Selasa, 29 April 2014

Selembar Surat dari PT Kereta Commuter

Hari ini, lagi-lagi perjalanan kereta terganggu. Setelah didemo para commuter Bekasi, pagi ini gangguan kereta meresahkan para commuter Serpong - Tanah Abang. Kereta yang seharusnya berjalan pukul 6.33 dari Pdk. Ranji tak kunjung datang padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Pengumuman adanya gangguan kereta di stasiun Sudimara (selisih 1 stasiun sebelum stasiun Pdk. Ranji) makin bikin galau.

Alternatif angkutan yang lain seperti angkot, bis atau taksi sangat tidak menjanjikan di tengah kemacetan di jam sibuk ini. Kurang lebih pukul 07.00 saya dan beberapa orang teman sesama commuter akhirnya memutuskan naik Kereta Commuter Line (CL) ke arah Serpong. Gambling saja sebenarnya. Kami berpikir peluang mendapat kejelasan perjalanan kereta di stasiun sebelum Pdk. Ranji bisa jadi lebih besar. Benar saja, sesat akan tiba di Stasiun Sudimara, masinis kereta mengumumkan bahwa kereta yang saya tumpangi akan mengakhiri perjalanan di Stasiun Sudimara dan penumpang yang ke arah Serpong diturunkan di Sudimara.

Yesss, akhirnya keputusan cerdas diambil Pengatur Perjalanan Kereta mengingat penumpukan penumpang di sejumlah stasiun. Beruntung lagi, saya sudah dalam posisi duduk manis (sesaat), hehehe (meski tetap BT karena gangguan kali ini bikin telat banget nyampai kantornya). Setibanya di stasiun Kebayoran ternyata saya melihat ada ibu-ibu yang sudah cukup berumur kesusahan berdiri di tengah-tengah padatnya manusia di Kereta saat itu. Spontan lah ya, merasa masih muda dan cukup kuat untuk berdiri, saya memberikan kursi saya buat si ibu ini. Gak kebayang, orang-orang terutama anak muda yang masih bisa-bisanya (pura-pura) tidur atau memaki lewat media sosial soal jatah duduk di transportasi umum (terutama kereta). Itu karena ga peduli, ga punya hati atau blo'on yaaaa. Entahlah.

Keterlambatan kereta kali ini tentunya berdampak pada keterlambatan ngabsen dan ancaman potongan gaji dari negara (ceileeeeh). Eh, pas di gate keluar, surprise, seorang petugas satpam membagi-bagikan selembar surat keterangan. Surat keterangan yang intinya menjelaskan kalau penumpang kereta tidak bersalah. Ini murni kesalahan PT Kereta Commuter karena adanya gangguan teknis dan berbagai jenis gangguan lainnya. Cukup mengapresiasi langkah manajemen PT Kereta Commuter ini, tapi kenapa suratnya tidak ditandatangani langsung Kepala Stasiun ya?!. Kebayang dong, kita yang sudah terlambat ini harus ngantri lagi untuk mendapatkan tanda tangan Bapak Kepala Stasiun yang terhormat #tepok jidat.

PR berburu tanda tangan Ka. Stasiun *sigh*


So, lain kali harusnya surat-surat kaya gini mbok ya langsung ada tanda tangannya gitu loh Pak. Toh bisa pake cap yang ada tanda tangannya juga kan. Jangan kita yang sudah dirugikan karena keterlambatan pelayanan Bapak masih harus ngejar-ngejar dan ngemis-ngemis lagi minta tanda tangan Bapak, piye toh. Atau malah mendorong kami untuk mengira-ngira tanda tangan Bapak, makin kacau lah negara ini.

Duh, jadi teringat komentar si Papa yang beberapa hari lalu naik Kereta Api ke Cirebon setelah beberapa bulan lalu menjajal Kereta di Benua Eropa sana. Sesaat setelah keluar dari Stasiun Gambir si Papa cuma bisa comment : kenapa ya kereta di Eropa itu goncangannya bisa ga terasa. Tanpa pikir panjang saya yang setiap hari menjajal CL langsung bilang 'Jangankan goncangan Pap, bisa tepat waktu saja sudah syukur'. Ya gak seeeeeh.....



Senin, 28 April 2014

Kabar duka (lagi)

Pagi ini saya mendapat kabar duka itu lagi. Sebelumnya, 4 hari lalu saya jalan bareng dengan teman saya yang saat itu bercerita soal mertuanya yang sedang terbaring sakit karena divonis kanker kelenjar getah bening dan diopname di RS Dharmais. Seketika, memori otak saya terbang jauh ke belakang saat mama juga berjuang dengan kankernya di RS yang sama.

Pagi ini, saya mendapat informasi jika mertua teman saya yang juga kebetulan ibu dari teman kantor saya ini meninggal dunia. Kurang dari sebulan mereka mendapati orang yang mereka sayangi gagal melawan penyakitnya. Temuan demi temuan, inovasi dan inovasi pengobatan kanker ternyata masih belum cukup melawan keganasan kanker.

Akhirnya, kita hanya bisa berserah pada Yang Kuasa sebagai Sang Penentu nasib dan takdir. Pasrah kah itu? Tentu tidak, saya sangat yakin para medis dan para survivor telah berjuang sekuat tenaga. Namun, kembali lagi, semua sudah ada jalan-Nya. Jalan yang kelak membawa kita pada kehidupan abadi yang hakiki.

Kematian sejatinya mengajarkan banyak hal bagi kita yang masih bernafas. Bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat hidup, merasakan kehangatan cinta dan kasih sayang dari keluarga dan orang-orang terdekat hingga akhirnya kita bisa memberi makna dalam setiap perjalanan waktu. Kematian juga mengajarkan kita untuk menjadi manusia lebih baik, demi bekal di akhirat nanti.

Tak perlu mengutip ayat-ayat dan pesan ulama yang mungkin terlalu berat bagi sebagian orang. Satu hal yang perlu diingat, kematian merupakan sesuatu yang sifatnya mutlak dan pasti menimpa siapapun. Mengutip pernyataan Pak Ahok yang fenomenal dan kontroversial itu, buat apa sih kita takut mati, takut mati pun tidak membuat kita tidak mati. Jadi, ya mending tidak usah takut sekalian. Hadapi saja.

Ya Allah, semoga kami senantiasa dalam lindungan-Mu, dapat menghadap-Mu dalam keadaan Khusnul Khotimah, jauhkan kami dari siksa kubur-Mu, aminnn ya Rabb.

Minggu, 27 April 2014

Berburu Mobil Neio

Makin besar kecintaan Neio terhadap mobil semakin nyata. Setiap kali kami jalan-jalan pasti celotehannya seputar jenis-jenis mobil yang melintas.Sebagai penggemar fanatik mobil, sebenarnya sudah lama berniat membelikan Neio mobil-mobilan Ride-on. Tapi, namapun orangtua pastinya ingin memberikan yang terbaik dong buat anak-anaknya. Tak hanya mainan tapi buat banyak hal-hal penting dalam kehidupan mereka. Makanan, minuman, pakaian, pendidikan sampai nanti urusan jodoh kelak *mulai ngelantur khas mak-mak. Andai jodoh bisa dibeli pasti nanti dibeliin yang terbaik juga. Namun, karena urusan jodoh harus ada campur tangan Tuhan, jadinya orang tua hanya bisa berdo'a aga kelak anak-anak mereka bisa menemukan tambatan hati terbaik.

Balik ke urusan mobil Neio, setelah browsing hampir di semua toko mainan online, telepon, konfirmasi dan bahkan sempat mendatangi sebuah distributor di daerah Ciledug, ternyata mobil incaran yang diidam-idamkan tak kunjung dapat. Saya juga sempat menunggu selama 3 minggu dari sebuah toko mainan besar karena dijanjikan barang mereka masih tertahan di Bea Cukai. Tapi koq ya sudah menunggu 3 minggu masih belum ada kepastian juga, kecewa. Sempat mau bertransaksi lewat toko online internasional sepert amazon atau walmart, tapi ujung-ujungnya tetap ditolak. Mereka belum bisa mengirimkan barang ke Indonesia, hikkkks.

Akhirnya, setelah harapan mendapatkan mobil yang ditaksir semakin tipis, sepertinya saya harus mulai realistis. Beruntung, sabtu sore kemarin ada waktu kencan berdua si Papi darling ke Mall Ambassador-ITC Kuningan. Sebuah tempat belanja yang menyimpan sejuta kenangan. Tempat andalan dan lari (dari kenyataan) paling cihuy jaman masih lajang, hehehe. Di mall ini dulunya saya sering banget belanja bulanan, beli gadget, makan siang, shopping karena memang jaraknya sepelemparan batu dari kantor dan kos (dulu). Bahkan, jalan kaki saja paling cuma 10 menit untuk sampai di tempat ini.

Di masa sekarang, ke mall ini benar-benar sebuah perjuangan. jaraknya yang sudah tak bersahabat dari kantor apalagi dari rumah, membuat frekuensi kunjungan menurun drastis (setahun bisa diitung pakai jari). Nah, berhubung sabtu kemarin mau jemput papa ke stasiun Gambir dan paginya sudah menunaikan kewajiban jalan-jalan akhir pekan bersama anak-anak, jadi sorenya niaaaat banget mau ke Ambassador (sekalian kencan ya bow). Di salah satu toko bayi cukup fenomenal di ITC Kuningan ini kabarnya ada jenis mobil ride on yang saya incar (alternatif setelah incaran pertama gagal).

Tapi, karena jarang-jarang ke Ambassador kayanya koq sayang ga sekalian service HP juga, kebetulan ada masalah di speakernya. Eh, kenapa ga sekalian setting BB juga yang kemarin habis dikasih Uncle Endo. Sekalian-sekalian itulah akhirnya yang bikin saya terjebak dan tidak terasa waktu jemput si Papa jadi mepet. Belum lagi janji mau beliin mobil-mobilan si Neio. Ambassador oh Ambassador.

Untungnya, dengan sedikit huru hara, urusan di Ambassador ini kelar juga. Termasuk membeli mobil baru buat Neio di toko baby langganan.  Benar saja, tak butuh waktu banyak, transaksi deal. Harga jangan ditanya, toko bayi satu ini memang terkenal menjual baby stuff lebih murah dari toko baby manapun. Termasuk untuk mobil-mobilan Neio yang kemarin saya beli. Selisih dengan toko online lain bisa 150 ribu loh, belum lagi ongkos kirim...(tapi ga perlu promosi lagi nih kayanya, jadi ga usah disebutin namanya lah ya, hehehe). Namun, alasan utama menjemput Papa ke Gambir malah telat aja se jam-an, huaaaaa, mafkan kami Papa.

Tapi, senang banget liat Neio bisa menikmati mobilnya. Sayang, mobil ini agak-agak tidak interaktif karena anak tidak bisa mengemudikannya sendiri. Jadi harus ada pihak kedua yang bersedia mendorongnya. Sementara, si mobil inceran memungkinkan anak menggowesnya pakai kaki. Hiks, masih penasaran...

Neio first car (pic taken from littletikes.com), foto Neio riding his car nya belum ada yang OK:p

Mobil impian (maknya Neio):p...pic taken from amazon.com

Well, safety ride baby Neio...kalau ada rejeki nanti kita upgrade lagi ya bum-bumnya, aminnnn.

PS: Tx to uncle endo untuk first car Neio, semoga upgrade nya kelak bisa di beliin juga *kaboooor.


Kamis, 24 April 2014

Goresan Nadhifa #2

Sejak bisa baca tulis, kakak Nadhifa seringkali bikin surprise-surprise kecil lewat goresan tangannya. Biasanya berupa gambar formasi keluarga trus ada nama-nama anggota keluarganya, gambar bunga, gambar pemandangan, hotel, dan berbagai gambar lucu lainnya. Kertas-kertas itu biasanya ditaruh di tempat-tempat yang pasti saya lihat, seperti di lemari baju, dekat meja rias atau di atas kasur.

Nah, kemarin nih, si kakak juga iseng nih bikin tulisan. Jika biasanya tulisannya berupa ungkapan perasaan seperti sayang, senang dsb, kemarin saya dibikin terenyuh dengan tulisan kok yang isinya lebih tepatnya berupa curahan hati alias curhat-an (kakak kok cute banget siy...).

Dan isinya sukses bikin mami meleleh (dalam hati). Memang, kadang tidak disadari, di rumah si kakak kadang suka jadi tumbal. Jika adeknya yang berulah, ga sadar malah kakak yang dimarahi. Atau adeknya lagi rewel si kakak juga suka nyari gara-gara di saat yang hampir bersamaan, eh kepancing juga deh buat ngomel. Padahal maknya sadar banget si anak kecil Virgo ini sangat sensitif dan gampang terenyuh (just like me). Tapi, ya namapun reflek tetap saja lah ya kalau lagi kesel mah...(pembelaan kombinasi pembenaran). Maaf ya Kak, yang penting mami marah karena sayang koq sama kakak, benaran Kak, ciyuuuus... (dan si kakak akan berkata ;: mi apaaaah, halaaaah, mak sama anak kok jadi alay....).

Jadi, si kakak sebenarnya nulis apa siiiiiiiy...hehe. Ini dia....

Curhat niy yeee...
Saking si kakak masih kesal dan ga terima dimarahin, panggilan Mami pun diganti dengan nama Mami-nya, ckckckckc (Aku Rapopo Kak:p). Sementara di baliknya juga tertulis pesan buat Papi yang bakal bikin hati papinya berbunga-bunga (cieeeee....yang ga suka marah, padahal sekalinya marah selalu ditowel maminya biar ga keterusan).

Sebenarnya saya juga tipe ibu yang tidak tegaan untuk marahin anaknya. Tapi, kalau memang salah dan dibiarkan saja tentu ini juga tidak mendidik bukan. Si anak justru harus diingatkan dengan tegas, mana hal-hal yang benar dan salah.

Mungkin, ke depan intensitas marahnya mulai harus dikurangi ya Kak. Tapi kaaaan kalau ibu-ibu suka ada masanya tuh setiap bulannya, hahahaha (nanti juga Kakak pasti mengerti kok).

Jujur nih kak, jujuuuuuur, dibalik marahnya Mami, Mami tuh care banget sama kakak. Kelak kakak juga akan paham...

Rehat di Aldepos Salaca

Long weekend biasaya saya paling malas jalan kemana-mana. Pastinya karena jalanan yang macet dan tempat hiburan yang penuh sesak sudah terbayang di kepala. Sementara kita (terutama saya) yang menyukai keheningan dan menghindari suasana ramai selalu kesulitan mencari tempat liburan alternatif favorit. Tapi, karena si kakak Nadhifa sudah cerewet mau liburan (indikatornya setiap kali lagi jalan selalu nyerempet-nyerempet minta belok ke hotel atau apartment) tentu sebagai orang tua agak-agak gak tega juga untuk tidak merealisasikannya. Apalagi kalau dihitung-hitung, kurang lebih sudah 3 bulan kita tidak liburan.

Setelah mendiskusikan budjet dengan Pak Suami akhirnya kita segera browsing-browsing alternatif tempat liburan yang pas. Kenyamanan buat anak-anak tentu menjadi syarat utama dalam menentukan lokasi liburan. Tiba-tiba kepikiran juga untuk merubah mindset si kakak yang selama ini selalu membayangkan akan nginap di hotel atau apartment bertingkat selama liburan. Justru, kali ini kita ingin membawa anak-anak ke tempat yang lebih menyatu dengan alam dan tanpa gedung bertingkat.

Setelah browsing dan dapat masukan dari beberapa teman akhirnya kita sepakat memilih Aldepos Salaca Resort sebagai tujuan liburan long weekend kali ini. Meski liburnya 3 hari, tapi kita tetap nginapnya cuma sehari saja, hehe. Ternyata perhitungan kita tepat dong, kebayang juga kalau lebih dari sehari pasti kita sudah mati gaya di tempat yang sepi itu (lebih pastinya merusak bujet juga, hihihi).

Perjalanan ke Aldepos Salaca Resort ini kurang lebih 2,5 jam dan sesuai petunjuk pengelola resort kita keluar dari Tol Sentul Selatan, melewati Kampus Dermaga ITB, Cinangneng dan tinggal cari petunjuk sebelum akhirnya belok ke kiri dan nanjak 9,7 km ke arah Gunung Salak. Macetnya ya lumayan, paling parah ya pas arah pulang ke Jakarta, woooowww. Sampai-sampai si Papi driver kapok buat balik lagi, hehehe. Pas nanjak ke arah Gunung Salak, seperti biasa kakak Nadhifa ga sabaran untuk segera nyampai. Seringkali complain koq ga nyampai-nyampai (kebayang deh kalo kita road trip ke Jawa, huhuuhu).

Akhirnya, setelah melewati pemandangan sawah, gunung, pasar dan tenda kondangan warga yang bikin macet, kita bisa bernafas lega. Papan petunjuk Aldepos Salaca sudah di depan mata dan tinggal nyari kantor resepsionis. Area resor yang sangat luas (60 ha) sempat bikin keder juga, benar ga siy ini tempatnya?!. Sesampainya di resepsionis kita sempat mau nyari alternatif tempat lain (toh belum bayar DP juga, hehehe). Tapi begitu tiba di Kampoong dan melihat bakal kamar kita untuk semalam ke depan akhirnya luluh juga. Rumah kampong yang ada di pinggir sungai di lengkapi suara burung dan gemiricik air terjun kecil, wuiiih sensasinya beda sodara-sodara. Apalagi ketika kita melihat ekspresi Nadhifa, kayanya antusias banget. Benar-benar sebuah pengalaman baru.

Apalagi, saat booking, saya juga memesan sebuah tenda yang dari foto Facebook si Aldepos ini koq ya kayanya okeh banget tapi ternyata aslinya biasa aja, hehe (marketing lewat foto acapkali menipu konsumen). Tetap siy ada kasur dan selimut serta papan kayu sebagai alas, tapi tetap saja tidak secihuy di fotonya...Kita siy tetap mau pakai si tenda ini. Namun, si pengelola sempat berjanji  jika cuaca tak bersahabat (hujan badai), tenda ini bisa dicancel dan tidak di charge. Benar saja, hujan angin siang hari sebentar saja akhirnya salah satu kasur di tenda ini basah kuyup. langsung telepon resepsionis dan cancel lah ya kita. Gantinya kita tidur umpel-umpelan di kamar pake 3 extra bed (berhubung ukuran kampoong tipe studio ini agak lumayan jadi masih ga berasa sesak banget juga). O ya, nama rumah kita ini 'Sade', entah itu artinya apa...

Ini 'rumah kampoong sade' kami lengkap dengan tendanya yang ga jadi dipakai buat nginap, maaf ya om...

'ngaso' dulu ah...


main di sungai yang ada air terjun mini depan 'rumah kampoong sade'

Ternyata di akhir pekan kemarin hotel ini full booked. Gimana ga fool booked, lah wong cuma ada 12 villa (5 villa tipe studio dan tujuh lainnya dengan kapasitas ruang lebih banyak).

Area seluas 60 ha dan hanya ada 12 villa bikin Aldepos Salaca PeDe menjuluki dirinya sebagai 'Silent Kampoong'. Sepi beneeeer. Apalagi pas datang, kita kepagian (housekeepingnya aja masih beres-beres) jadi belum mendapati penghuni kampoong. Bahkan si kakek sempat kedeer dan bilang "Jangan-jangan kita doang niy yang nginap", hiiiii. Abis bebenah barang, kita langsung meluncur ke saung untuk makan siang. Untung tanda-tanda kehidupan mulai terasa disini. Beberapa saung sudah terisi dan ada saung yang dipakai anak-anak muda untuk mancing bareng. Menjelang makanan datang si papi iseng lah ya sewa pancing. Kalau kata papi "liburan jangan tanggung-tanggung", aiiih sukaaaa ama gayanya pap.

Kegiatan memancing tentu menjadi ajang perdana buat Nadhifa dan Neio. Si bocah yang girang ini takjub saat mata pancing berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Tapi, ikannya kecil-kecil. jadi, buat diolah pun kayanya kita koq jadi kasihan sendiri, akhirnya setelah ditimbang-timbang, kita putuskan untuk melepaskan kembali si ikan-ikan itu, hehehe. padahal si Papi kayanya semangat banget buat barbequean, memang di villa sudah disiapkan fasilitas BBQ.

Soal makanan, rasanya standar, menunya juga seputar ikan-ikanan, cah kangkung, tumis sawi putih, nasi timbel dan sebangsanya. Harga ya standar resort tapi tidak terlalu mencekik koq (setengah mencekik menurut saya, hehehe). Sementara buat sarapan pilihannya ada nasi kuning atau roti bakar atau omelette (pilihan ya bukan prasmanan). Jadi kalau buat extra breakfast dikenakan charge Rp 35.000,- per pax. 

makanannya lama sodara-sodara, jadi photo session deh...


Fishing time...

Si jago mancing yang selalu bikin kehebohan...
Beberapa alternatif kegiatan yang bisa dilakukan disini diantaranya flying fox (anak dan dewasa), kalau nginap biasanya bisa free 1 flying fox anak/dewasa, perahu-perahuan mengitari danau, mandiin kerbau, naik becak mini, ATV, dan mancing. Semuanya ada charge nya mulai dari Rp. 30.000 per permainan. Kemarin siy Nadhifa cuma nyobain flying fox doang (for free) karena nungguin si kerbau ga datang-datang, kita mau pulang kerbaunya baru nongol, jadi maleees. See you next time kerbau *dadah. O ya, juga ada playground, ya lumayan lah ya buat anak-anak bocah.


Mommy's boy forever...


merosot...Neio said

Si kakak disuruh bergaya ala gadis desa kalem, tetap saja brutal...*tepokjidat
Serupa tapi tak sama
O ya disini juga ada kolam renangnya, persis di sebalah kantor resepsionis. Ukurannya siy tidak terlalu besar, tapi lumayanlah buat anak-anak. Yang luar biasa justru view nya. Woooow, memasuki area kolam renang, mata langsung takjub melihat keanggunan si Gunung Salak. Tanpa kabut pagi itu, Gunung Salak seolah menyambut kedatangan kita sambil berbisik "Enjoy the View". Subhanallah....indah banget.


Beautiful Salak Mountain...dan si kakak pun bertanya, 'mana salaknya Mi'?...


Ampun susahnya motoin model yang satu ini...
The boys

Kakek dan teropong kebanggaan...
Neio and Mommy VS Neio and Nanny


Di area kolam renang pula kita bisa melihat bebek-bebek lucu berenang, 2 orang utan, dan ikan-ikan di balong (semacam mini zoo gitu). Neio seneeeng banget. Trus persis di sebelah kolam renang juga ada sebuah rumah villa gitu. Sayangnya, tidak disewakan pemirsah. Ini hanya untuk kalangan terbatas (yang punya dan keluarganya kali yaaa).

Aldepos Salaca and its surroundings

Puas menikmati pemandangan Gunung Salak dan foto-foto tentunya, kita langsung sarapan ke saung (lagi) dan beres-beres persiapan check out. Untungnya adek Neio sempat-sempatnya tidur sebentar di resort sebelum kita cabut. Mumpung si adek tidur, si kakak Nadhifa juga bisa memanfaatkan failitas outbond gratisnya...

Kita termasunk beruntung lo check out sebelum lunch karena perjalanan pulang ke jakarta ternyata maceeeet parah. Over all, liburan kali ini seru dan fun abiiiis, dapat pengalaman baru dan yang terpenting si Kakak Nadhifa bisa mengerti jika hotel itu tidak salamanya berupa gedung bertingkat, hahaha (penting yaaaa).




Kakek yang selalu setia mendampingi...heheu
























Senin, 21 April 2014

Jebakan 'Batman' dan Magic Word

Jebakan 'Batman'

Masa-masa Neio belajar ngomong selalu menyimpan cerita dan kisah lucu... Jadi, ada masa Neio sudah bisa memilih 2 hal, namun selalu memilih opsi yang terakhir yang kita sebutkan, misaaaaal :

Kakak nadhifa : Neio, mami cantik atau jelek
Baby Neio       : Jelek
Mami              : (cemberut pasang muka BT)

Apakah percakapan sudah selesai? tentu belum, percakapan dipastikan berlanjut,

Kakak Nadhifa  :  Neio, kakak jelek atau cantik
Baby Neio         :  Cantik
Kakak Nadhifa  :  Yeeeeeiiii, makasih Neio (cium pipi tembem Neio)
Mami                :  (manyun)

Semenjak menyadari rumus baku jenis percakapan seperti itu, di lain waktu, di saat berdua dengan Neio seorang (kalau ada si kakak dikhawatirkan merusak kurikulum, hihi) saya langsung merumuskan jenis-jenis pertanyaan yang menaikkan mutu dan harga diri seorang ibu, hahahaha. Mulai dari pilihan jelek dan cantik (catatan : cantik selalu dijadikan opsi terakhir) untuk ibunya. Sampai pilihan untuk membangun kepercayaan dirinya sebagai anak ganteng, hahaha.

Hasilnya, suatu hari, pas lagi ngobrol sambil baca buku, tanpa ditanya, Neio mengeluarkan sebuah kalimat yang sangat penting, 'Mami...Cantik', huaaaa terharu aku terharuuuuu. Bapaknya yang saat itu menjadi saksi mata langsung takjub sekaligus kaget, spontan bilang 'Neio, gak salaaaah...masa siyyyy?'...#siapsiaplemparbuku.

Thanks my Neio...I love youuuu.

The Magic Word

O ya, Neio juga sudah mulai belajar mengucapkan kata I love you. Sama halnya dengan Kakak Nadhifa. Jadi, (biasanya) sebelum tidur saya akan memberikan Good Night Kiss buat si Kakak sambil bilang "I love you" dan si Kakak akan balik bilang "I love you too Mami". Nah, karena sudah terbiasa sejak kecil, maka setiap kali memberikan kiss pada si kakak pasti selalu dilengkapi kalimat-kalimat itu. Bahkan, pernah saya nyaris lupa si kakak sudah keburu tertidur, eh iseng saya nyium sambil ngebangunin gitu dan dalam kondisi setengah sadarnya dia tetap berujar "I love you too Mi", senangnyaaaa.

Lalu, hal yang sama juga ditanamkan pada baby Neio. Saat Neio mulai bisa ngomong, saya selalu iseng kiss kiss anak bayi sambil bilang 'I love you'. Hasilnya sekarang, setiap kali Neio kiss kiss saya pasti Neio juga akan bilang 'I wof you'...*BighugNeio

Pengennya sampai besar nanti kita akan selalu seromantis ini ya kiddos...Eitsss, ama bapaknya juga harus dong ah...:)

aku ... padamu Neio...



