Senin, 03 Maret 2014

Ketika Separuh Jiwaku Pergi #2


Nah, sudah siap kan ya buat lanjutin kisah yang sempat ngegantung...So...

Sebagai anak perempuan satu-satunya dan beberapa tahun terakhir cukup merepotkan Mama (harus bolak-balik JKT-PDG untuk mengawasi kakak Nadhifa) ternyata memang tidak mudah melaluinya. Kendati phisically saya terlihat baik-baik saja, ternyata alam bawah sadar ini berkata lain. Beberapa kali konsultasi ke dokter karena keluhan macam-macam, akhirnya saya dirujuk ke Psikiater.

Yup, saya terserang Psikosomatis. Menurut salah satu artikel disini, gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan munculnya gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.

Sejak Mama meninggal, saya pernah merasakan sakit perut yang berkepanjangan. Bahkan sempat USG dan tidak ditemukan apa-apa. Ketika sakit perut mereda, tiba-tiba saya merasakan nyeri dada di sebelah kiri. Kekhawatiran demi kekhawatiran bahkan memperparah kondisi ini. Belum reda sakit di bagian dada tiba-tiba saya merasa sakit kepala yang sangat hebat. Karena memang masih masa menyusui dan menghindari minum obat-obatan, minyak gosok minyak aromatherapy pun menjadi andalan. Parahnya lagi, saya sempat terpikir untuk CT Scan kepala. Untunglah pendekatan diri kepada Allah SWT mendorong saya untuk tidak melakukan CT Scan. Berserah diri jauh lebih ampuh dan insya Allah menyembuhkan.

Bagi saya pribadi, butuh waktu kurang lebih 1,5 tahun untuk bisa benar-benar sembuh dari sakit ini. Keluarga pun berperan besar dalam proses penyembuhannya. Selain keluarga tentu diri sendiri juga menjadi faktor terpenting untuk sembuh. Menulis ini pun semoga menjadi salah satu therapy penyembuhan.

Jika flash back ke belakang, hubungan saya dengan mama selama ini memang ibarat air laut, ada pasang surutnya. Namapun anak perempuan sendiri, kadang kita bisa mesra ngobrol ngalor ngidul, namun terkadang bisa tegang karena satu dan lain hal. Saya (juga 2 saudara cowok) dan mama termasuk kategori anak dan orang tua yang kurang ekspresif dalam mengungkapkan perasaan sayang. Tapi ekspresi kalau lagi kesal atau marah sih pada jago, hehehehe.

Nah, ditambah pula, Mama yang juga merupakan seorang ibu pekerja ini sangat disiplin dalam banyak hal. Terutama masalah kebersihan dan kerapihan sampai hal yang sekecil-kecilnya. Kadang bila ada yang kurang berkenan dan menurut Mama belum pas ya bisa ditebak, pastinya Mama bakal marah, meski menurut kita anak-anaknya hal itu sebenarnya sepele. Tapi, ya begitulah Mama. Bisa jadi, berkat gaya parenting yang seperti itu pula, Mama bisa dibilang sukses membesarkan anak-anaknya sesuai harapan.

Bersyukur banget di saat-saat terakhirnya, kami diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mengungkapkan perasaan terpendam kita selama ini. Betapa kita banyak melakukan kesalahan pada mama, betapa kita sangat sayang pada Mama, betapa kita sangat fight demi kesembuhan Mama. Kami sekeluarga menjadi sangat solid. Terlebih lagi Papa. Papa dengan sangat setianya mendampingi mama. Bukti nyata janji suci  pernikahan akan mencintai dalam saat suka maupun duka sampai maut memisahkan itu ada di depan mata, tercermin langsung dari orang terdekat kita, alhamdulillah.

Nah, mumpung baru telat sehari, sebenarnya sekalian mau ngucapin Happy 35th Anniversary buat Mama (Almarhumah) dan Papa. Semoga Papa sehat dan bahagia selalu. Dan semoga Mama selalu tersenyum bahagia juga 'menyaksikan' kita dari 'rumah'nya...Amin.

Miss you so much Mama

Kini, hampir 2 tahun berlalu, jujur, air mata itu masih ada. Apalagi Papa. Bahkan, beberapa kali digodain kakak Nadhifa karena ketahuan menangis, biasanya sih karena abis liat foto Mama. Justru, Nadhifa yang selama ini sangat dekat dengan neneknya malah jarang sekali terlihat sedih. Kalau pun ditanya tentang neneknya, si Kakak hanya bilang "Jangan sedih Mi, Nenek pasti senang di Sorga bisa ketemu sama orang tuanya". Aih, senangnya jadi anak kecil yang punya pemahaman sebegitu sederhananya tentang hakikat kematian.

-the end-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar