Profesi security atau sering dikenal dengan istilah satpam biasanya identik dengan pengamanan. Namun, belakangan security tidak lagi melulu ngurusin pengamanan semata. Secara negara kita juga sudah aman-aman saja juga kan ya, amin.
Banyak contoh konkrit jika security tidak selalu mengurus masalah pengamanan saja. Misalnya, security di Bank-bank yang sekarang berlomba-lomba memberikan senyuman terbaik dan setulus mungkin ketika nasabah datang. Di mall tak kalah ramah lagi, selain memeriksa bawaan pengunjung melewati metal detector (biasanya mall-mall besar), banyak juga security berkeliling menggunakan seragam safari dan seringkali menjawab pertanyaan pengunjung yang sekedar bertanya toko tertentu atau lokasi toilet sekalipun. Di perkantoran juga begitu adanya. Security dengan sabar dan senyum mengembang akan mengantar klien yang akan meeting atau sekedar bertamu.
Lalu, bagaimana dengan security stasiun Kereta Api Jabodetabek. Memang, sejak mulai diberlakukannya tiket elektronik Kereta Api tahun lalu, jumlah security di setiap stasiun juga bertambah. Tugasnya pun tak lagi sekedar mengamankan penumpang yang melintas atau mengawasi penumpang tak bertiket tapi sekarang justru ikut membantu penumpang yang mengalami kesulitan saat tapping tiket elektronik.
Selama lalu lalang bolak-balik melintasi beberapa stasiun untuk berangkat kerja saya tidak pernah bermasalah dengan security. So far, kehadiran security berseragam lengkap ala petugas keamanan ini cukup membantu apalagi di stasiun besar yang memaksa penumpang harus melintasi rel untuk menuju pintu keluar stasiun. Tiupan pluit sang security lumayan jadi penanda jika tiba-tiba ada KA mau lewat jadi kita bisa menahan diri untuk tidak melintasi rel terlebih dahulu.
Tapi ternyataaaaa, beberapa hari lalu ketika saya harus bolak balik stasiun demi melihat Class Performance Kakak Nadhifa, saya akhirnya harus sedikit perang urat syaraf dengan seorang security 'songong'. Sekitar jam 09.00 pagi setelah sebelumnya harus ke kantor dulu untuk absen pagi, saya mendarat di stasiun Sudimara, Tangerang Selatan yang merupakan stasiun terdekat menuju sekolahan kakak. Cuaca pagi yang saat itu cukup terik pas turun kereta, membuat saya spontan menju gate yang masih agak sepi (belum antre panjang). Eh, ternyata gate masih disilang a.k.a belum dibuka, jadi untuk gate keluar otomatis hanya mengandalkan satu gate dari 4 gate yang tersedia. Pindahlah saya ke belakang untuk antre dan antrean pun cukup panjang dan, sementara 3 gate untuk arah berlawanan relatif kosong.
Menyadari kondisi seperti itu, saya spontan bilang ke security in charge, "Pak, itu gatenya kenapa ga dibuka satu lagi, toh bukan jam sibuk berangkat kerja lagi dan sudah mulai sepi, kasihan antrean keluar stasiun jadi panjang dan panas pula". Entah apa yang di kepala si security ini, dengan ketusnya dia balik nyemprot saya "tiket murah saja berisik banyak complain". Jleeeeb, speechless ga tau harus ngomong apa akhirnya saya cuma balik bilang "Ok, saya ingat nama anda dan nanti saya akan lapor ke atasan anda". Dan dengan gagah beraninya dia bilang "Silahkan laporin, ini nama saya" (sambil memamerkan papan nama di bajunya). Salut ya buat keberanian mas security berinisial ML (bukan ML yang itu loh ya, hahaha) ini.
Benar saja, pulang dari Class Performance si kakak saya balik lagi dong ke stasiun ini untuk balik ke kantor. Sempat papasan juga dan si mas ML ini. Dan akhirnya saya putuskan untuk melaporkan kejadian tak mengenakkan tadi ke Kepala Stasiun (KS). Sayangnya Pak KS nya lagi ga di tempat dan laporan saya diterima PPK (Pengatur Perjalanan Kereta Api).
Sayup-sayup saat meninggalkan ruangan PPK saya masih bisa mendengar announcer stasiun memanggil Danru (Komandan Regu) security. Saya tak ingin memperkeruh suasana dengan ikut-ikutan menyemprot atau menuntut si security ML ini minta maaf. Tapi saya hanya ingin si security ini diberikan ganjaran yang pas dan akhirnya menyadari ketidakpantasannya berbicara seperti itu pada penumpang KA. Tiket murah yang dibayar penumpang KA bukanlah karena ke'tajir'an PT KA atau karena belas kasihan PT KA terhadap penumpang KA. Tapi memang karena PT KA disubsidi sekitar 1 Trilyunan setiap tahunnya agar warga mau menggunakan tranportasi massal. Jadi sangat tidak pantas si security ML ini bicara seperti itu kepada penumpang KA.
Semoga setelah mendapat teguran dari atasannya si security ML ini bisa tercerahkan dan menyadari kesalahannya. Security sekarang dituntut harus bisa bersikap ramah dalam melayani konsumennya, berapapun tarif yang dibayar konsumen. Security ibaratnya frontliner perusahaan yang bersentuhan langsung dengan konsumennya.
Pelajaran berharga juga buat PT Kereta Commuter Jabodetabek untuk lebih berhati-hati melakukan rekrutmen security. Bagaimanapun, pekerjaan security juga membutuhkan 'hati', tidak sekedar badan tegap dan tampang kece. Toh, bukannya semua pekerjaan emang seharusnya pake 'hati' ya. Semua pekerjaan yang dilakukan dengan 'hati' konon akan terasa lebih ringan dan pastinya juga berkah....setuju kan teman? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar