Kamis, 22 Mei 2014

Bikers, Menaklukkan Macetnya Jakarta

Sudah hampir beberapa minggu ini saya lagi tidak rutin menggunakan kereta untuk beraktifitas. Berhubung lagi Diklat dan posisinya searah dengan kantor si Papi, jadi saya lebih sering nebeng. Lumayan lah ya, hemat ongkos namun sukses bikin pegal bujur (pantat, hiks). Tapiiiii, seruuu, bisa dua-dua an sama Papi di motor, jiaaaahhh.

Membelah kemacetan ibukota menggunakan motor ternyata menyadarkan saya betapa beratnya perjuangan si Papi dalam mencari nafkah *cupcupPapi. Salut juga buat ribuan bikers ibukota lain yang hampir setiap hari berjuang menaklukkan jalanan ibukota.

Salip-salipan mendahului motor jadi pemandangan lazim, menyalip Kopaja atau Metromini juga menjadi sebuah tantangan. Bahkan mengendarai motor dengan melawan arus seringkali jadi sebuah pembenaran di beberapa ruas jalan, Jakarta oh Jakarta. Padahal sudah banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang menelan korban jiwa karena perilaku bikers yang kerap melawan arus ini. Unfortunately, si Papi pun sering melakukannya, huaa, lindungi kami Ya Allah.

Di lain kesempatan, saya juga merasakan tetesan air langit di atas motor. Minus jas hujan dan helm namun ingin segera sampai di rumah bertemu buah hati tercinta, jadilah hujan badai diterabas. Rasanya nikmat saudara-saudara. Percakapan singkat bersama belahan jiwa makin menyejukkan hati :

Papi : Mi, kapan terakhir ujan-ujanan
Mami : Lupa pi, kayanya udah lama deh, tapi kalo ujan-ujanan ama Papi siy asyik-asyik aja...
Papi : eeaaaa

Di tengah guyuran hujan yang terasa menembus kulit, saya menyaksikan banyak bikers lain yang memilih berteduh di pelataran toko. Tak sedikit juga yang berhenti di bawah jembatan/flyover demi menghindari  guyuran hujan dan jelas-jelas bikin macet. Begitulah hidup, mau memilih hujan-hujanan atau berteduh dulu, bebas tapi mbok ya kalau bisa yang berteduh pun jangan sampai menyusahkan pengguna jalan yang lain dong yaaaa...

Aniway...Padat dan beratnya perjuangan hidup di Jakarta sempat loh bikin saya 'menyerah'. Terpikir untuk pulang kampung, hidup tenang, damai sentosa jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan kota metropolitan. Namun, apa daya, niat sepihak ini tidak mendapat dukungan Bapaknya anak-anak. Istilah si Papi, hujan batu di negeri orang masih lebih enak daripada hujan emas di negeri sendiri. Apalagi saya dan si Papi ini memang berasal dari 2 daerah yang berbeda. Jadi, niat menetap di kampung saya pun makin jauh dari kenyataan. Menurut si Papi, Jakarta merupakan kota netral (tengah-tengah) yang paling realistis untuk ditinggali.

Jadi, ya sudahlah ya, mulai sekarang lupakan niat pulang kampung dan mulailah menikmati kenyataan, ppffhhh. Keluhan dan keluhan toh juga tidak merubah keadaan.

Berdamai dengan situasi selalu menjadi solusi. Setelah kondisi kereta yang  penuh sesak dan kini jalanan yang macet gilaaaa, akhirnya saya hanya bisa tutup mata, tarik napas panjang, lepaskan (lewat mulut ya bukan lobang yang lain, hihihi). At least, feel better for a while....:)

At the end, sangat berharap semoga nanti seiring bertambahnya usia tranportasi massal yang layak dan nyaman benar-benar dapat saya rasakan. Ga kebayang kalau udah nini nini masih harus naik motor, berjubel di kereta yang padat atau bermacet-macet ria pake mobil di jalanan. Caiyyyoooo Jakartaaaah...

O iya, sedikit puisi yang terinspirasi di sela-sela macet

Jakarta
Kota penuh makna
Tempat berjuta warga menggantung asa
Kini terasa semakin menyiksa
Namun apa daya...
Tak usah banyak tanya
Semua tiada guna
Bukankah hidup memang perjuangan
Hingga nantinya saatnya tiba...



Note : Dudududududu, mendadak melllow...

Jumat, 16 Mei 2014

SIARAN PERS

SIARAN PERS
Nomor: 3/SP/I/2014

Pemprov.DKI Jakarta Uji Coba Bus Scania untuk Armada Transjakarta

Photo taken from kompas.com
Uji Coba Bus Gandeng Scania euro 6 asal Swedia untuk armada Transjakarta diawali dari Monas, Jakarta Pusat, Rabu (7/5). PT Tansportasi Jakarta segera membuat standarisasi bus Transjakarta agar kualitas bus bisa lebih baik dan tahan lama.

Jakarta – Untuk meningkatkan pelayanan Transjakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggunakan armada transportasi massal yang berstandar internasional. Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya uji coba Bus Gandeng Scania Euro6 asal Swedia sebagai armada Transjakarta di Pelataran Monas, Jakarta Pusat, Rabu (7/5).
Uji coba Bus Gandeng Euro6 dihadiri wakil Gubernu Provinsi DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama yang biasa disapa Ahok, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, Direksi United Tractors selaku pemegang hak distributor tunggal serta sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik.
Dalam kesempatan itu Ahok menjelaskan Pemprov. DKI Jakarta akan mengganti armada Transjakarta yang sudah tidak layak dengan mendatangkan bus asal Eropa yang dikenal tangguh dan tahan lama.
"Tidak hanya Scania, Mercedes Benz juga kami inginkan masuk tahun depan. Tetapi paling tidak, kualitas busnya nanti harus standarnya seperti ini (Scania)," ujar Ahok.
Bus gandeng Scania Euro6 berbahan bakar gas dengan total nilai satu bus berkisar Rp5,8 miliar. Pada saat uji coba, bus gandeng Scania Euro6 ini diuji coba dalam rute perjalanan singkat dari kawasan Monas menuju kawasan Bunderan HI (Thamrin) dan kembali ke Monas.
Jika Pemprov. DKI Jakarta sepakat menggunakan bis asal Swedia ini sebagai armada Transjakarta pada tahun depan, Ahok  meminta pembuatan Scania dilakukan di Indonesia. Lebih lanjut Ahok menjelaskan, semua produsen bus, termasuk yang lokal, dapat mendaftar ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah) dan e-catalog karena proses pembelian bus akan dilakukan lewat lembaga tersebut.
Sementara itu, Presiden Direktur PT United Tractors Djoko Pranoto mengklaim armada bus gandeng Scania adalah armada yang anti karat.
"Layanan purna jual bus Scania didukung dengan tenaga mekanik yang handal dan spare part dengan kualitas terbaik untuk men-support operasional Scania menjadi bus Transjakarta dalam melayani warga Jakarta," tutur Djoko.
Pemprov. DKI Jakarta berharap peremajaan armada Transjakarta menggunakan bus berkualitas dapat mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan sarana transportasi umum. "Intinya, bagaimana caranya mengubah kebiasaan warga Jakarta dari memakai kendaraan pribadi ke sarana angkutan umum Transjakarta ini," kata Ahok, seusai mencoba Scania Euro6 pada rute pendek selama 15 menit.

Humas Pemprov. DKI Jakarta
Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta Pusat
Telp : 021-3823046
Cp : Winny Arnold
Hp : 08121345678

Email : winny@jakarta.go.id


PS : Tugas Teknik Penulisan Kehumasan (Siaran Pers dan Berita Foto) yang diolah dari berbagai sumber

Belajar Bahagia di Commuter Line



Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota. Ungkapan ini mungkin sudah sering kita dengar dan rasakan. Apalagi bagi warga pendatang yang baru menginjakkan kakinya di Jakarta. Ungkapan ini pernah pula menjadi judul sebuah film di era 80-an.
Kurang lebih 30 tahun berlalu, sepertinya hal yang sama masih kita rasakan. Apalagi bagi para komuter yang bekerja di Jakarta. Potret suram layanan transportasi massal di Jakarta berdampak pada ketidaknyamanan yang dirasakan para komuter, terutama pengguna Kereta Api.

Tak dapat dipungkiri, Kereta Api masih menjadi salah satu sarana tranportasi andalan masyarakat yang bermukim di daerah penyangga ibukota. Sayangnya, tingginya animo warga menggunakan kereta api tidak diiringi perbaikan layanan dari pengelola, PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ).

Seringkali kita mendengar dari media banyaknya gangguan kereta Jabodetabek yang berujung pada demo dan pemblokiran rel, penuh sesaknya kereta terutama di jam-jam kantor hingga egoisnya penumpang kereta yang tidak mau berbagi kursi dengan ibu-ibu hamil atau warga lanjut usia (lansia).

Karut marut layanan Kereta Api ternyata tidak menyurutkan niat beberapa pasangan lansia untuk beraktifitas menggunakan si roda besi ini. Beberapa kali saya mendapati pasangan lansia berjuang keras untuk sekedar dapat masuk ke dalam kereta menembus sesaknya penumpang.

Jika beruntung, ada penumpang yang akan memberikan tempat duduknya,. Sebaliknya, jika tidak mereka akan mencoba bertahan sambil bergenggaman tangan satu dengan yang lainnya. Sungguh romantis. Tak sedikitpun keluhan keluar dari mulut mereka. Kerutan-kerutan di wajah mereka makin menguatkan betapa kerasnya perjuangaan hidup sudah mereka lewati.
Pemandangan ini harusnya bisa menjadi bahan kontemplasi, tak hanya bagi pengguna kereta namun juga bagi anak-anak muda masa kini. Bahagia itu sederhana. Menikmati setiap waktu bersama orang-orang yang dikasihi tanpa banyak mengeluh dalam situasi dan kondisi apapun ternyata dapat memberikan energi positif.

Di sisi lain, sudah saatnya pemerintah mulai memperbaiki pelayanan publik, terutama trasportasi massal. Warga tentu sudah bosan melihat pemberitaan media yang didominasi kasus korupsi pejabat negara. Di negara lain, warga dengan mudah protes jika ada pelayanan publik yang tidak memuaskan.

Namun, di Indonesia, khususnya Jakarta, warga ‘dipaksa’ untuk menerima pelayanan publik yang buruk sekalipun. Warga juga sudah lelah untuk sekedar protes. Mereka lebih memilih pasrah dan memendam rasa kecewa.

Setidaknya, kehadiran pasangan lansia di kereta komuter mengajarkan kita untuk belajar menerima kenyataan. Di titik ini, kita belajar bahagia dengan segala ketidaknyamanan negeri.


                                                                Winny Arfiani

Pasangan lansia menjajal kereta


PS : Tugas Diklat Teknik Penulisan Kehumasan

Bisnis Bunga Rawa Belong Terancam Bangkrut


Jakarta, curcol.com - Omset penjual bunga Rawa Belong, Jakarta Barat menurun drastis karena pemesanan paket bunga sudah di ambil alih oleh perusahaan catering.
Mia seorang pengusaha toko bunga Rawa Belong mengeluhkan turunnya jumlah pemesanan bunga terutama untuk resepsi pernikahan. “Biasanya dulu bisa dapat pesanan bunga pernikahan puluhan juta rupiah per minggunya, kini dalam sebulan belum tentu ada”, ujar Mia di Jakarta (12/5).


Sepinya pembeli bunga membuat omzet penjualan bunga turun drastis hingga 50%. Mia yang sehari-hari biasanya meraih omset 2-3 juta, sejak setahun lalu hanya bisa bertransaksi 600 ribu hingga 1 juta rupiah per hari. Itupun sudah berjualan selama 24 jam. Laba bersih yang didapat biasanya sekitar 30 % dari omset setelah dikurangi modal dan biaya sewa toko.




Hal yang sama juga disampaikan pengusaha Acil, toko bunga Floris di Rawa Belong, Jakarta. Banyaknya bermunculan jasa Wedding Organizer berdampak pada penurunan omset pedagang. “Dulu biasanya yang mau hajatan langsung datang ke sini nawar-nawar harga, sekarang sudah sepi, pengusaha catering dan wedding organizer bisanya langsung pesan ke penjual bunga rekanan mereka”, ungkap Acil.

Sisca, salah satu pengusaha jasa Wedding Organizer di Jakarta membenarkan banyaknya jasa pernikahan selama ini yang sekaligus merangkap penyediaan dekorasi dan bunga. 

“Biasanya biayanya jadi lebih murah dibandingkan jika konsumen harus memesan dekorasi bunga sendiri”. Untuk pasokan bunga Sisca mengaku masih membeli di Rawa Belong. “Lantaran sudah punya beberapa toko bunga langganan kami bisa dapat harga miring”, ungkap Sisca.



Tugas Kelompok Teknik Penulisan
-         
    Winny A
-         dr. Dora
-         Deny Siregar
-         Tri Septi Suprihatini
-         Helly


‘Makaroni Ngehe’ yang Bikin Ketagihan


Bagi anda yang ingin mencari alternatif  kuliner di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, tak ada salahnya mencoba ‘makaroni ngehe ini. Cemilan ringan pengganjal perut murah meriah yang dirintis oleh mahasiswa asal Tasikmalaya, Ali Baba (20 tahun).

Ali, pengusaha ‘Macaroni Ngehe’ mengungkapkan awal mula dia merintis bisnis macaroni ngehe ketertarikannya di dunia wirausaha. Besarnya peluang makanan berbumbu dengan level pedas tertentu dan masih didominasi cemilian keripik, mendorong Ali terinspirasi mengolahnya dari bahan baku yang berbeda. Nama ‘ngehe’  pun dipilih karena rasa macaroni yang bikin penasarandan ketagihan. “Selama ini kan orang kenalnya hanya keripik, pas saya berekperimen dengan macaroni, ternyata banyak teman-teman yang suka, jadi kenapa tidak sekalian dibisniskan” ungkap Ali.
Ali yang juga adalah mahasiswa semester I di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Jakarta Barat bercerita awal mulanya tidak  banyak yang mendukung saat dia memulai usaha ini.  Namun  Ali bertekad untuk tidak lagi bergantung secara finansial kepada orang tuanya dan memutuskan untuk berwirausaha.

Berkat kegigihannya, usaha kecil-kecilan Ali kini mulai membuahkan hasil. ‘Macaroni ngehe sudah membuka 3 gerai di daerah Rawa Belong dan sekarang bersiap membuka gerai ‘macaroni ngehe’ yang keempat di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan.
Meski baru di luncurkan setahun lalu, ‘macaroni ngehe sudah mendapat tempat tersendiri di hati pelanggannya. Para pelanggan yang kebanyakan adalah pelajar ini merasa  cemilan ‘macaroni ngehe’ memiliki sensasi rasa tersendiri.
Caca, salah seorang mahasiswi Universitas Swasta di Jakarta Barat mengungkapkan kenikmatan ‘Macaroni  Ngehe’ yang menggugah selera. “Selama ini kan, makanan berbumbu begini kayanya cuma  yang kerupuk-kerupuk gitu,  saat mencoba macaroni ngehe sepertinya ada yang beda, selain ada macaroni kering tapi ada macaroni basah juga, jadi pas dikunyah ada kriuk-kriuk namun disaat bersamaan makaroni basah juga berasa”, ujar Caca.

Gerai yang memiliki omset 3-4 Juta per hari ini memiliki banyak penggemar. Tak hanya karena namanya yang unik, rasa yang lezat dan harga yang murah mendorong pembeli untuk mencoba. Seporsi macaroni dibandrol seharga 5000 rupiah saja.

Tentu saja, kini Ali tidak perlu resah memikirkan uang kuliah. Laba bersih 60% dari omset penjualan juga membuat Ali bisa mempekerjakan teman sekampungnya di sejumlah outlet ’macaroni ngehe’ di Jakarta.
Usaha macaroni ngehe ini merupakan contoh yang sangat bagus untuk generasi muda sekarang. 




Semoga semakin banyak orang yang terinspirasi dan mengikuti jejak Ali berbisnis di usia yang cukup muda. Apalagi saat ini pemerintah tengah gencar-gencarnya mendorong generasi muda untuk berani berwirausaha.


Tugas Kelompok Teknik Penulisan
-         
    Winny A
-         dr. Dora
-         Deny Siregar
-         Tri Septi Suprihatini
-         Helly

PS : Mumpung lagi sepi tulisan jadi ijin publish tugas-tugas kelompok di Diklat saja yaaaa....*winkwink


New life, new hope, new challenge...

Tak terasa sudah masuk minggu ke-2 ikut Pendidikan dan Latihan (Diklat) Dasar Jabatan Fungsional Pranata Humas di Kementerian Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan. Seru loooo, ketemu teman-teman baru, suasana baru dan rute baru dalam beraktifitas. 

Ternyata punya aktifitas baru setelah sekian lama menjalani rutinitas yang flat dan relatif sama dalam jangka waktu yang lama tidak baik juga buat otak dan tubuh. Kita cenderung pasif dan ga kreatif. Ini benar-benar saya rasakan beberapa hari ini. Beneran, ga boong. Meski daily activity menjadi lebih berat tapi hatinya happy aja gitu, heheu.

Jadi, selama Diklat ini sebenarnya disediakan fasilitas buat nginap. Tapi, secara saya orangnya gak bisa jauh dari anak-anak (suami for sure:p) berasa berat aja lah ya buat nginap-nginap gitu. Apalagi jika ingat si baby Neio yang selau minta mimi ASI setiap mala, makin ga tega lah saya si ibu bijak ini untuk menginap. So, selama masih memungkinkan untuk pulang ke rumah tidak ada alasan untuk menginap. Pernah di hari pertama Diklat saya harus pulang jam 9 malam, hiks (untung hari-hari berikutnya ga ada yang nyampe malam banget-banget begitu).

Jarak tempat Diklat ke rumah siy lumayan, ga terlalu jauh juga (Kebun Jeruk-Bintaro). Tapi rutenya benar-benar baru buat saya. Kata orang dekat tapi bagi pengguna transportasi publik macam saya awal-awal pastinya bingung juga.  Kalau naik taksi terus pastinya bangkrut juga dong. Jadi, mau tak mau saya harus menjajal kereta juga atau bareng Bapak suami pagi-pagi (diantar sampai tempat diklat) dan pulangnya tentu dijemput lagi (berasa jadi nyonyah beneran:p).

Apa siy Pranata Humas? Jadi, sesuai dengan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengatur tentang Pengawai Negeri Sipil, nantinya jabatan di pemerintahan itu tidak ada Eselon 4 (Kepala Seksi, Kepala Sub. Bagian) dan Eselon 3 (Kepala Bidang, Kepala Bagian). Semua PNS akan diarahkan menjadi Jabatan Fungsional, sebuah jabatan yang memang bukan lagi di level struktural, tapi lebih megedepankan fungsi-fungsi sebsuai bidangnya. Kenaikan pangkat/golongan juga didasarkan pada kemampuan PNS mengumpulkan angka kredit dalam bekerja. Tak jarang, seorang PNS yang memiliki jabatan fungsional keahlian tertentu (Pranata Komputer, Pranata Humas, Arsiparis, dll) bisa naik pangkat 2 tahun sekali, menariiiik kaaaan.

Lewat jabatan fungsional ini pula kita tak usah dipusingkan mengejar jabatan dan mengelola anggaran pemerintah yang rigid dan rumit itu (secara ya dari dulu saya memang tidak suka dengan angka-angka). So far, saya merasa nge klik aja dengan jabatan fungsional ini. Rata-rata, teman-teman yang ikut Diklat juga merasakan hal yang sama.

Nah, salah satu hal baru yang cukup menantang selama Diklat ini saya dituntut untuk berolahraga seminggu 3 kali. Olah raga pagi pukul 05.30 cukup bikin mata sepet karena setengah 5 harus bangun dan siap-siap mengejar kereta. Tapi olahraga rutin tidak menjamin berat badan stabil atau bahkan turun (ngareeeep). Malahan baru 2 minggu Diklat, sukses menambah timbunan lemak 2 kg di tubuh, huaaaaaa. Namapun makan gretongan, jadi kudu dimaksimalkan *prinsip ogah rugi, hahahaha.

Hari pertama olahraga pagi saya sukses terlambat. Kereta yang jadwal seharusnya pukul 04.55 ternyata mengalami gangguan. Jadilah kereta baru datang pukul 05.30. Keterlambatan kereta berbuah hukuman dong dari sang instruktur. Saya bersama seorang teman lainnya yang waktu itu juga terlambat "dihukum" untuk senam di depan sebagai instruktur bayangan. Buat saya yang emang setengah banci tampil ini tentu enjoy aja dong. Eh, pas liat gerakan senam saya si instrukturnya jadi senang gitu sambil nanya "Mbak Winny suka olahraga ya?!...huahahaha. Besok-besoknya jadi ketagihan nugasin saya jadi asisten instruktur gitu (potong honornya niy si ibu, pissss)

Lalu, bagaimana dengan materi Diklat nya? Materi -materi selama Diklat juga sebenarnya menarik banget. Sayang, ada beberapa pemateri (dosen) yang kurang pas dalam mengajar, jadinya ya ngantuk lah yaaa. Bawaannya nungguin coffee break aja, eh abis itu masuk kelas ngantuk lagi., ppfffhhh. Termasuk saat saya mengerjakan tulisan ini, salah satunya karena alasan tersebut di atas.

Mengikuti Diklat dan merasakan suasana belajar ternyata bikin otak fresh ya. Benar-benar fresh dalam arti sebenarnya. Suasana kelas, paparan materi dari sorotan proyektor, focus group discussion sampai tugas lapangan bikin liputan berita....Ooooh, it is so me.  Sampai akhirnya terinspirasi untuk segera merealisasikan rencana S2 yang selalu tertunda. Oh God, please make it happen....aminnn.

Lalu, ada apa lagi di bulan Mei? Di bulan ini pula saya sukses dimutasi dari kantor lama. Bilangnya siy memang ada rotasi staf gitu. Nah, untuk saya, konon kabarnya pertimbangan pimpinan karena lebih dekat rumah jadi dimutasi lah ke Humas Suku Dinas yang ada di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Kaget kah saya? Tentu tidaaaak. Di kantor baru ini pastinya saya bisa menambah qulity time bersama bapak Suami yang juga berkantor di sekitar sana. At least, kita bisa lunch bareng, kalau lagi sama-sama ga ada bos kita bisa nonton bareng deh, hehehehe *mulai salah fokus.

Kejutan-kejutan baru di bulan Mei ini berhasil memberi warna dalam hidup saya. Semoga akan selalu ada warna baru yang bisa menambah semangat untuk terus berkarya dan berkreasi, aminnnnn.

This is my new life, my new hope and full of challenge...

What is yours....

Senin, 05 Mei 2014

KIDZANIA #latepost

Bermain di Kidzania pastinya menjadi impian anak-anak sekarang. Begitu juga Nadhifa, baru umur 4 tahun dan mendengar cerita tentang Kidzania dari celotehan mak nya, langsung bikin kakak termehek-mehek minta dibawa ke sana. Ya wis lah ya, namapun #sayang anak pastinya ga tega juga nolak terus. Jadilah kami akhir 2012 lalu main bersama di Kidzania. Berhubung datangnya pas weekend dan rame pula, sebenarnya kasian juga anak-anak harus antre agak lama. Eh, ga berasa jam 2 siang kita sudah harus keluar aja, gantian buat gelombang berikutnya.

Nah, begitu masuk si kakak langsung ngantri jadi pengasuh bayi. Pertimbangannya biar Mami punya asisten buat jagain adek Neio yang waktu itu memang masih baby.

Jangan lupa praktek di rumah ya Kak
Abis jadi pengasuh baby, ternyata si kakek ngajak kakak buat bikin SIM biar bisa bawa mobil. jadilah umur si kakak di mark up jadi 6 thn padahal saat itu masih 4 tahun. Nanti kalau bikin SIM beneran ga ada istilah mark up umur ya Kak. Harus sesuai fakta (meski dulu mami sempat merasakan indahnya SIM 'nembak' tapi please JANGAN DITIRU *bukan contoh yang bagus).

bbbrmmm....bbrrrrmmmmm
Abis bikin SIM dan keliling-keliling naik mobil sambil isi bensin segala, kakak ikut ngantri jadi pemadam kebakaran (sayang banget kalau melewatkan kerjaan seru begini). Apalagi dengan segala huru hara nya di lapangan.

wuiiiih, mana apinyaaaaa? :D
Sebenarnya, waktu itu sempat antre cukup lama juga buat jadi pilot pesawat. Tapi fotonya belum ketemu Kak, entah nyangkut dimana, hiks.

Endingnya, kakak bikin burger sekalian mengganjal perut yang mulai lapar dan berakhir sudah petualangan di KIDZANIA hari itu, semoga bisa main di sana lagi lain waktu ya Kak, aminnnn.

Kakek yang selalu setia menemani

Dear May

Hi May...

Setelah sekian bulan puasa nge-cake karena gak ada yang ulang tahun (uncle Endo Ultah April tapi jauh aja jadi ga bisa nge-cake juga), insyaAllah mulai bulan depan dan bulan-bulan ke depannya kita bisa nge-cake karena ulang tahun beruntun segera dimulai. Semoga panjang umur dan sehat selalu kaminya ya, aminnnn (do'a begini mah kayanya setiap hari juga gak apa-apa ya...).

Di May ini pula, insyaAllah saya mulai ikut Diklat Jabatan Fungsional (semoga bisa tetap nulis di sela-sela belajar, hehe) selama kurang lebih 3 minggu. Kalau lihat suratnya siy ada fasilitas penginapan tapi setelah survey lokasi dan pertimbangan tingginya ketergantungan adek Neio dalam dunia per-ASI-an di malam hari, saya menyimpulkan untuk TIDAK menginap saat ini (tentu setelah ijin penyelenggara Diklat). Beruntung, papi darling menawarkan fasilitas tebengan grateeees berangkatnya, semoga bisa dijemput juga ya pap *winkwink.

Di bulan ini pula, sepupu ada yang married di luar kota dan kecil kemungkinan buat saya bisa datang, InsyaAllah bisa datang di pesta Jakarta awal Juni ya sepupu...Pengajian di Bandung juga insyaAllah dijajal deh sepupu, hihi.

Di awal May kami sudah mencicil persiapan sekolah SD nya kakak Nadhifa. Mulai dari ambil seragam pagi tadi dan nanya-nanya seputar biaya jemputan sekolah yang Subhanallah....lumayan mihiiill juga ya, hiks. Semoga makin dilancarkan rejekinya ya Allah, amiiiinnn.  

Ada apa lagi ya di bulan May nanti? Let see together aja ya. Semoga semua rencana berjalan dengan baik, berakhir indah sesuai harapan, aminnnn.

Bravo Mommy...Bravo May