Kamis, 27 Maret 2014

Kenangan bersama Mr. Foke #1


Kenal sama Pak Foke bagi seorang wartawan tentu hal biasa. Apalagi dengan 1001 permasalahan di Jakarta, pastilah seorang reporter pernah ditugaskan meliput Pak Kumis yang pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012 lalu. Nah, tapi kalau ada pertanyaan pada saya, "Pernah gak siy membayangkan kalau harus menjadi staf nya Pak Foke di instansi Pemprov. DKI Jakarta"?. Jawab saya adalah "Gak".

Tapi, roda nasib memang Rahasia Illahi *pinjam judul lagunya ya Mas Ari Lasso. Hampir 6 tahun berkutat sebagai reporter dan News Anchor di salah satu stasiun TV Swasta akhirnya ngalah juga ikut arahan orang tua agar ikut mencoba tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Akhir tahun 2009 kebetulan banyak instansi yang membuka lowongan CPNS. Ada beberapa instansi yang saya coba waktu itu. Kepikirannya waktu itu bisa berkarir sebagai PNS di Kementerian. Tapi setelah melihat hasil pengumuman ujian, saya malah diterima di Pemprov. DKI Jakarta. Alhamdulillah juga lah pastinya. Secara saingannya banyak pake banget ya bow.
 
Awal menerima Surat Keputusan (SK CPNS) jadi moment galau tingkat tinggi dalam hidup saya. Bayangkan, lulusan Ilmu Komunikasi dan berpengalaman di bidang jurnalistik hampir 6 tahun tapi saya harus menerima kenyataan jika jabatan yang tertera di SK CPNS saya adalah Penyuluh KB. Yup, jauh banget dari mimpi dan cita-cita saya selama ini. Kalut, saya langsung menelepon orang tua. Dilema itu pun mendera. Di satu sisi bersyukur bisa menerima SK yang dinanti-nanti, tapi di sisi lain tidak terbayang akan menjadi Penyuluh KB.

Setelah mendapat dukungan orang-orang terdekat terutama orang tua dan mengingat status diri sebagai ibu beranak 1 akhirnya saya menguatkan diri untuk tetap maju sebagai PNS. Ditambah lagi keyakinan akan The Power of Networking (kekuatan jaringan), hehehe.

Tidak mau larut dalam ketidakjelasan, akhirnya saya berinisiatif mencari kemungkinan pindah unit kerja, istilah kerennya di PNS adalah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Buka-buka Phone Book di Hand Phone, beruntung saya masih menyimpan  nomor HP nya Pak Foke, ihiiiiiiy. Jadi, ceritanya dulu waktu masih siaran pagi, saya pernah Live antisipasi banjir bersama Pak Foke di kali Pesanggrahan IKPN Bintaro. Alhamdulillah bisa dikasih langsung nomor HP nya juga dari si Bapak.

Awalnya, standar lah ya SMS dulu (biar sopan cyiiin). Eits, ga lama langsung dibalas (kayanya siy dibalas asisten pribadinya) dan beliau janji nanti akan menghubungi saya. Benar saja, malamnya doi langsung telepon.

Pak Foke  : Hi Winny, apa kabar?
Saya          : Alhamdulillah, baik Pak, Bapak apa kabar? (ga dijawab, hiks)
Pak Foke  : Iya, ada berita apa nih?
Saya          : Bapak, saya baru saja ambil SK CPNS, jadi sekarang saya resmi jadi staf bapak nih...
Pak Foke  : Are you kidding me?
Saya          : Seriously sir, tapi jabatan saya kok Penyuluh KB Pak di BP****, any idea Pak?
Pak Foke  : OK, gak apa-apa, kamu jalani saja dulu, saya monitor kamu dan nanti saya tarik ke balaikota...
Saya          : Terima kasih pak, ditunggu ya Pak....

Percakapan cukup singkat yang mambawa sejuta harapan untuk berkarir sebagai PNS.
 
Sesuai pesan Pak Foke, Mei 2010 akhirnya resmi lah saya berseragam PNS Pemprov. DKI Jakarta (eits masih pake C a.k.a Calon actually). Menikmati gaji CPNS yang 80 persen dan biar gak shock-shock banget masih sempat jadi News Anchor di salah satu TV Lokal Jakarta, ceritanya lain waktu saja ya bagian ini.

Lantas, apa rasanya jadi PNS?. Semua berubah drastis pemirsa. Suasana kerja yang berubah 180 derajat celcius (suhu kali, hehehe), teman-teman yang pastinya baru juga, juga atasan-atasan yang 'unik'. Saat itu, saya juga berasa ke kantor nya makin jauh karena dari rumah Bintaro (Tangerang Selatan) biasa ke kawasan Senayan di Jakarta Selatan sekarang harus ke Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Berangkat sebelum matahari muncul dan nyampe rumah setelah matahari tenggelam. Motto 'Hidup adalah Perjuangan' memang benar adanya.


Hari-hari pertama sebagai CPNS dihabiskan dengan baca novel Tere Liye, hahahaha (Semoga menteri PAN gak baca tulisan ini ya, hehehe). Bosan dengan Tere Liye, saya baca novel perdananya Adenita, 9 Matahari. Kebetulan ada tokoh di novel itu yang akrab banget dengan saya *colek Cirgobanggocir. Kurang lebih 4 novel saya selesaikan dalam waktu 2 bulan (cukup produktif lah ya *siap-siap digampar). Tapi, ya begitulah, entah karena memang kurang siap atau gimana, kayanya saat itu saya dan teman-teman CPNS merasa terombang ambing di antara ketidakjelasan. Kalau saya pribadi siy lebih seperti culture shock aja. Biasanya dikejar-kejar deadline tayang, sekarang dikejar deadline novel *pisss.

New me...
Momen paling berkesan hanyalah saat-saat lunch atau hang out bersama teman-teman baru yang rata-rata lebih muda dari saya. Untung, kelakuan kita sama jadi terlihat seumuran juga pada akhirnya *tepuuuuu. Saat itu yang terbayang hanyalah Pak Foke. Kapan ya pak Foke bisa memindahkan akuuuh ke instansi yang lebih nyambung dengan background akuuuuh? *dramaaaa.

===to be continue===






Tidak ada komentar:

Posting Komentar