Pagi ini saya mendapat kabar duka itu lagi. Sebelumnya, 4 hari lalu saya jalan bareng dengan teman saya yang saat itu bercerita soal mertuanya yang sedang terbaring sakit karena divonis kanker kelenjar getah bening dan diopname di RS Dharmais. Seketika, memori otak saya terbang jauh ke belakang saat mama juga berjuang dengan kankernya di RS yang sama.
Pagi ini, saya mendapat informasi jika mertua teman saya yang juga kebetulan ibu dari teman kantor saya ini meninggal dunia. Kurang dari sebulan mereka mendapati orang yang mereka sayangi gagal melawan penyakitnya. Temuan demi temuan, inovasi dan inovasi pengobatan kanker ternyata masih belum cukup melawan keganasan kanker.
Akhirnya, kita hanya bisa berserah pada Yang Kuasa sebagai Sang Penentu nasib dan takdir. Pasrah kah itu? Tentu tidak, saya sangat yakin para medis dan para survivor telah berjuang sekuat tenaga. Namun, kembali lagi, semua sudah ada jalan-Nya. Jalan yang kelak membawa kita pada kehidupan abadi yang hakiki.
Kematian sejatinya mengajarkan banyak hal bagi kita yang masih bernafas. Bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat hidup, merasakan kehangatan cinta dan kasih sayang dari keluarga dan orang-orang terdekat hingga akhirnya kita bisa memberi makna dalam setiap perjalanan waktu. Kematian juga mengajarkan kita untuk menjadi manusia lebih baik, demi bekal di akhirat nanti.
Tak perlu mengutip ayat-ayat dan pesan ulama yang mungkin terlalu berat bagi sebagian orang. Satu hal yang perlu diingat, kematian merupakan sesuatu yang sifatnya mutlak dan pasti menimpa siapapun. Mengutip pernyataan Pak Ahok yang fenomenal dan kontroversial itu, buat apa sih kita takut mati, takut mati pun tidak membuat kita tidak mati. Jadi, ya mending tidak usah takut sekalian. Hadapi saja.
Ya Allah, semoga kami senantiasa dalam lindungan-Mu, dapat menghadap-Mu dalam keadaan Khusnul Khotimah, jauhkan kami dari siksa kubur-Mu, aminnn ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar