Alternatif angkutan yang lain seperti angkot, bis atau taksi sangat tidak menjanjikan di tengah kemacetan di jam sibuk ini. Kurang lebih pukul 07.00 saya dan beberapa orang teman sesama commuter akhirnya memutuskan naik Kereta Commuter Line (CL) ke arah Serpong. Gambling saja sebenarnya. Kami berpikir peluang mendapat kejelasan perjalanan kereta di stasiun sebelum Pdk. Ranji bisa jadi lebih besar. Benar saja, sesat akan tiba di Stasiun Sudimara, masinis kereta mengumumkan bahwa kereta yang saya tumpangi akan mengakhiri perjalanan di Stasiun Sudimara dan penumpang yang ke arah Serpong diturunkan di Sudimara.
Yesss, akhirnya keputusan cerdas diambil Pengatur Perjalanan Kereta mengingat penumpukan penumpang di sejumlah stasiun. Beruntung lagi, saya sudah dalam posisi duduk manis (sesaat), hehehe (meski tetap BT karena gangguan kali ini bikin telat banget nyampai kantornya). Setibanya di stasiun Kebayoran ternyata saya melihat ada ibu-ibu yang sudah cukup berumur kesusahan berdiri di tengah-tengah padatnya manusia di Kereta saat itu. Spontan lah ya, merasa masih muda dan cukup kuat untuk berdiri, saya memberikan kursi saya buat si ibu ini. Gak kebayang, orang-orang terutama anak muda yang masih bisa-bisanya (pura-pura) tidur atau memaki lewat media sosial soal jatah duduk di transportasi umum (terutama kereta). Itu karena ga peduli, ga punya hati atau blo'on yaaaa. Entahlah.
Keterlambatan kereta kali ini tentunya berdampak pada keterlambatan ngabsen dan ancaman potongan gaji dari negara (ceileeeeh). Eh, pas di gate keluar, surprise, seorang petugas satpam membagi-bagikan selembar surat keterangan. Surat keterangan yang intinya menjelaskan kalau penumpang kereta tidak bersalah. Ini murni kesalahan PT Kereta Commuter karena adanya gangguan teknis dan berbagai jenis gangguan lainnya. Cukup mengapresiasi langkah manajemen PT Kereta Commuter ini, tapi kenapa suratnya tidak ditandatangani langsung Kepala Stasiun ya?!. Kebayang dong, kita yang sudah terlambat ini harus ngantri lagi untuk mendapatkan tanda tangan Bapak Kepala Stasiun yang terhormat #tepok jidat.
PR berburu tanda tangan Ka. Stasiun *sigh* |
So, lain kali harusnya surat-surat kaya gini mbok ya langsung ada tanda tangannya gitu loh Pak. Toh bisa pake cap yang ada tanda tangannya juga kan. Jangan kita yang sudah dirugikan karena keterlambatan pelayanan Bapak masih harus ngejar-ngejar dan ngemis-ngemis lagi minta tanda tangan Bapak, piye toh. Atau malah mendorong kami untuk mengira-ngira tanda tangan Bapak, makin kacau lah negara ini.
Duh, jadi teringat komentar si Papa yang beberapa hari lalu naik Kereta Api ke Cirebon setelah beberapa bulan lalu menjajal Kereta di Benua Eropa sana. Sesaat setelah keluar dari Stasiun Gambir si Papa cuma bisa comment : kenapa ya kereta di Eropa itu goncangannya bisa ga terasa. Tanpa pikir panjang saya yang setiap hari menjajal CL langsung bilang 'Jangankan goncangan Pap, bisa tepat waktu saja sudah syukur'. Ya gak seeeeeh.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar