Senin, 14 April 2014

'Atapers' dalam kenangan

Kurang lebih 2 tahun lalu saya masih menyaksikan para atapers atau orang-orang yang suka duduk di atap kereta yang kayanya kok susah banget ditertibkan. Berbagai cara dilakukan, tilang di tempat, semprot pakai cairan berwarna, sampai pidana hingga kepolisian. Tapi tetap saja ada. Mau kereta kosong atau kereta penuh, kayanya komunitas atapers tidak peduli dan dengan santainya menikmati perjalanan mereka dari atap kereta. Kadang sambil ditemani secangkir kopi dan membaca koran. Benar-benar takjub melihatnya.

Padahal, seringkali diberitakan media para atapers yang akhirnya harus meregang nyawa karena berbagai kecelakaan. Atapers tewas kesetrum atau jatuh dari atap kereta jadi berita yang sering banget ditayangkan media. Bahkan, tak hanya orang dewasa, bocah SD juga pernah jadi korban (kebayang ya perasaan orang tuanya, belum jadi 'orang' malah meninggal secara tragis). Tapi kejadian demi kejadian tetap loh tidak bikin kapok atapers ini *salutetothemax.

Hingga akhirnya PT Kereta Api lewat anak perusahaan PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) mulai menegakkan sanksi hukum sesuai Undang-Undang, perlahan komunitas atapers pun bubar jalan. Banyak atapers yang benar-benar dipidana bahkan ada yang beneran masuk penjara karena melanggar aturan. Lha, emang harusnya begini bukan, capek-capek bikin peraturan kok tidak ditegakkan.

Alhamdulillah, kini para pengguna kereta sudah tidak lagi diresahkan dengan kehadiran para atapers ini. Namun, saya masih menyimpan dokumentasi komunitas atapers di suatu pagi saat mau berang kantor dari Stasiun Sudimara. Contoh yang sangat tidak pantas ditiru, cukup dinikmati sebagai bagian dari sejarah perkeretaapian Indonesia (Jabodetabek).

'Atapers' dalam Kenangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar