Kamis, 27 Maret 2014

Kenangan bersama Mr. Foke #2

Singkat cerita, memasuki bulan ketiga dengan status Abdi negara, saya mulai melihat secercah harapan (apaaaa coba). Tanda-tanda akan ditarik ke Balaikota di Jalan Medan Merdeka Selatan makin terlihat nyata. Apalagi beberapa kali saya sudah mendatangi bagian Humas Pemprov. DKI dan semi interview dengan beberapa pejabat di sana. Mendengar background kami (bersama 2 orang teman) yang jurnalis, mereka langsung terlihat antusias menyambut rencana kepindahan kita (Ge Er, hihihi).

Agustus 2010 saya resmi bergabung di Humas Pemprov. DKI Jakarta. Nama seksinya saat itu Kemitraan dan Kerjasama Kehumasan. Di bagian ini juga akhirnya saya menemukan kembali dunia yang hilang itu. Ternyata seksi ini juga menggarap talkshow televisi yang melibatkan pejabat Pemprov. DKI Jakarta. Biasanya topiknya seputar progress pembangunan dan berbagai kebijakan di Pemprov. DKI Jakarta. Bertemu kamera (meski bukan saya yang di shoot), bertemu make up artist (meski bukan saya yang di make up in), bertemu lighting dan merasakan atmosfer studio kembali. Woooowww, this is so me....:p

Bahkan, seringkali juga bertemu teman-teman di kantor yang lama. Mulai dari yang masih sebagai reporter, presenter, dan teman-teman cameraman, audioman, lighting man. Mereka biasanya pada side job nyari tambahan dengan menggarap project di instansi pemerintahan. Senangnyaaaaaa.

Tak hanya itu, dalam beberapa kesempatan shooting televisi yang melibatkan Gubernur, sedringkali saya diberi kepercayaan untuk mendampingi beliau. Biasanya sih Pak Foke suka ngeledekin, "bingung gue, ini kenapa bisa nyasar jadi Penyuluh KB ya dulu, mending kita berdayakan di Humas lah". Thank you Mister....

Pada suatu kesempatan, saat kegiatan "berkantor di kelurahan" (setiap hari Rabu, biasanya Mr. Foke selalu mengunjungi salah satu kelurahan dan bertemu warga) kebetulan ada salah satu TV Swasta yang akan shooting untuk program talkshow. Kebetulan, saat itu host talkshownya juga teman saya waktu kerja di TV dulu. Setelah ngobrol ngalor-ngidul menunggu si Bapak yang masih bertatap muka dengan warga, shooting pun dimulai. Tapi, make up artistnya si Bapak kok masih belum datang ya. Memang, setiap kali mau shooting biasanya Bapak Foke ini akan mendatangkan stylist khusus untuk menata rambut (kumis juga kali ya) dan make up tipis di wajah. Pokoknya doi paham betul bagaimana tampil okeh di layar.

Setelah menunggu dan menunggu, mas stylist ini tak kunjung datang. Akhirnya, Bu Sylviana (Pejabat Eselon 2) yang mendampingi Bapak malah menyuruh aku untuk make up in si babeh. Sambil menyodorkan make up kit nya, si ibu bilang "udah, kamu kan biasa dampingin Bapak, kamu aja, pasti Bapaknya lebih nyaman, daripada sama saya" ujar Bu Silvi panik. Bingung gak tahu harus jawab apa, akhirnya saya pun masuk ruangan dan ijin babeh untuk menjalankan tugas dadakan ini. Huuuffff.....

Emang dasar panik dan amatiran, entah kenapa pas saya lagi bedakin si Bapak Gubernur, tiba-tiba spon bedaknya jatuh sodara-sodara. Oooppsss, untung saat itu di ruangan lagi ramai orang-orang dan si Bapak kayanya ga 'ngeh' juga. Tanpa dosa, saya ambil spon di lantai dan lanjut bedakin si Bapak dong ah, hahahahaha.

Maaf ya Pak Foke, gak sengaja, toh ga ada efek samping apa-apa juga terhadap wajah Bapak yang masih bersih dan bersinar itu, hihihi.

O, ya, sejak Januari lalu, Pak Foke sudah resmi berkantor di Jerman dan menjadi Duta Besar Jerman untuk Indonesia. Selamat bernostalgia dan semoga sukses ya Pak di tempat yang baru, amin.

Nice to know you Mr. Foke...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar