaaaa...o iya 001, hahahaha (itu mah saluran langsung internasional kelleees mbak e). Ya nama pun udah agak-agak berumur, harap maklum ya cyiiin. Nah, di dunia kriminal ini juga saya mulai belajar menulis reportase/berita. Meski tidak seberat menulis berita cetak, menulis berita televisi juga membutuhkan skill khusus dan ada seninya. Belajar menggunakan kalimat tutur namun runut dalam merangkai berita dengan konsep 5 W + 1 H (What, Who, Where, When, Why dan How). Kelak ilmu ini jadi ilmu wajib yang dikuasai saat melakukan peliputan dan pelaporan jurnalistik.


Anyway, entah karena memang menjiwai liputan harian kriminal atau entah karena alasan lain, pengalaman menjadi wartawan banyak saya habiskan sebagai reporter kriminal. Memang sempat beberapa bulan nangkring di desk Ekonomi/Bisnis (Ekbis) yang liputannya dari hotel ke hotel (kalau reporter kriminal dari polsek ke polsek:p) atau antar instansi ekonomi, tapi tetap saja ujung-ujungnya dikondisikan eksis di dunia kriminal (padahal dengan status single saat itu pengen lebih lama di desk Ekbis ngarep ketemu pengusaha/ekspatriat tajir yang mungkin lagi nyari jodoh, huehehehe)

Btw, dari sekian kasus kriminal yang pernah saya garap, ada beberapa kasus yang berkesan. Apalagi kasus-kasus dalam liputan berdurasi panjang. Jadi, selain berita kriminal harian dengan durasi 1 hingga 2 menit, dulu pada masa jayanya berita kriminal di televisi, biasanya menyelipkan 1 atau 2 berita durasi panjang (2 segmen/10-15 menit). Untuk SCTV dulu namanya Tabir Kejahatan yang tayang setiap Buser akhir pekan usabtu/minggu. Bahkan, dulu juga sempat berjaya tayangan Derap Hukum (DH) yang merupakan tayangan feature kriminal berdurasi 30 menit (masih di SCTV). Keren deh DH ini, bahkan beberapa kali jadi nominasi di ajang bergengsi seperti Panasonic Award dan kalau gak salah pernah jadi pemenang juga untuk kategori program berita tertentu (lagi-lagi lupa aku lupa,  hiks:p).

Nah, untuk beberapa lama saya pernah meliput Tabir Kejahatan. Tayangan 2 segmen ini cukup ampuh menggali sisi lain dari sebuah berita kriminal mulai dari motif Tersangka melakukan kejahatan, hingga profil korban maupun Tersangka. Tak heran, banyak pelajaran kehidupan yang saya dapat saat melakukan peliputan. 

Beberapa kasus kriminal meninggalkan kesan mendalam dalam diri saya. Misalnya kesadisan seorang anak SMU di Blitar, Jawa Timur yang menghabisi nyawa 2 orang temannya pada awal tahun 2007. Lain lagi di Pariaman, Sumatera Barat, seorang Ketua OSIS tega membunuh pacarnya karena hamil. Atau, masih di daerah Jawa Timur, ada seorang suami yang tega menyiram isterinya dengan air keras karena sakit hati. PPpfffhhh...Capek banget kan ya kerja harus bahas kisah-kisah begini. Tapi untungnya kejadian-kejadian itu berada di luar Jakarta, bahkan kadang di luar pulau Jawa, jadi sembari kerja bisa sekalian jalan-jalan dan wisata kuliner mengenal tradisi dan budaya negeri. I love my job sangat lah pokoknya untuk bagian yang ini, hehe.

Presenter Kriminal

Malang melintang di dunia kriminal akhirnya tiba saatnya untuk naik ke layar kaca alias jadi news anchor. Tapi, lagi-lagi mengawali karir sebagai presenter pun saya harus memulainya sebagai presenter berita Buser (2006). Eits, tapi jangan salah, saat itu Buser pamornya lagi oke banget. Kelihatan dari ratingnya yang biasanya Top 5 diantara siaran-siaran berita lain yang tayang di jam yang sama, 11.30 am. Hingga akhirnya karena kebijakan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tahun 2009 yang melarang tayangan kriminal pada siang hari Buser pun jadi pindah jam tayang. Pindahnya pun tak tanggung-tanggung jadi dini hari  di jam yang kurang.pasti sodara-sodara *sigh.

Pokoknya sejak saat itu siaran Buser buat saya jadi 'siksaan' tersendiri. Tak ubah 'setersiksanya' siaran malam. Berhubung tidak live, jadi taping nya pun dilakukan lewat tengah malam pada jam yang tidak pasti pula. Pokoknya merusak mood banget lah karena serba ketidakjelasannya itu. Pernah suatu hari, karena sudah kesal akhirnya saya siaran sambil marah-marah dan muka BT. Kebayang kan seperti apa rasanya berada di ruang Master Control tempat para produser, Program Director, Audio man dan sejumlah kru lainnya memandangi muka saya, bahahahahaha. So sorry crew, siaran malam itu sangat tidak menyenangkan, huhuhu (bukan contoh yang baik untuk ditiru karena bagaimanapun harusnya tetap profesional dong ya).

O ya, karena kelamaan di dunia kriminal ini pernah lo pada suatu fase dalam hidup ini saya harus menderita insomnia alias susah tidur. Bahkan setelah konsultasi dengan om yang kebetulan dokter akhirnya saya sampai harus mengonsumsi obat tidur dosis tertentu. Beruntung tidak berlangsung lama, setelah mengaktifkan diri di dunia sosial bersama teman-teman perlahan penyakit insomnia ini sembuh dengan sendirinya...Alhamdulillah.

Lalu, bagaimana kisah saya menjadi korban kriminal? lanjut next episode saja ya...yaaa bis nyaaa udah kepanjangan juga...tariiik maaang....




Senin, 14 Juli 2014

Indahnya Ramadhan...


Bulan Ramadhan itu benar-benar memberi warna ya terhadap 11 bulan lainnya. Bagi saya yang punya 2 bocah ini benar-benar merasakan bagaimana bulan Ramadhan memancarkan pesonanya tersendiri. Apalagi ini menjadi Bulan puasa ke-2 sejak ditinggalkan Mama, sosok yang sangat dicinta dan memiliki pengaruh sangat besar dalam hidup saya...

Tak seberat tahun lalu ketika saya masih melihat butir-butir airmata di wajah Papa saat santap sahur dan buka puasa, tahun ini puasa kami banyak diwarnai canda tawa dan keriangan. Terutama dengan tingkah Neio yang memang lagi lucu-lucunya berikut celotehannya yang selalu mengundang tawa. Apalagi dengan polah Nadhifa yang tengah belajar puasa.

Memasuki minggu ke-2 bulan puasa tahun ini, alhamdulillah Kakak Nadhifa sudah mulai puasa full. Kalau tidak salah, hari ini menjadi hari ke-6 si kakak bisa puasa sampai magrib. Meski kadang-kadang makan sahurnya telat sebangunnya karena masih belum tega ngebangunin jam 4 pagi. Tapi, kakak tetap semangat untuk puasa, Alhamdulillah...

Sempat tidak terbayang juga sebelumnya karena saya dan bapaknya anak-anak juga tidak terlalu ngoyo. Selain karena ini menjadi pengalaman pertama kakak berpuasa tapi juga karena pertimbangan usia kakak yang belum genap 6 tahun. Tapi, entah karena pengaruh dari sekolah dan teman-temannya, memasuki minggu ke-2 kakak bisa menahan hingga magrib.

Awal-awal puasa full kakak masih suka marah-marah dan mengeluh lapar/haus, tapi kesini-sininya sudah mulai kalem. Tapi, kenapa masih susah disuruh tidur siang ya Kak. Bukankah tidur siang itu nikmat?!. Kayanya kenikmatan tidur siang itu hanya buat orang dewasa ya, kalau bagi anak-anak tidur siang = kehilangan moment main, kehilangan moment nonton tv.

Jadi, weekend merupakan saat paling tepat buat si Kakak untuk tidur siang karena ada 2 'polisi' (baca: mami dan papi) yang akan mengawasi setiap pergerakan Nadhifa. Itu pun butuh perjuangan. Karena saat-saat jam tidur siang, rumah berasa jadi ruang rapat komisi di DPR. Penuh interupsi, perdebatan, penolakan hingga akhirnya mencapai kata sepakat setelah proses lobby dan negosiasi, haddeeeuuuhhh.