I (dont) Like Monday

Istilah I (dont) like monday sudah tenar banget kan ya. Apalagi dulu ada sebuah stasiun radio Jakarta yang bikin istilah ini jadi program rutinnya, on air dan off air. Ga tau juga deh sekarang programnya masih eksis atau gak. Jadi, mumpung gaungnya masih terdengar dan ada korelasinya dengan pengalaman di setiap senin saya, gak apa-apa dong dijadiin judul postingan, hehehe (suka-suka situh, toh ini kan blog situh..:p).

Jadi, sebenarnya setiap Senin (dan juga hari-hari lainnya) sebenarnya kisahnya mirip-mirip hehe, yaitu kesiangan a.k.a telat bangun. Tapi, ini bukan semata salah saya, justru Baby Neio lah yang selalu bikin saya sukses kesiangan, bahahaha, bisa-bisanya nyalahin anak kecil. Jadi, setiap kali mau bangun, baby Neio selalu nagih 'mimik'...'mimik" dan 'mimik' (semalaman masih kurang apa dek?). Sementara kan mami nya harus mandi dan siap-siap. Malu juga sholat subuh kesiangan terus, huaaaa.

Kruntelan ama Neio bangun tidur itu memang sesuatu yaaa (kalau ama Bapaknya mah ga usah dibahas lah ya, beda cerita, huhuhu). Biasanya, si Kakak selalu nyusul dari kamar sebelah dan kita kruntelan bertiga, wah indahnya dunia banget lah pokoknya itu. Apalagi di saat-saat weekend dan mereka mengerti mak-bapaknya ga harus ke kantor. Tapi, ya itu, ketika senin menjelang pasti semua langsung berubah drama. Di satu sisi masih ga tega ninggalin baby Neio yang masih pengen di kekeupin namun di sisi lain kewajiban sebagai aparatur harus dipenuhi, halaaah...

Seperti kisah senin pagi hari ini, di saat Neio masih ingin dikelonin, jarum jam mulai tidak bersahabat. Alhasil, saat akan pakai baju (maaf ya kalau agak vulgar, tapi entah kenapa baby Neio senang sekali menemani rutuinitas pakai baju abis mandi ini, apakah ini baik buat perkembangan anak laki-laki, mohon pencerahannya Kak Seto) pasti dia akan menunjuk lemari mana yang harus dibuka. jadi, memang Neio sudah bisa membedakan baju-baju rumah dan baju pergi. Jadi, pagi tadi, Neio dengan semangatnya langsung membukakan pintu lemari baju rumah lebih spesifiknya daster. Hal yang sama juga dilakukan hari-hari lainnya. Padahal, kan pagi ini akuh harus ke kantor. Namun, demi mengurangi kehebohan pagi itu akhirnya saya pakai lah daster pilihan Neio. Di saat Neio lengah, maka saya akan buru-buru ganti baju kerja (duuuuh, Neio pagi-pagi bikin galau deh ah).

Di saat yang hampir bersamaan, saya juga harus nyuapin Neio sarapan pagi. Pokoknya selama masih mencium 'aroma' maknya, Neio tidak mau disuapin orang lain, harus saya. Tak hanya sarapan siy, mandi juga gitu, makan siang apalagi, makan sore pasti dengan mak nya juga, pokoknya kalau sudah weekend, all long day with mommy. Mommy's little boy banget lah. Kalau sudah begini, bapaknya selalu ngomelin mak nya 'anak cowok koq dikekeupin terus, makanya jadi manja'. Lah, anaknya yang mau koq Pak (sok-sok defensive, hahaha).

Di usia yang mau 22 bulan ini, kosa kata Neio memang sudah cukup banyak, mulai belajar merangkai kata dan celetukan-celetukannya lucu banget deh. Kemarin, saat kita lagi cerita-cerita mau pergi gitu, tiba-tiba Neio bilang "Ituuut...dong". Jadi antara kata ikut dan 'dong' nya ada jeda aja gitu, hehehe. Sebelumnya cuma bilang "ituuuut" doang. Lalu, kalau sudah weekend pasti mobil gak akan bisa nganggur. Bentar-bentar Neio akan nunjuk-nunjuk 'bum-bum' (baca: mobil) nya sambil bilang "Jalan-jalan". Atau di lain waktu, si baby Neio akan berinisiatif sendiri ke laci penyimpanan kunci mobil sambil mainin remote dan kita sebagai orang dewasa menangkap sinyal kalau Neio mau jalan. Bahagianya jadi anak kecil yaaaaa...


Lalu, apa korelasinya dengan I (dont) like monday? hahahaha. Yup, senin menjadi hari dimana saya bisa terbebas dari rengekan-rengekan Neio (ibu durhaka *pisss) tapi tetap aja baru nyampe kantor diteleponin, kangen, hahahaha. Namun, jujur dari lubuk hati paling dalam, saya selalu berharap Senin juga jadi bagian dari Weekend. Maksudnya liburnya jadi Sabtu, Minggu, Senin...demi quality time bersama keluarga Pak Presiden...#mimpi

Malam di Bandar Jakarta

Undangan makan malam di Bandar Jakarta weekend beberapa minggu lalu ternyata memberikan kesan tersendiri buat saya dan keluarga. Neio yang jarang-jarang keluar malam hari karena biasanya suka tidur jam 7 pm gitu 'dipaksa' untuk tetap melek. Untungnya si bocah kecil ini biasa makan sore. Jadi beban mak nya yang suka mendadak stress saat ngasih makan Neio ini agak terkurangi.

Momen makan malam ini pun akhirnya bisa dinikmati sepenuhnya oleh si Kakak dan Papi. Ya, namapun gretong ya bo....Kayanya sayang aja kalau tidak dimanfaatkan maksimal, hehehe (thanks to Papi's friend yang mau resign dan mutasi, semoga sukses di tempat yang baru, aminnn). Lantas bagaimana nasib ibu nya?

Benar sekali sodara-sodara, ibunya lebih banyak menghabiskan waktu di tepi dermaga bersama baby Neio yang grumpy dan tidak mau duduk di high chair. View romantis di Bandar Jakarta malam hari itu ternyata membuat Neio terkesima. Apalagi sesekali perahu wisata hilir mudik melintasi dermaga membawa pengunjung yang ingin berkeliling Ancol di malam hari. Sesekali Neio menunjuk-nunjuk perahu sambil bilang, "Pera-u...Pera-u"..."Ayo...ayo naik" atau sekedar "Da daaaah" pada penumpang perahu yang ga kenal juga (semoga penumpangnya ga bilang "siapa elo?" ya dek, hahaha).

Endingnya, setelah mak nya makan 'garing' tapi tetap lahap (abisnya ga kenal ama teman-teman si papi dan Papi nya malah pergi ngajak 2 anak kecil ini mutar-mutar biar ga boring) akhirnya kita merapat ke pinggir dermaga. Ya, demi menyenangkan bocah-bocah kecil ini, kita akhirnya membulatkan tekad untuk naik perahu. Untung, harganya masih affordable dan logis. Jadi, ya sudah, hajaaaar. Eh, baby Neio excited banget loooo...

Dan, tadaaaaaa, ini hasil jepretan malam minggu keluarga kami yang romantis di Bandar Jakarta...Harap maklum kalau agak-agak gelap karena maklum pake kamera HP (padahal Iphone lo, hahahha, tetap sombooong) dan yang penting Happy...Semoga, dalam waktu dekat kita bisa menghabiskan weekend di Putri Duyung Cottage nya ya baby darling...#liriknakalPapi :D

naik perahu...ga...naik...gak...akhirnya naiiiiikkk
di perahu, Neio antara takjub dan ngantuk, ekspresi konsisten flat:p

PS : murni pengalaman pribadi tanpa niat komersil...tapi kalau Bandar Jakarta mau kasih compliment gratis makan setahun juga kita gak akan nolak loh:)



Rabu, 16 April 2014

Seputar 'Underwear Rule'

Beberapa hari ini lagi heboh kasus murid TK sebuah sekolah internasional di Jakarta Selatan yang menjadi korban kekerasan seksual. Tak tanggung-tanggung, sekolah yang menjadi pilihan artis dan orang-orang berduit ini ternyata tidak menjamin keselamatan anak-anak didik mereka. Sekolah yang dianggap sebagai rumah kedua bagi siswa ini ternyata malah menjadi tempat yang menakutkan. Hororrr.

Saya sebagai orang tua yang kebetulan juga memiliki anak seusia ikut geram membaca pemberitaan seputar kasus ini. Seorang bocah laki-laki, sebut saja A, tiba-tiba menjadi sorotan media karena laporan sang Ibu ke pihak kepolisian. Ternyata A telah menjadi korban kekerasan seksual di toilet dan pelakunya adalah cleaning service dari sebuah perusahaan penyalur terkemuka. Hal ini seolah menjadi tamparan bagi manajemen sekolah dan pemerintah selaku regulator pendidikan nasional. Apalagi belakangan diketahui ternyata TK Jakarta Internasional School di Jakarta Selatan ini dinyatakan illegal alias tidak berijin oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. How come....

Terlepas dari bobroknya masalah birokrasi dan pengawasan, sebaiknya kita sebagai orang tua tidak usah fokus akan hal tersebut. Ada baiknya mulai sekarang kita mulai mendidik anak-anak untuk lebih peka terhadap dirinya. Anak sedini mungkin harus mulai diberikan pengetahuan seputar tubuhnya. Mana bagian-bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.

Di sebuah koran online disebutkan pentingnya memberikan wawasan seputar "underware rule" kepada anak-anak usia TK. Underwear rule adalah pedoman sederhana untuk orangtua dalam membimbing anak mengenai aturan berkomunikasi, berinteraksi, dan bersentuhan dengan orang lain, terutama di luar keluarga inti. Aturan ini mengajarkan ketegasan atas prinsip dan nilai hidup kepada anak bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri. Tidak boleh ada orang lain yang menyentuh dan menyakitinya, tidak juga orangtua dan saudara kandung.

Sementara, pakar parenting Elly Risman menilai biasanya pelaku kekerasan seksual cenderung mencari anak-anak pemalu dan pendiam sebagai korban. "Predator itu biasanya orang yang cari anak yang cenderung lemah, malu-malu, pendiam, bukan yang berontak atau suka bergerak," ujar Elly.

Saya langsung bersyukur Nadhifa tumbuh sebagai anak yang ceriwis dan kritis. Semoga Neio kelak juga seperti kakaknya (tapi versi cowok ya dek, jangan kaya cowok jadi-jadian, hiiiii). Trus menurut si ibu Elly ini lagi, untuk mengajarkan anak-anak untuk lebih peduli terhadap tubuhnya bisa juga lewat 3B yakni bermain, bernyanyi, dan bercerita. Sebisa mungkin harus ada tanya jawab antara orang tua dan anak.

Di waktu lain, ibu bisa sambil berdendang, "Ini tubuhku, sangat berharga, tak boleh disentuh siapa saja, aku sayang tubuhku dan kujaga,". Lucu ya kalau dibikin versi rap Iwa K atau Saykoji, hehehe.

Wah, jadi ga sabar pengen langsung praktek ke anak-anak (terutama Nadhifa). Sebenarnya sebelumnya pernah praktekkin artikel soal 'underware rule' ama si kakak. Biasalah, begitu ingat, saya langsung terlibat percakapan agak serius dengan si kakak,

Mami : 'Kak, nanti kalau di sekolah atau dimanapun jangan pernah membolehkan orang lain untuk megang-megang tubuh kakak ya (sambil menunjukkan dan menyebutkan beberapa bagian tubuhnya, mulai dari dada, pantat dan Ms Nona)'.

Nadhifa :  Kalau pegang tangan boleh gak Mi, karena Y (teman cowoknya di sekolah) suka tarik-tarik tangan aku.

Mami  : (sempat bingung)....mmmh, tangan juga sebaiknya jangan, karena Y kan bukan muhrim kakak. Sebaiknya pegangan tangan sama teman-teman cewek saja.

Nadhifa : Muhrim itu apa mi?

Mami : Nanti ya Kak kita lanjutin lagi, Mami mau nidurin adek dulu...Tapi intinya tidak boleh ada yang megang-megang tubuh kakak selain kakak sendiri.

Nadhifa : Kalau papi? Kan papi kadang suka mandiin aku....

Mami  : (not in the mood melanjutkan percakapan).....zzzzzzzz

So, nanti malam mau coba pake nyanyian ala bu Elly Risman, semoga pertanyaan-pertanyaan jebakan dari kakak bisa terjawab (macam mau ngadepin Ujian Nasional deh).

Ayo lindungi anak kita, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi....(pinjam slogan iklannya Pak Capres P):p




Selasa, 15 April 2014

Duo PNS

Lahir dari keluarga pekerja kantoran tentu mendorong orang tua terobsesi agar anaknya juga mengikuti jejak mereka. Setidaknya hal itu juga dirasakan orang tua kami. Rutinitas menerima gaji bulanan, jam kerja yang relatif terukur dan berbagai kenikmatan lain sebagai pekerja kantoran menjadi alasan logis orang tua untuk mendorong anaknya untuk memilih profesi yang sama. Terutama pekerja kantoran yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil).

Sejauh pengamatan saya, orang tua yang berasal dari daerah (entah itu luar pulau Jawa atau luar Jakarta sekalipun) sangat terobsesi aga kelak anak-anaknya bisa menjadi PNS. Itu pula yang saya rasakan memiliki orang tua yang berdomisili di daerah. Meski sudah mengirimkan anak-anaknya kuliah ke Pulau Jawa, ketika sang anak sudah menunaikan kewajiban menyelesaikan studi pasti salah satu arahan oragn tua adalah meminta si anak untuk mencoba peruntungan tes PNS.

Beruntung, saya dan kakak tidak serta merta begitu saja menerima saran orang tua kala itu. Perdebatan dan argumentasi mewarnai ketika obrolan sudah mengarah pada usulan untuk mencoba tes masuk PNS. Namapun anak-anak baru lulus kuliah dan masih cukup idealis (at least pada saat itu, hehehe) jadi membayangkan jadi PNS kayanya koq horor ya. Apalagi buat kakak saya yang lulusan Teknik Geologi dan dikenal sebagai anak lapangan, eksplorasi sana...eksplorasi sini. Bahkan, kakak saya ini pernah loh berniat kerja ke Pulau Kalimantan dan langsung ditolak mentah-mentah oleh si mama (anak pertama merangkap sebagai kesayangan).

Batal ke Kalimantan, akhirnya si kakak bekerja di sebuah perusahaan biji besi dan tetap keluar masuk hutan, meski bukan hutan Kalimantan. Dua hingga tiga tahun mencoba peruntungan sebagai penambang biji besi, bahkan sempat keluar masuk pengadilan sebagai saksi karena perusahaan tempatny bekerja tersangkut masalah, akhirnya kakak saya ini luluh juga. Perlahan dia mulai pasrah dan mencoba tes masuk PNS kota Padang. Apakah langsung diterima, ternyata tidak sodara.sodara (karena masih belum sepenuhnya ikhlas, hehe). Gagal di ke sempatan pertama, akhirnya ia pun mencoba di tahun berikutnya dan lagi-lagi do'a orang tua yang sangat mustajab itu jauh lebih berperan dibanding usaha sekeras apapun. Restu orang tua mengantarkan si kakak ini menjadi PNS di tahun 2007.

Kisah saya menjadi PNS juga kurang lebih lagi-lagi karena dorongan orang tua seperti yang pernah ditulis di sini. Intinya, apapun itu, ketika ikhtiar kita disertai doa dan restu orang tua, insyaAllah semesta pun 'mendengar'.

Bertemu di sebuah hotel di Jakarta, semoga kami amanah yaaa menjadi pelayan masyarakat, amin
 Buat si kakak yang akhirnya luluh itu, kesempatan demi kesempatan pun terus berdatangan selama menjalani profes PNS nya. Mulai dari tantangan sebagai staf ahli Walikota hingga akhirnya mendapat kesempatan emas memperoleh beasiswa melanjutkan studii S2 ke Jerman. Bahkan beasiswa pun mengcover biaya hidup untuk isteri dan anaknya pula, sumpah bikin ngiriiiii. Itu kan impian akuh duluuuu, hikkks. Semoga oneday dewi fortuna juga bisa mengantarkan saya studi ke benua Eropa sana, aminnnn.

Tapi, buat teman-teman yang baru lulus kuliah siy saya tetap menyarankan untuk tidak langsung latah bekerja sebagai PNS. Namapun instansi pemerintah, ternyata tetap beda lah ama perusahaan-perusahaan swasta. Mengasah kemampuan dan keuletan siy sebaiknya mending di perusahaan swasta dulu saja. Ketika sudah stuck dan capek baru deh coba tes masuk PNS (saran yang sangat personal dan subjektif, jadi jangan terlalu dijadikan acuan juga ya, hahaha). Harapan saya, saran ini bisa memotivasi fresh graduate untuk menjadi enterpreneur atau bekerja di perusahaan-perusahaan swasta nasional. Menjadi PNS tidak satu-satunya cara untuk menjadi sukses, namun banyak alternatif pilihan profesi lain yang justru menjanjikan peluang untuk bisa sukses.

Misalnya jadi penulis blog atau penjual online. Banyak loh yang menganggap ini pekerjaan sepele tapi jika digarap serius malah bisa menguntungkan. Apalagi dengan jaringan internet dimana-mana, sambil nge-mall atau ngopi-ngopi liatin anak bermain kita bisa online dan berjualan. Iyaaaa kaaaaan....


Senin, 14 April 2014

Nadhifa Play Time

Taman Rasuna, Nadhifa 20 bulan
Nadhifa kecil memang dikenal sebagai anak yang aktif dan berani. Tak hanya mencoba tantangan permainan tapi juga kalau bertemu dengan orang-orang baru.
 
Agak berbeda dengan baby Neio yang di usia menginjak 21 bulan belum pernah naik odong-odong sekalipun.
Padahal hampir setiap hari dengarin lagu odong-odong. Bahkan saking seringnya mendengar lagu odong-odong kalau saya telepon dari kantor dan baby Neio yang angkat pasti akan spontan ngomong "odong...odong' padahal jelas-jelas yang nelpon adalah mak nya bukan odong-odong, pfffhhh.




Nah, biar memotivasi Neio untuk lebih berani lagi, kali ini mau pamer in foto si Kakak kecil saat naik odong-odong. Sebenarnya waktu usia kurang dari 1 tahun, si kakak juga sudah pernah naik odong-odong tapi tidak sempat terdokumentasikan, maaf ya Kak...

Nadhifa 21 bulan

Nadhifa 2,5 tahun


Sementara Neio setiapkali mau naik odong-odong sampai saat ini selalu  bilang "tatuuut....tatuuuut". Padahal kan Tatut lagi di Pondok Bambu dek, hehehehe *pisss. Apa baby Neio langsung diajak ke Dufan aja ya naik Tornado, hahahaha....Be brave my boy...

'Atapers' dalam kenangan

Kurang lebih 2 tahun lalu saya masih menyaksikan para atapers atau orang-orang yang suka duduk di atap kereta yang kayanya kok susah banget ditertibkan. Berbagai cara dilakukan, tilang di tempat, semprot pakai cairan berwarna, sampai pidana hingga kepolisian. Tapi tetap saja ada. Mau kereta kosong atau kereta penuh, kayanya komunitas atapers tidak peduli dan dengan santainya menikmati perjalanan mereka dari atap kereta. Kadang sambil ditemani secangkir kopi dan membaca koran. Benar-benar takjub melihatnya.

Padahal, seringkali diberitakan media para atapers yang akhirnya harus meregang nyawa karena berbagai kecelakaan. Atapers tewas kesetrum atau jatuh dari atap kereta jadi berita yang sering banget ditayangkan media. Bahkan, tak hanya orang dewasa, bocah SD juga pernah jadi korban (kebayang ya perasaan orang tuanya, belum jadi 'orang' malah meninggal secara tragis). Tapi kejadian demi kejadian tetap loh tidak bikin kapok atapers ini *salutetothemax.

Hingga akhirnya PT Kereta Api lewat anak perusahaan PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) mulai menegakkan sanksi hukum sesuai Undang-Undang, perlahan komunitas atapers pun bubar jalan. Banyak atapers yang benar-benar dipidana bahkan ada yang beneran masuk penjara karena melanggar aturan. Lha, emang harusnya begini bukan, capek-capek bikin peraturan kok tidak ditegakkan.

Alhamdulillah, kini para pengguna kereta sudah tidak lagi diresahkan dengan kehadiran para atapers ini. Namun, saya masih menyimpan dokumentasi komunitas atapers di suatu pagi saat mau berang kantor dari Stasiun Sudimara. Contoh yang sangat tidak pantas ditiru, cukup dinikmati sebagai bagian dari sejarah perkeretaapian Indonesia (Jabodetabek).

'Atapers' dalam Kenangan

Minggu, 13 April 2014

Yes, I'm a walker....

Waktu kematian Paul Walker si aktor ganteng yang main film ''Fast and Furious' beberapa waktu lalu, di saat yang hampir bersamaan saya juga menambahkan nama "Walker" di  profill status Blackberry Messenger (BBM) saya. Tentu banyak yang mengira penambahan nama ini karena latah biar gaya-gaya an nebeng nama besar nya si Om Paul Walker kaaaan. Tetooot. anggapan itu salah saudara-saudara.

Saya menambahkan nama Walker justru karena ingin memotivasi diri untuk terus bergerak terutama lewat jalan kaki. Selain berolahraga, dengan berjalan, kita melatih diri untuk melihat di sekitar, memahami, dan akhirnya mengerti. Dengan berjalan kita bisa merenung, berpikir dan peka terhadap sesama. Sambil berjalan kita bisa belajar banyak hal, mulai dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita.

Rute jalan ini pun tak lebih dari sekedar kebetulan. Sebagai seorang komuter kereta yang berhenti di Stasiun Tanah Abang, dulu saya sempat dimanjakan dengan kehadiran Kopaja 502 (Tanah Abang-Kampung Melayu) yang selalu ngetem tak jauh dari stasiun. Bahkan sempat melewati persis depan stasiun untuk mengitari Blok G dan kawasan Tanah abang sekitarnya. Namun, karena menimbulkan kemacetan, pada jam-jam padat, rute ini dievaluasi kembali. Hasilnya, sekarang untuk naik Kopaja andalan ini saya harus berjalan dulu hingga Jalan Jatibaru (kurang lebih 300 meter). Sampainya di "halte" ban bekas (tempat tunggu kopaja ini dipenuhi ban bekas siap jual), biasanya kalau lagi mujur si Kopaja suka ada aja. Tapi kalau lagi apes, suka lama juga nunggunya. Jadi, suatu hari, lupa tepatnya kapan, saya iseng aja jalan kaki menyisiri kepadatan lalu lintas ibukota di pagi hari sambil ditemani sinar mentari pagi *sok puitis. Gak terasa, dengan berjalan kaki, saya cuma butuh waktu 20 menitan loh untuk sampai di kantor. Beda tipis ama naik Kopaja yang biasanya 10 menitan (kalau lancar).

Ngomong-ngomong soal halte ban bekas ini juga bikin ngenes lo. Bayangkan, itu bukan saja nutupin trotoar tapi juga nutupin saluran. Jadi, di bawah ban-ban dan velg-velg bekas itu tampak jelas sealuran drainase tersumbat. Air berbuih menggenang bercampur sampah. Iiiihhh...*tutup idung *buang muka.

Pertama kali jalan, rasanya emang agak-agak gempor juga, tapi setalah dijalani ternyata baik-baik saja tuh. Malah lebih enak ke badan dan bisa bikin tidur lebih nyenyak juga. Jadi, sejak saat itu, saya jadi rutin loh jalan kaki (kalau tidak ketinggalan kereta andalan jam 6.30 pagi). Kalau udah kesiangan ya tetap milih naik Kopaja juga demi meminimalisir dampak potongan-potongan karena telat ituh.

Jadi, meski dulu di masa jayanya saya sempat dikenal jago lari (terutama jarak jauh/marathon), di masa kini saya ingin dikenal sebagai pejalan kaki saja. Meski lari kini sedang trend dan menjadi bagian lifestyle, tapi aku kan memang ga mainstream juga orangnya, hehe. Tapi ga nolak juga lo kalo ada tantangan lari 5 km doang mah, demi eksistensi, hahaha.

Nah, seperti yang sudah diceritakan di awal-awal tadi, ternyata jalan kaki yang jaraknya kurang lebih 3 km itu banyak hikmahnya loh. Tak hanya buat kesehatan, tapi kita bisa belajar memaknai kehidupan *beraaaattt. Apalagi kalo jalannya 10 km ya, pasti nyampe kantor bawaannya langsung pengen tidur *mulai salah fokus.

Jadi, di sepanjang trotoar ketika kita keluar gate Stasiun Tanah Abang, tukang ojek akan memanggil-manggil kita dan menawarkan jasa antar ke tujuan. Saya sih ogah dong, selain berat di ongkos malas juga liat kelakuan mamang-mamang ojek ini, udahlah menghalangi pejalan kaki yang mau jalan di trotoar, mereka juga seenaknya nyampah di sepanjang trotoar. Jadilah itu trotoar nya terlihat jorooook banget.

Trus, beberapa kali jalan kaki, saya juga sempat melihat bagaimana seorang Bapak mandiin anaknya (entah benaran anaknya atau tidak) di got depan Bank Indonesia (BI). Di depan gedung megah simbol perekonomian bangsa ternyata ada pemandangan tak layak yang sempat beberapa kali saya pergoki *miris. Seorang anak kecil dan bapak mandi pakai air buangan dari gedung bersama ikan-ikan kecil, lumut dan beberapa sampah.

Di depan gedung BI ini pula saya merasakan trotoar sebagai hak pejalan kaki malah diisi motor-motor aparat kepolisian yang tengah parkir. Beberapa diantaranya, malah sedang molor tanpa dosa. Di ujung trotoar, lagi-lagi troroar disalahgunakan jadi tempat mangkal ojek dan ngopi-ngopi. Ngopi-ngopi siy oke lah ya, tapi ga pake lupa buang gelas plastik ke tong sampah juga kali ya om....

Itu kenapa "tsk" nya berseragam semua ya, ckckck

Menyalahkan warga yang suka seenaknya buang sampah sembarangan sebenarnya memang tidak baik juga. Toh, bagaimanapun juga, harus nya pemerintah kota seharusnya bisa menyediakan tong sampah di banyak tempat. Terutama di titik strategis yang memang di butuhkan. Misalnya di sekitar bangku-bangku taman. Atau di jarak beberapa puluh meter konsisten ada tempat sampahnya (jarak tanah abang sampai Kebon Sirih depan Pemprov. DKI hanya ada 3 tong sampah). Toh, itu juga bagian dari edukasi buat masyarakat bukan. Tak hanya itu, sanksi denda buat warga yang buang sampah sembarangan juga tidak dilakukan meski sudah ada payung hukumnya *tepok jidat. Alhasil, lihatlah bangku taman di sepanjang Jalan Kebon Sirih yang pada pagi hari akan dipenuhi sampah dan pastinya merusak mata *tarik napas panjang.

Terlepas dari pemandangan-pemandangan tak menarik itu, saya cuma mau share kalau ternyata jalan kaki itu enak (pake banget) lo. Selain sehat buat badan, pastinya sehat juga buat dompet. Coba ya kalau jalan kaki sudah menjadi bagian dari budaya kita, pasti jalanan tidak akan sepadat sekarang. Bayangannya siy kaya di negara-negara maju gitu. Tua muda semua bisa menikmati kota dengan berjalan kaki. Udara bersih, ramah pedestrian dan tentunya tidak ada sampah di sekitar #Mimpi #Jakartaku #Bersih #JadiNyata


Yes, I'm a walker...bagaimana dengan kamu? :)


Pencapaian saat Berdagang


Lahir sebagai warga keturunan Padang, saya seringkali di judge jago berdagang. Sesuai singkatan yang sering disematkan pada orang-orang Padang lainnya yaitu Pandai Berdagang. Padahal, dulunya saya merasa sama sekali tidak memiliki bakat berdagang. Namun tuntutan hidup di ibukota yang cukup tinggi kadang membuat kita tidak boleh terlena dengan hanya mengandalkan gaji (cieeeee). Apalagi, belakangan, pekerjaan sebagai abdi negara ini membuka peluang yang cukup besar untuk mengasah kemampuan berdagang, hehehehe. Jika di swasta dulu waktu tersita untuk berburu berita demi berita, kini sebagai PNS kita bisa lebih pintar memanfaat peluang waktu (untuk berdagang).

Nah, sejak jadi PNS saya akhirnya mulai belajar berdagang. Beberapa komoditi sudah sempat saya jual, hahaha. Pastinya gak mungkin jual Sembako lah ya. Awal-awal berdagang, saya mulai dengan berjualan kerudung. Ini sebenarnya agak cukup dipertanyakan karena sebagai penjual kerudung, saat itu saya sama sekali tidak pakai kerudung, hihi.

Jadi, ceritanya, dulu waktu di stasiun TV 'Satu Untuk Semua' itu saya sempat berkenalan dengan Da Aldi. Orang Padang yang juga jadi reporter dan selang beberapa bulan saya baru mulai bekerja di TV, eh si Da Aldi ini hijrah menjadi. Nah, beberapa tahun berselang, saat saya juga move on dengan jadi abdi negara ini, eh, ga taunya kantor saya dan Da Aldi ini bersebelahan namun beda instansi. Sesekalinya bertemu, eh doi nawarin saya jualan kerudung. Konon katanya di kantor nya dia laris manis. Tergoda rupiah dari pedagang kerudung asal Bukit Tinggi ini akhirnya saya memutuskan menerima tawarannya.

Kerudung-kerudung yang dijual memang tergolong unik (saat itu), sulaman tangan hasil kerajinan asli dari Bukit Tinggi. Karena memang unik dan jarang ditemukan di Jakarta, jadi kerudung yang saya jual pun laris manis. Belasan, puluhan, hinggga ratussan kerudung saat itu terjual lo mengisi kekosongan waktu. Senaaaaang sekali rasanya saat itu. Ajang jualan pertama ini sebagai sebuah pembuktian diri saya sebaga keturunan Padang (penting banget yaaaa). Ilmu pemasaran yang diaplikasikan saat itu antara lain diferensiasi produk. Jika anda menjual produk-produk yang berbeda dan tidak pasaran tentu pembeli akan lebih penasaran untuk memilikinya (entah dari Philip Kottler atau Rhenald Kasali dan dimodifikasi oleh saya tentunya, hehe).

Sukses berjualan kerudung yang hanya beberapa bulan saja, hahaha (ga konsisten, ya iyalah kalau konsisten pasti saya sudah buka toko di Tanah Abang kali yaaaa), selanjutnya saya berjualan tissue. Jauh banget ya lompatannya. Ini juga sebenarnya karena ada ibu-ibu yang suka nitip tissue karena setiapkali turun di stasiun suka ada abang-abang tissue yang menjual dengan promo beli tiga discount Rp. 1000,-. Jadi, ada ibu-ibu yang suka nitip beliin 3, toh tissue ga berat ini jadi saya siy ayo saja. Eh, ga sadar saya malah ikut nyetok tissue di laci kantor. Nah, ketika ada ibu-ibu yang butuh tissue, iseng saya nawarin stok tissue di laci saja seharga beli satunya. Lumayan kan kalau ada 3 pembeli saya untung Rp. 1000,- (hahahaha). Pesan moral berjualan tissue ; jangan lihat nominal profit yang didapat, namun lihatlah keceriaan ibu-ibu yang terlihat bahagia waktu mendapatkan tissue sebungkus:p

Seperti halnya kerudung, jualan tissue ini juga hanya berlangsung beberapa bulan, nama pun iseng jadi ya suka-suka saya dong ah mau jualan lama atau sebentar, hehehehe.

Bapak suami sempat terkagum-kagum loh dengan bakat terpendam saya dalam berdagang. Beberapa kali sempat bilang kamu resign saja nanti biar bisnis dari rumah sambil ngurusin anak (klasik ya, tapi so far masih terdengar wacana karena memang ga ada bayangan mau bisnis apa).

Lalu, pencapaian lain saya saat berdagang adalah menjual baby stuff Neio di toko online. Jarak usia Nadhifa dan Neio yang hampir 4 tahun membuat kemarin kita sempat latah membeli babby box dan stroller. Ternyata ketika bisa berjalan si Baby Neio ini sudah tidak betah di baby boxnya. Begitu juga halnya dengan stroller. Daripada menuh-menuhin space rumah jadi akhirnya kita coba jual di situs online saja. Lagi-lagi dong si Bapak suami takjub ama pencapaian saya. Dalam hitungan minggu, barang-barang tersebut bisa berpindah tangan *kibas rambut. Selain itu, ada tas oleh-oleh dari Eropa yang gak mungkin saya pakai karena pertimbangan banyak hal (warna dan harga tas yang tidak cocok naik turun kereta, pantesnya dipakai pengguna Vellfire jadi ijin sama papa untuk dijual lagi aja. Soal hasil penjualan ya buat saya dong, hahahaha) yang juga berhasil saya jual dalam hitungan hari (ini siy dibeli kolega yang memang duitnya sering berlebih, hehehe).
Oleh-oleh Eropa dari Papa yang dengan sangat terpaksa harus dijual

Beli...beli...beli....
sold out

Namun, yang lebih gokil lagi, saya juga sudah menjajakan rumah yang kami tempati sekarang di situs jual beli rumah online. Sampai-sampai ada tetangga yang liat dan nanya, "Mbak, memang rumahnya mau dijual?". Santai saya menjawab "Gak juga siy bu, kemaren mau tes pasar saja". Eh, besoknya ada tetangga yang juga melakukan hal yang sama demi mencari tahu harga pasaran rumahnya, hahahah.

Namun, sekarang saya jadi benaran kepikiran untuk mulai berjualan. Tapi galau sebenarnya passionnya berjualan apa. Selama ini pengalaman berjualan saya masih dilandasi karena iseng dan terdesak demi mendapat space rumah lebih luas (lewat jualan baby box dan stroller). Untuk menseriusinya tentu butuh riset dan pastinya modal (ini niy yang paling berat).

Bagaimanapun profesi pengusaha memang menjanjikan apalagi jika sebagai pengusaha kira bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya tentu jauh lebih menentramkan jiwa. Saya berjanji dalam hati sambil menguatkan tekad dalam hati "Suatu hari saya benar-benar ingin jadi pengusaha". Semoga semesta mendengar...

So, modal...modal...modal...come on...come to me...





Kamis, 10 April 2014

Life Begins at 30 bro...

11 April 2014

Yeayy, finally uncle Endo got 30 today, happy birthday dear little brother, awesome uncle and please be a nice son (for our parents) yeeesss...

Hubungan kakak adek dengan si adek satu-satunya ini selalu naik turun. Kadang kita bisa akraaaab seakraaaab-akraaaabnya namun tak jarang a.k.a sering kita juga berantem sampai diam-diaman berbulan-bulan (bukan contoh yang baik, so don't try this at home kiddos).

Masih ingat pertama kali saya dan Endo pertama kali nonton ke bioskop berdua. Karena jarak umur yang ga terlalu jauh saat itu kita dikira pacaran eh ketemu teman Marching Band trus ditraktir cemilan, hehehehe *modal tampang melas duit terbatas. 

 Trus dalam menentukan jalan hidup, ceileeee berat banget bahasanya, beberapa kali Endo juga ga sengaja nyerempet-nyerempet memilih pilihan saya. Seperti memutuskan pindah sekolah ke Negeri yang sama di saat SMU (setelah TK-SMP di sekolah swasta), lalu ikut ekskul yang sama dengan kakaknya (padahal si kakak terlanjur populer terlebih dahulu di sekolah itu *siap2ditampol), ikut jejak kakaknya mau jadi Paskibraka (kayanya gagal seleksi akhir deh Endo saat itu, padahal si kakak sukses sampai tingkat I/Provinsi) dan yang terakhir adalah ikut lomba Presenter S*** Goes to Campus saat kuliah (sementara si kakak sudah resmi bergabung dengan satsiun TV penyelenggara) dan sukses sampai final (si kakak dapat Juara Harapan), hahahaha.

Terlahir sebagai anak bungsu tentu saya juga harus lebih tahu diri dan terima takdir kalau otak si adek lebih encer yaaaaa (konon anak bungsu terlahir di saat orang tua sudah mapan dan bisa memberikan gizi lebih baik, bener ga siiiy). Tak puas dituding sebagai follower, ternyata di masa mudanya (jaman kuliah) lebih banyak pencapaian yang sudah didapat si uncle. Bermodalkan wajah yang cukup lumayan (gak mungkin kan saya tulis mewarisi kecantikan saya:p), Endo sukses merambah dunia modelling Kota Padang lewat ajang Uda dan Uni. Sukses juara sebagai Uda Kota padang, di tingkat Provinsi rupanya si bungsu ini berhasil keluar sebagai Runner Up.

Peran sebagai duta wisata juga berlanjut dengan kegigihannya mengikuti pertukaran pemuda Kapal ASEAN di tahun 2000-an. Lewat Program Kapal Asean ini, sejumlah pemuda berkumpul dan mengelilingi negara-negara di ASAEN menggunakan sebuah kapal milik Jepang. Tentu saja singgah pula di Jepangnya (sangat bikin ngiri). Pulang dari Jepang, sempat-sempatnya ikut kegiatan fellowship ke Korea Selatan selama beberapa minggu. How lucky you are brother...Bertahun-tahun jadi reporter kakakmu ini baru sekali ke luar negeri dan secara kebetulan itu juga Korea Selatan...tapi tetap Alhamdulillah dong yaaaa....

Naaaaah, meski agak sedikit terlambat menyelesaikan studi di Teknik Industri karena kegiatanya yang seabreg, masa-masa jobless menjadi saat yang paling berat dalam hidup seorang Endo. Namun, lagi-lagi dengan pengalaman berorganisasi dan prestasi tentunya, kurang dari setahun Endo mendapatkan pekerjaan di sebuah Bank BUMN dengan posisi yang lumayan pula. Maka nikmat TuhanMu mana lagi yang engkau dustakan...

Tapi, ya begitulah, nobody is perfect. Dibalik berbagai kenikmatan yang sudah didapat, si bungsu ini masih berjjuan menemukan belahan jiwanya. Berbagai tipe perempuan sudah disodorkan, namun masih belum ada yang klik (beberapa teman sempat menyarankan untuk menyodorkan pria, namun hati kecil si kakak yang baik ini masih yakin si bungsu suka wanita, hahahaha *kabooor).

So, saya dan keluarga tentu berharap semoga di usia 30 ini Endo segera menemukan pendamping yang akan menumbuhkan rasa bertanggung jawab, keinginan kuat untuk menabung dan berinvestasi serta menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT, Aminn ya Rabb.
 
Happy birthday litlle Brother...Life begins at 30...so...Get married soon yeeesss.....

 with love
lovely sister

Rabu, 09 April 2014

Dunia Anak

Bermain menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Sayang, saat ini di era serba digital kadang dunia bermain anak seringkali terenggut gadget milik orang tua. Bahkan tak sedikit anak yang sudah disediakan gadget sendiri di usia dini mereka. Ketika mereka berkumpul, entah bersama teman atau saudara biasanya mereka sudah asyik dengan 'dunia' masing-masing. Bukankah seharusnya saat-saat berkumpul menjadi sarana yang menyenangkan untuk sekedar ngobrol atau berinteraksi lewat permainan.

Saya bukan termasuk orang yang anti dengan maraknya penggunaan gadget pada anak-anak masa kini. Tapi, menurut saya sebagai orang tua, kita memegang peranan penting untuk mengontrol mereka. Ada saatnya mereka bisa bermain dengan gadget namun adakalanya mereka juga harus bisa bersosialisasi dan berinteraksi layaknya anak-anak. Kegiatan seperti bersepeda, main bola di lapangan, jatuh bangun mengejar layangan bahkan berantem dengan teman sebaya tetap harus mereka rasakan. Karena sejatinya begitulah dunia anak. Dunia penuh keceriaan, kegembiraan dan sesekali diwarnai tangis air mata.


Kursi 'Kebesaran', nonton hayukk, becanda juga mariii...



Lewat bermain anak-anak juga belajar mengembangkan kreatifitas mereka. Banyak hal yang bisa dieksplore di sekitar mereka. Kita tentu tidak ingin anak-anak tumbuh dengan hanya mengenal games di dunia virtual yang menjadikan mereka cenderung pasif. Pada akhirnya kecerdasan intelektual tidak didukung kecerdasan emosi karena mereka minim interaksi.









Lagi jadi montir motor tapi mulutnya kenapa jadi monyong gitu Neio *LirikPapi

Bongkar laci stok dan tu tuuut...tu tuuuut...*NeioHebat (abaikan merk odol dan shampoo)
Hingga saat ini saya masih berusaha mengurangi penggunaan gadget pada anak-anak. Nadhifa dulu sempat bergantung pada smartphone sang kakek kini mulai dibatasi dengan mengikutsertakan kumon lanjut belajar ngaji di TPQ (Taman Pendidikan Qur'an). Namun, ketika penggunaan smartphone dibatasi (seringkali dibilang kalau smartphone kakek dibawa mami ke kantor, gak apa-apalah ya, bohong demi kebaikan anak ini, hehehe), tv pun jadi alternatif. Akhirnya sekarang saya juga sedang belajar membatasi waktu menonton televisi. Ini agak susah, masa iya TV nya juga harus diumpetin dan dibilangin dibawa ke kantor juga. Jelas tidak mungkin. Kalau untuk kebiasaan nonton TV ini saya benar-benar ingin menanamkan bahwa banyak tayangan yang memang tidak layak ditonton (terutama di TV lokal kita). Memberikan pengertian manaya tanyangan yang bisa ditonton dan mana yang tidak. Semoga Nadhifa bisa belajar untuk memilah dan memilih tayangan yang benar-benar layak ditonton sesuai usianya.

Sementara si adek Neio justru sekarang lagi senang-senangnya nonton DVD (Thomas, barney, etc). Tak hanya itu, nonton di youtube seringkali menjadi pilihan menarik buat Neio karena dia bebas request lagu-lagu anak yang dia inginkan. Saking banyaknya pilihan, Neio justru jadi bosenan dan suka bilang NO..NO...saat pertengahan lagu atau tidak suka dengan lagu pilihan (Mami)nya.

Lewat lagu ini juga lah si baby Neio juga belajar banyak kosa kata baru. Untuk anak usia 21 bulan dan cowok pula (beberapa banyak yang beranggapan baby cowok suka telat ngomong), Neio termasuk anak yang cukup cerewet dan cepat mengerti. Semalam kejadian dong, abis bermain lempar tongkat golf mainan dari tangga dengan si Kakak, akhirnya saya memindahkan Neio ke dalam kamar. Niatnya siy buat ganti baju tidur dan siap-siap tidur dong ya pastinya. Tapi karena tidur siangnya agak lama, jadinya abis ganti baju tidur kok belum ada tanda-tanda mengantuk. Akhirnya saya ajak ngobrol aja dong si anak cowok ini. Amazing, Neio betah lo nemenin saya ngobrol kurang lebih 20 menit dan dia tetap dalam posisi tiduran. Biasanya kan sambil lari sana-lari sini atau loncat sana-loncat sini. Tapi, pas ngobrol semalam, Neio benar-benar fokus dan full eye contact. Obrolannya siy biasa, mengulang nama-nama keluarga/saudara/teman-temannya, nama benda kesukaan, jenis-jenis hewan dan suaranya, lagu favorit dan obrolan ringan lain khas anak usia menjelang 2 tahun. Bahagiaaaaa....

Semoga kita tetap bisa ngobrol terus ya Neio. Kayanya Neio berbakat buat jadi teman curhat Mami kelak (selain kakak juga tentunya) :).