Warna lain dalam bulan Ramadhan kali ini adalah keikutsertaan baby Neio dalam setiap acara buka bersama di Komplek Perumahan. Setelah 2 tahun absen dan jarang turun ke lapangan, mulai tahun ini, saya termasuk rutin datang ke acara Buka Bersama setiap hari Minggu. Selain untuk silaturahmi tentunya karena praktis juga. Jadi, kita hanya menyiapkan bagian yang akan kita bawa (snack/buah,/makanan berat/minuman) sesuai jadwal, sisanya kita bisa menyantap makanan lain yang sudah tersedia. Tentunya itu berlaku buat semua anggota keluarga dan juga asistennya. Lumayan lah ya...silaturrahmi...iya, ngirit...juga, perut kenyang...pastinya, huehehehe.

Dan, yang paling bersemangat ikut acara-acara seperti ini tak hanya Maminya, tapi juga anak-anaknya. Jadi, ketika sudah menunjukkan pukul 17.00 dan sudah ada kegiatan bungkus membungkus dan mengantar makanan ke taman, pasti Kakak dan Neio langsung tak sabar berhamburan keluar...

Biasanya Neio selalu bawa bumbum andalan. Praktis, tinggal dorong tak perlu gendong. Pulangnya bumbum bisa jadi tempat penampungan makanan dan Neio nya digendong, hahahaha.Abisnya beugah juga makan banyak di sana. Karena udah disediain kan sayang ya kalau tidak dihabiskan, jadi saya dan ibu-ibu lain suka bungkus aja, hihihi *pembenaran.


Suasana Bukber di Taman penuh Kebersamaan:)


Bingung mau bawa apa? Silahkan liat jadwal BBM Group:p


Si 'Sholeh dan Sholeha'

Pose sebelum ke taman dan katanya sudah turun 2 kg, ciee cieee

Horraay, bebas makan dan minum apapun...

Minggu, 13 Juli 2014

Kisah Pada Sebuah Jam

Setiap orang tentunya punya jam favorit atau jam andalan. Begitu juga saya...Terlatih menggunakan jam tangan sejak kelas 1 SD membuat saya 'ketergantungan' pada benda satu ini. Jika sekarang orang selalu merasa 'kehilangan' ketika ketinggalan Hand Phone, maka pada saat SD, saya selalu merasa ada yang kurang ketika lupa menggunakan mesin pengingat waktu ini.

Sebagai pengguna setia jam tangan sejak usai belia, so far saya hanya punya beberapa jam tangan. Itu pun hanya jam tangan merk standard karena memang pada dasarnya saya bukan penggila barang-barang 'branded' juga. Percaya tidak percaya, mulai dari jaman SD yang masih menunggu jam tangan pemberian orang tua hingga menjadi wanita pekerja dan bisa menghasilkan duit sendiri, saya hanya memiliki 1 buah jam tangan. Begitu rusak dan tidak bisa dipakai lagi barulah jam tangan pengganti datang.

Baru beberapa waktu lalu saja, ketika sudah mulai bosan dengan jam yang itu-itu saja, saya iseng mulai membeli satu buah jam tangan alternatif. Lagi-lagi hanya merk biasa dan model standar. Bagi saya keistimewaan sebuah jam tidak pada model atau harganya, tapi lebih pada konsistensi si pengguna jam dalam menghargai waktu, ceileeeeh, dalam yaaaaak... *sokfilosofis.

O ya, ketika Papa Euro Trip sambil mengunjungi kakak yang lagi sekolah di Jerman di akhir tahun 2013 kemarin, saya juga sempat iseng titip oleh-oleh jam tangan. Tentu bukan ke si Papanya langsung. Alih-alih tidak mau merepotkan Papa, jadi tentu sasarannya adalah sang Kakak tercinta. Apalagi dengan banyaknya katalog online, si kakak tinggal kirim alamat website dan saya bebas memilih jam yang diincar (tapi masih tau diri koq nyari yang discountnya gede, hehe). Setelah fix dengan modelnya, saya tinggal mengirimkan no seri barang dan voilllaaa...jam impian pun siap terbang ke Indonesia, nikmat ya memang 'malak' in saudara itu *siap-siapdigetok.

Nah, selain jam dari benua Eropa itu, saya masih punya 2 jam tangan lagi, yaitu sebuah jam tangan model petak persegi panjang warna hitam yang beli pakai duit sendiri di Melawai, Blok M dan jam tangan bentuk semi bujur sangkar warna putih yang dibeliin Almarhumah Mama di Padang.

Nah, jam yang dibelikan Mama inilah yang selama ini menjadi jam favorit saya. Tak hanya karena modelnya yang simple minimalis, tapi tentu juga karena nilai historisnya. Kalau tidak salah, jam tangan ini dibelikan di tahun-tahun terakhir saya sebagai murid SMU sekitar tahun 1998 atau 1999, yang artinya jam tangan ini sudah menemani saya selama kurang lebih  15 tahun. Wooowww, awet banget kan...Benar ya kata orang kalau beli barang yang berasal dari negara produsen aslinya biasanya suka tahan lama. Jam tangan saya ini memang kalau lihat sejarah perusahaannya merupakan produksi Swiss. Nah, pan orang bilang Swiss memang dikenal dengan produk-produk jam nya yang tahan banting...Eee, alhamdulillah berlaku juga pada jam tangan saya:)

Tak hanya saya, adik saya pun saat itu juga dibelikan jam yang persis sama tapi beda ukuran karena jam cowok biasanya memang ukurannya lebih besar bukan. Entah kenapa, ketika disuruh milih, adik saya juga suka dengan model pilihan saya (kayanya siy memang dia follower sejati saya, hehe).Tapi, bisa ditebak lah ya, kalau cowok biasanya kurang apik dalam hal maintenance. Semoga kelak maintenance istri yang apik ya dek, hahahaha. Jadi, sudah sejak lama jam tangan si adek ini ada saja masalahnya. Mulai dari pecah kaca, rusak mesin hingga akhirnya jam tersebut benar-benar RIP (Rest in Peace).

Sementara, hingga kini, jam tangan mungil nan ciamik ini masih setia menemani saya. Pernah dulu beberapa kali salah taruh dan dinyatakan hilang tapi eh alhamdulillah ketemu lagi. Pernah juga kecebur air, eh alhamdulillah baik-baik saja. Jadi, 'si putih' ini hanya minta diperhatikan ketika baterainya mulai ngedrop saja dan itu pun ketahuan tinggal diganti baterai juga jalan lagi. Selebihnya hampir tidak pernah ada masalah berarti.

'Jam Kehidupan', special gift from Mama
Kini, sejak Mama berpulang ke 'Rumah Keabadian', jam tangan ini menjadi pelepas rindu. Lewat jam tangan ini, saya senantiasa merasakan cinta kasih Mama yang seolah mengalir lewat detak nadi di rantai pengait jam. Pesan-pesan mama untuk selalu shalat tepat waktu, pulang tepat waktu dan selalu berusaha melakukan kegiatan lainnya tepat waktu juga selalu tersirat ketika memandangi jarum-jarum yang berputar. Begitulah seharusnya hidup. Menghargai waktu dengan selalu tepat waktu *colekCommuterLine.

Banyaknya pelajaran hidup yang diberikan oleh jam ini tentu tak berlebihan rasanya jika saya menyebut jam ini sebagai  'Jam Kehidupan'.

Thanks Mama for A Wonderful "Life Watch"...you are always my everything...I love you Mam

Mendadak mellow begini, sebenarnya kepikiran juga, kira-kira Kakak Nadhifa cocoknya dibelikan jam model apa ya?...*thinking

PS : o ya, selain jadi pengingat waktu, buat saya jam ini juga bisa dijadikan sebagai alat kontrol berat badan. Ketika badan sudah agak-agak melar dikit biasaya jam di pergelangan tangan juga mulai berasa sempit. Sebaliknya, kalau agak kurusan, maka jam ini bisa leluasa digeser-geser ke atas atau ke bawah...Bagaimana dengan jam kamu? bisa jadi alat pengontrol berat badan juga kah? :)

Rabu, 09 Juli 2014

Neio 2nd Birthday...

8 Juli 2012 -8 Juli 2014
Happy 2nd Birthday Naryama Khayru Farsyano -NEIO-

Neio,
lahir di saat-saat terberat dalam hidup Mami,
saat Mami harus menghadapi kenyataan
Mami kehilangan orang yang paling disayang


Neio,
begitulah sejatinya hidup,
Ada yang datang, tapi hampir di saat yang bersamaan
separuh jiwa Mami pergi
tak ada kata yang dapat menggambarkan
betapa sakitnya ditinggalkan saat itu...


Namun,
hadirmu jadi penguat, penyemangat hidup
pelipur lara

Kini, Neio sudah 2 tahun
Tak henti mengucap syukur
Atas karunia Illahi

Neio tumbuh besar, lincah
Pintar merangkai kata dan berkata-kata

Neio,
Kadang...adakalanya Mami kurang sabar
Di saat Neio sakit atau susah makan
Ah, mami selalu berjanji dalam hati
untuk lebih sabar menghadapi semua polah kanak-kanakmu

Happy Birthday my dear Neio...
Semua do'a terbaik sudah Mami kirimkan untukmu
Semoga kelak Neio selalu sehat dan diberkahi
Menjadi lelaki baik dan berani

I love You Neio...

foto syukuran kecil-kecilan dek Neio...:)

Akhirnya 'tumpengan' setelah sekian lama selalu 'cake-an'...:)


huuff...huuufff....hufff, perjuangan nih Mi tiup lilinnya...lucky me have a wonderful sister...tx sista...
Foto Wajib...
Thanks for the exscavator tante Yayu, suka sangaaatt...
Kumpul Bocah...Makasiy 'thomas' dan bau pantainya Bude Ami...:)
  




Senin, 07 Juli 2014

Selamat jadi Kakak SD ya Kak...

Baru kemarin rasanya 'brojolin' Kakak Nadhifa, ga terasa sekarang Kakak Nadhifa sudah SD saja...*semangat Kakak

Menjelang SD nya si Kakak maka si Mami pun jadi ikut-ikutan agak rempong. Gak cuma mikirin uang masuk sekolah, tapi juga menyiapkan kamar kakak, lemari baju, meja belajar, rak buku, buku paket dan printilan-printilan lain pastinya menguras dompet.

Dimulai dari pindahan kamar, seminggu menjelang hari pertama sekolah SD, akhirnya si Kakak memutuskan tetap memakai kamar bawah. Padahal beragam bujuk rayu sudah digencarkan agar si Kakak mau menempati kamarnya di lantau atas. Tapi, sepertinya Nadhifa memang belum siap dan sebagai orang tua rasanya tidak baik juga terlalu memaksakan. Akhirnya, kami pun minta tolong tukang untuk angkat-angkat lemari dan tempat tidur di kamar bawah ke atas.

Selama ini memang kakak pakai kamar yang di bawah juga (tapi tidurnya selalu sama Papi), tapi karena lemari baju dan tempat tidurnya di desain untuk kakek nenek jadinya tempat tidur kakak yang sudah ada di lantai atas harus diturunkan dan begitu pula sebaliknya. Selama ini tempat tidur kakak dipakai kakek yang menempati kamar atas. Namapun buat anak-anak, jadi faktor keamanan pasti jadi pertimbangan no 1. Jadi ceritanya, tempat tidur kakak ini memang khusus buat anak-anak dengan ketinggian tertentu.

Berharap dengan tempat tidur ini si Kakak benar-benar bisa full tidur sendiri dan si Papi kembali pada kodratnya tidur dengan Mami, ihiiiiyy :D. Sementara untuk lemari, karena memang lemari yang ada sudah penuh dengan baju-baju kakek jadi kami memutuskan untuk membelikan kakak sebuah lemari baru. Kasihan juga selama ini si Kakak masih simpan baju-baju rumahnya di keranjang dan lemari plastik, hihihi.

Tak hanya lemari, kami juga harus menyediakan meja belajar dan tentunya rak buku. Soalnya selama ini kakak selalu bikin PR kumonnya di meja makan. Kadang si adek Neio yang lagi lincah-lincahnya ini suka ngerecokin jadi kakaknya sering terganggu. Apalagi keberadaan televisi yang tak jauh dari meja makan kadang bikin agak-agak tidak konsentrasi dan kurang fokus.

Nah, memang ada kan ya meja belajar yang sekalian ada rak bukunya gitu. Tapi setelah survey sana sini, koq harganya lumayan ya. Apalagi kami memang tidak mau beli yang asal seperti meja belajar merk tertentu yang harganya bersahabat tapi menggunakan kayu partikel serbuk. Sayang kan ya kalau kena air dikit langsung 'mbrudul', hehehe.

Jadi, setelah berputar-putar dan menghabiskan waktu berbulan-bulan *ceileeeh, akhirnya kami membeli meja belajar minimalis di Infor**. Berhubung belum ada rak bukunya, sekalian kami beli juga rak buku tiga tingkat yang jika dijumlah harganya tetap lebih murah dibandingkan beli 1 buah meja belajar yang lengkap dengan raknya di toko yang sama. Lumayaaaannn. Apalagi ada sedikit subsidi dari si uncle bos di seberang pulau sana, horrrayy...

Setiap kali membeli barang di Infor**, pembeli yang tidak menggunakan jasa antar dan pasang (yang pastinya ada fee khusus) dituntut harus kreatif. Setiap barang yang dibeli sudah dipretelin dan kita harus bisa memasangnya berbekal lembaran 'manual book'. Beberpa kali beli alhamdulillah kita selalu sukses pasang sendiri. Bahkan, pernah sekali tidak ada manual booknya (kayanya kececer), kita sukses merakit sebuah lemari buku.

Alhamdulillah, pas beli meja belajar, kita tidak begitu menemui kesulitan berarti merakitnya karena memang manual booknya keren abis. Begitu baca dan lihat materialnya kita langsung ngeklik a.k.a nyambung *ChinaEmangTop :p

Kesulitan saat merakit meja belajar baru si kakak ini justru ada setelah proses perakitan selesai.

Dua anak kreatif 'membantu' Bapaknya:p

Nah, berikut tampilan meja belajar dan rak bukunya.

Ditambah satu rak susu plastik warisan Uncle Deral

Untuk lemari, setelah berputar-putar ke beberapa tempat dan pastinya dengan banyak pertimbangan juga sebagai trademarknya Papi dalam belanja barang, alhamdulillah bisa ketemu yang sreg di hati dan di dompet. Untungnya, toko lemari ini ada di kawasan Jakarta Selatan yang menjadi tongkrongan sehari-hari kami. Sebelumnya, sudah sempat mampir juga ke toko furniture di Jalan Fatmawati. Tapi, saat itu masih belum terpikirkan model lemarinya karena memang toko ini melayani pemesanan customizes sesuai keinginan konsumen.

Jadi, setelah melihat-lihat model di toko langganan dan mendapat gambaran lemari idaman buat si Kakak, barulah kita balik ke toko yang di Fatmawati. Lumayan, selisih harganya bisa mencapai 2 juta lebih murah dibandingkan Infor**. Sayang, mereka butuh waktu 2-3 minggu untuk menyelesaikannya apalagi menjelang lebaran dan banyak pesanan pula.

And...show must go on, tanpa lemari pun toh si Kakak tetap harus sekolah. Hari ini menjadi hari pertama kakak menjadi Kakak SD.

Selamat Pagi Dunia...Please Welcome...Nadhifa... to the Elementary School...


Berhubung hari pertama dan memang sekolah si Kakak sekarang agak lebih jauh dibandingkan sekolah TK nya dulu, maka Mami Papi bela-belain ijin datang siang demi mengantarkan si Kakak. Setibanya di sekolah ternyata sekolah sudah ramai dengan para orang tua yang juga mengantarkan putra-putrinya first day to school.

Sedikit kekecewaan menghampiti ketika kami melihat daftar nama murid di pintu kelas. Komitmen sekolah yang menjanjikan jumlah murid per kelas hanya 35 orang ternyata tidak ditepati. Di daftar nama, satu kelas ternyata jumlahnya mencapai 38 siswa. Bahkan di kelas lain ada yang berjumlah 39 siswa. Huh, dah berasa di sekolah negeri saja. Memang siy, ada 2 orang guru per kelasnya, tapi mbok ya komitmen dijaga gitu lo. Apalagi untuk Yayasan yang sudah dikenal di masyarakat sebagai lembaga pendidikan berkualitas dan berkelas, hikssss.

Whatever, hari pertama di sekolah si Kakak masih malu-malu. Teman-temannya juga baru semua. Eh, pas kumpul di lapangan bersama siswa-siswa kelas 2-6 si Kakak "dijemur" di lapangan pula padahal lagi puasa.

Selamat ya Kak, semoga Kakak bisa dapat teman baru yang asyik, bisa berprestasi dan berekspresi, tambah pintar, dan bisa jadi panutan buat adik-adiknya. Eits, maksudnya selain adik Neio pasti kelak juga kakak bakal punya adik kelas juga kan ya...dudududududu

Have fun ya Kak di SD...We love you...